Tampaknya kiprah Presiden FIFA Sepp Blatter dan Presidesn UEFA Michel Platini di dunia sepak bola akan berakhir. Platini harus melupakan ambisinya untuk menjadi presiden FIFA.
Iklan
Senin (21/12/15) Dewan Komite Etik FIFA memutuskan melarang Sepp Blatter dan Michel Platini dari semua kegiatan persepakbolaan selama 8 tahun. Keputusan ini diambil sehubungan dengan uang sebesar 1,8 juta Euro yang diterima Platini dari Blatter pada tahun 2011. Pihak penyidik menduga terjadinya aksi suap saat Blater berhasil terpilih kembali sebagai presiden FIFA pada tahun yang sama.
Dalam pembacaan keputusannya, hakim asal Jerman, Hans-Joachim Eckert, yang mengetuai sidang de2an komite etik, menggatakan bahwa baik secara tertulis maupun dalam sidang, Baltter tidak bisa menunjukkan dasar hukum untuk pembayaran tersebut.
Blatter dan Platini berulangkali menyangkal kasus suap ini. Keduanya mengatakan bahwa uang tersebut merupakan pembayaran gaji Platini dari tahun 1998 sampai 2002. Kasus pembayaran ini juga tengah dibidik oleh pihak kejaksaan Swiss.
Pekan lalu Blatter, yang yang pada Oktober lalu telah diskors selama 90 hari, hadir dalam sidang dewan komite etik. Ia menyatakan bahwa ia tidak bersalah. Sementara, Platini menolak untuk menghadiri sidang sebagai protes terhadap skors 90 hari yang juga diterimanya.
Jika keputusan skors ini dikukuhkan, Platini tidak memiliki kesempatan lagi untuk maju dalam pemilihan presiden FIFA yang akan digelar dalam kongres luar biasa di Zurich, Swiss, pada 26 Februari 2016.
Skandal FIFA di Era Blatter
Joseph Blatter jadi pemimpin Federasi Sepak Bola Internasional FIFA sejak 17 tahun terakhir. Penangkapan tujuh fungsionernya hanya satu dari banyak skandal FIFA sejak dipimpin Blatter. Lihat Skandal lainnya di sini!
Foto: Getty Images
1997: Havelange Presiden, Blatter Sekjen
Sebelum masa pimpinannya dimulai, Blatter sudah terlibat skandal yang diawali oleh pendahulunya, Joao Havelange dan mantan menantunya Ricardo Teixeira. Dua pria itu mengantungi jutaan Dolar sogokan dari pemasaran Piala Dunia. Blatter yang waktu itu jadi sekjen lolos dari tuntutan, walaupun kirim kembali 1,5 juta Swiss Franc ke Havelange dan jelas tahu masalah sogokan. Foto: Joao Havelange.
Foto: picture-alliance/dpa
1998:Blatter Jadi Presiden FIFA
Tahun 1998 menjelang Piala Dunia di Perancis, Blatter terpilih jadi presiden FIFA, dan mengalahkan saingannya, ketua UEFA Lennart Johansson. Sampai sekarang, tuduhan bahwa tiap anggota delegasi Afrika dapat sogokan 50.000 Dolar masih terdengar. Namun Blatter selalu menampik tuduhan. Foto: Timnas Perancis, juara Piala Dunia 1998.
Foto: AP
2006: "Komisi" bagi Wapres Jack Warner
Wapres FIFA Jack Warner ambil alih pemasaran tiket Piala Dunia di negara asalnya Trinidad dan Tobago. Bisnis keluarganya mengantungi komisi 900.000 Dolar. Tapi penyelidik FIFA hanya temukan bukti yang beratkan putra Warner. Ketika itu Warner anggota komite eksekutif FIFA. Ia lolos dan hanya dapat peringatan. Foto: Jack Warner
Foto: Getty Images/AFP/L. Acosta
2010: Keputusan Piala Dunia 2018 dan 2022
Keputusan Piala Dunia 2018 di Rusia dan 2022 di Qatar jadi kepala berita. Sebelum pengumuman, dua anggota komisi eksekutif diberhentikan karena korupsi. FIFA juga selidiki tuduhan terhadap Rusia dan Qatar. Kecurigaan masih ada hingga kini, walaupun penyidik tidak temukan bukti. Foto: Emir Qatar Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani (kiri), Wakil PM Rusia Igor Shuvalov pegang Piala Dunia (02/12/2010).
Foto: AFP/Getty Images/F. Coffrini
2011: Mohammad bin Hammam Saingi Blatter
Mohammad bin Hammam dari Qatar maju saingi Blatter untuk jadi presiden FIFA. Menjelang pemilihan, Hammam dihadapkan dengan tuduhan korupsi dari Karibia. 35 suara dari Konfederasi Asosiasi Sepak Bola Amerika Utara, Tengah dan Karibia (CONCACAF) pengaruhnya besar. Blatter janji berikan sumbangan $1 juta bagi asosiai itu. Bin Hammam berusaha berikan $40,000. Rencananya terungkap. Foto: Hammam.
Foto: Saeed Khan/AFP/Getty Images
2014: Skandal Tiket Piala Dunia
Tahun 2014, sejumlah laporan dari Brazil mengungkap penyebaran ilegal tiket pertandingan turnamen Piala Dunia yang jadi wewenang presiden perhimpunan Sepak Bola Argentina, Julio Grondona. Sejak 2011 berlangsung penyidikan terhadap Grondona yang dituduh korupsi, tetapi vonis tidak pernah dijatuhkan. Grondona meninggal 30 Juli 2014. Foto: Julio Grondona.