1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

BNPB Lakukan Operasi Penyemprotan Disinfektan di Palu

18 Oktober 2018

Penyemprotan ini adalah upaya antisipasi penyebaran penyakit di wilayah yang diperkirakan masih banyak menimbun jasad manusia.

Indonesia Sulawesi - Helikopter der BNPB verteilt Wasser
Foto: BNPB

BNPB mengerahkan helikopter MI-8 di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), untuk melakukan water-bombing dengan material disinfektan di wilayah terdampak likuifaksi seperti Petobo, Balaroa, dan Jono Oge. Kegiatan yang dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Sulteng dan TNI ini dimaksudkan untuk membasmi hewan atau serangga pembawa penyakit seperti lalat, kecoa, atau tikus.

Penanganan wilayah terdampak likuifaksi tidak hanya melalui pengemboman udara, tetapi juga penyemprotan di darat pada wilayah yang dapat dijangkau. Rumah sakit yang digunakan untuk pengumpulan jenazah seperti RS Undata, RS Madani dan RS Bhayangkara pun tak luput dari penyemprotan disinfektan.

Helikopter milik BNPB sedang melakukan pengeboman air dengan material disinfektan.Foto: BNPB

Baca juga: Kisah-kisah Mereka yang Kehilangan Dalam Gempa Palu

Penimbunan wilayah terdampak dan pembangunan monumen

Rencananya lokasi Balaroa dan Petobo akan ditimbun dan ditetapkan sebagai pemakaman massal. Selanjutnya pemerintah setempat akan menutup lokasi tersebut dan menjadikannya kawasan hijau. Dua monumen akan dibangun di atas tanah tersebut. "Ini adalah bentuk penghormatan terhadap jenazah tersebut, di samping kemungkinan untuk bisa menemukan jenazah dalam keadaan utuh sangat kecil kemungkinannya, penggalian jenazah juga sangat berisiko terhadap penyebaran dan penularan bakteri-bakteri berbahaya bagi kesehatan lingkungan sekitar," kata Kepala Pusat Krisis Kementerian Kesehatan dr. Ahmad Yurianto.

Pentingnya drainase dan kualitas air tanah

Yurianto mengingatkan, saat penimbunan wilayah agar dibuatkan drainase yang layak. Selain itu pengecekan kualitas air tanah harus dilakukan secara berkala. "Ideal jika timbunan ditanggul dan drainase dibuat dari semen,” ujarnya.

Walau operasi evakuasi korban meninggal telah dihentikan sejak 12 Oktober 2018 lalu, saat ini tim gabungan masih tetap melakukan evakuasi jenazah berdasarkan laporan warga. yp/hp (BNPB)