1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikRusia

Blogger Militer Rusia: Pion Politik Penguasa Kremlin?

Killian Bayer
6 Januari 2023

Serangan Ukraina terhadap markas militer Rusia di Makiivka menyulut kegusaran blogger perang dan kaum ultranasionalis. Namun, kenapa kritik terhadap petinggi militer malah dicurigai sebagai manuver politik oleh Kremlin?

Presiden Rusia Vladimir Putin
Foto: Kremlin/AA/picture alliance

Komentar kritis blogger militer Rusia banyak disebar di platform pesan pendek Telegram. Di kanal "Zona Abu-abu" yang berafiliasi dengan Wagner Group, sebuah perusahaan paramiliter swasta asal Rusia, tertulis:

"Seperti yang diduga, kesalahan terhadap apa yang terjadi di Makiivka dibebankan kepada serdadu sendiri. Memang musuh kita punya kapabilitas untuk mendeteksi sambungan telepon seluler para pasukan dan melakukan pelacakan. Tapi dalam kasus ini, tuduhan itu 99 persen bohong dan cuma upaya melempar tanggung jawab.”

Tidak lain adalah bekas mata-mata Rusia, Igor Girkin, yang menulis komentar tersebut. Pria yang belum lama ini divonis bersalah menembak jatuh pesawat sipil MH17 pada 2014 itu mengeluhkan, betapa para jendral Rusia "tidak terlatih.” 

Menurutnya, kerusakan besar pada gedung markas para serdadu disebabkan oleh keputusan petinggi militer menyimpan amunisi di sana, yang ikut meladak saat diserang.

Boris Rozhin, blogger ultranasionalis Rusia lain, mengkritik tingginya jumlah pasukan yang ditempatkan di dalam jarak tembak artileri Ukraina. 

Militer sebenarnya sudah sejak lama melarang konsentrasi amunisi dan bahan bakar di satu tempat. Tapi menurut bloger militer itu, strategi itu diabaikan di Ukraina. "Ketidakbecusan dan ketidakmampuan mereka memahami konsekuensi perang terus menjadi masalah serius bagi Rusia,” tulis Rozhin.

Kritik blogger ultranasionalis Rusia terhadap petinggi militer tergolong lantang di sistem autokratis Rusia. Jika warga biasa dapat diancam 15 tahun penjara atas tuduhan tindak pidana "mendeskreditkan militer Rusia”, para blogger menikmati sejumput kebebasan berpendapat di ruang publik dan cenderung ditolerir oleh Kremlin.

Sandiwara politik?

Menurut Abbas Gallyamov, bekas penasehat Vladimir Putin, kritik para blogger militer justru melindungi penguasa Kremlin.

"Kritik mereka dikemas dalam sudut pandang patriotis. Artinya mereka tidak menyentuh Putin. Mereka menyerang para pembantunya, tapi mereka tidak sedang melawan Putin atau aksinya menginvasi Ukraina,” kata dia.

GIS Arta Mencari dan Mengunci Sasaran Artileri

03:36

This browser does not support the video element.

Namun begitu, Igor Girkin, pernah secara tidak langsung mempertanyakan kepemimpinan Putin. Dalam sebuah video berdurasi 90 menit yang diunggah bulan lalu, dia mengatakan betapa "kebusukan sudah sampai di kepala.”

Sejarawan Rusia asal Inggris, Mark Galeotti, meyakini rezim Putin perlahan menyadari bahwa mereka tidak lagi bisa menguasai narasi politik seperti sebelumnya.

"Orang-orang seperti Girkin mewakili suara sejumlah besar faksi di dalam militer dan aparat keamanan,” ujarnya. "Saya kira kekhawatirannya adalah jika mereka dibungkam, mereka tidak hanya menjadi martir, tetapi pemerintah kehilangan peluang untuk memahami kekecewaan kelompok ini,” ujar Geleotti lebih lanjut.

Karena pada saat yang sama, tambah Gallyamov, Putin pun merasa tidak puas atas kinerja militer. "Mereka menjanjikan kemenangan dalam tiga hari, nyatanya dia malah dipermalukan di dunia,” tutur mantan penasehat Putin itu.

"Dalam level emosional, Putin memahami kekecewaan para blogger militer. Lagipula, tidak semua anggota militer mendukung Menteri Pertahanan Sergei Shoigu atau Kepala Staf Valery Gerasimov,” pungkas Gallyamov.

(rzn/as)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait