Antisipasi tantangan era digital, negara kecil di laut Baltik, Estonia mendidik bocah-bocah sedari SD untuk jadi programer komputer. Dengan itu, mereka disiapkan hadapi tantangan global masadepan.
Iklan
Bocah-Bocah Pakar IT Masadepan
04:03
Anak-anak berusia 10 tahun. Siswa kelas 3 SD di Estonia sedang menulis program musik atau game. Ini adalah bagian dari kurikulum pelajaran di negara kecil di laut Baltik bekas republik Uni Sovyet itu.
Mengapa Anak-Anak Sebaiknya Dilarang Main Smartphone?
Anak Anda keranjingan smartphone? Penelitian The American Academy of Pediatrics & the Canadian Society of Pediatrics menyimpulkan anak di bawah usia 12 tahun sebaiknya tidak bermain smartphone & tablet. Mengapa demikian?
Foto: picture alliance/ZB
Pertumbuhan otak terlalu cepat
Antara 0-2 tahun, pertumbuhan otak anak-anak berkembang sangat cepat, dan berlanjut hingga umur 21 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan perkembangan otak yang terlalu banyak terpapar teknologi seperti telefon pintar, internet, dan TV menyebabkan anak-anak menjadi kurang konsentrasi, alami gangguan kognitif dan proses belajar, temperamental serta kurang bisa kendalikan diri.
Foto: vladgrin - Fotolia.com
Menghambat perkembangan
Ketika anak bermain gadget, mereka cenderung tidak banyak bergerak. Penggunaan teknologi membatasi gerak fisik, sehingga menghambat pertumbuhan. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan sepertiga jumlah anak-anak yang mulai bersekolah mengalami hambatan perkembangan fisik, dan rendahnya kemampuan membaca serta pencapaian prestasi di sekolah.
Foto: Fotolia/Karin & Uwe Annas
Risiko kegemukan
Beberapa peneliti menunjukkan hubungan antara gadget dengan obesitas. Anak-anak yang diperbolehkan ber-gadget-ria di kamar mereka cenderung lebih mudah terkena risiko kegemukan. Padahal 30% anak-anak yang mengalami obesitas akan lebih mudah berpotensi terkena diabetes, serangan jantung, dan stroke.
Foto: picture alliance/dpa
Susah tidur
Dari penelitian, diketahui sekitar 60 % orangtua kurang mengawasi anaknya yang bermain smartphone, tablet atau video game. Sementara 75% orangtua membiarkan anak-anaknya bermain gadget dikamar tidur. Selain itu, 75% anak-anak usia 9-10 tahun mengalami kesulitan tidur, akibat terlalu banyak bermain gadget. Hal ini bisa berdampak pada prestasi anak di sekolah.
Foto: picture-alliance/dpa
Gangguan mental
Sepertinya tidak mungkin anak-anak yang masih kecil bisa mengalami gangguan kejiwaan. Namun, sejumlah studi menyimpulkan, penggunaan teknologi yang berlebihan bisa berpotensi menjadi penyebab tingkat depresi pada anak, kecemasan, kurang konsentrasi, autisme, bipolar, dan perilaku bermasalah lainnya.
Foto: Fotolia/somenski
Perilaku agresif
Media komunikasi yang menyuguhkan aksi kekerasan dapat menyebabkan anak menjadi agresif. Apalagi kini banyak media atau video game yang menampilkan perilaku kekerasan fisik dan seksual. Amerika Serikat bahkan memasukkan bentuk kekerasan dalam media sebagai risiko kesehatan masyarakat karena pengaruh negatifnya terhadap anak-anak.
Foto: Colourbox
Jadi pelupa
Berbagai macam bentuk teknologi media memproses informasi dengan cepat. Jika anak terlalu cepat memproses informasi, mereka malah cenderung kurang bisa berkonsentrasi dan daya ingatnya menurun. Jika anak-anak tidak bisa berkonsentrasi, maka efek sampingnya mereka akan alami kesulitan belajar.
Foto: Fotolia/lassedesignen
Jadi kecanduan
Orangtua yang terbiasa dengan gadget, kerap membuat anak merasa tak diperhatikan dan juga asyik sendiri dengan smartphone atau tabletnya. Akibatnya, hal itu menjadi kebiasaan dan bisa menimbulkan kecanduan. Penelitian Gentile menyebutkan, 1 dari 11 anak usia antara 8-18 tahun kecanduan teknologi gadget.
Foto: DW
Kena radiasi
Telepon seluler dan berbagai teknologi nirkabel mengeluarkan radiasi yang berbahaya bagi kesehatan. Anak-anak yang sering bermain gadget berisiko sering terpapar radiasi tersebut. Padahal, sistem kekebalan dan otak mereka sedang dalam masa pertumbuhan.
Foto: picture-alliance/dpa
Tidak berkelanjutan
Anak-anak adalah masa depan kita, namun tidak ada masa depan bagi anak-anak yang terlalu banyak menggunakan teknologi canggih, demikian diungkapkan peneliti Cris Rowan. Menurutnya, edukasi yang berasal dari gadget tidak akan lama bertahan dalam ingatan anak-anak. Dengan demikian, pendekatan pendidikan melalui gadget tidak akan berkelanjutan bagi mereka, sehingga perlu dibatasi.
Foto: Fotolia/Eléonore H
10 foto1 | 10
Markos sejak umur 5 tahun sudah memprogram, software atau pengendali robot mainan."Kalau mengembangkan software, kita harus teliti, agar robot mengerjakan apa yang kita inginkan. Saya ingin jadi programer terbaik di Estonia" ujar siswa kelas 3 SD itu menjelaskan.
Sekitar 1,3 juta penduduk Estonia bisa online dimanapun dan gratis.Ini hak dasar semua warga yang dijamin Undang-.undang sejak 2000.
Kebanyakan menggunakannya untuk trannsaksi digital banking, dan memanfaatkan smartphone untuk berbagai aktivitas. Atau sebagai KTP digital, selain itu juga tandatangan digital, lewat smartphone digabung dengan nomor PIN,
Tokoh inovativ di balik proyek ambisius
Inilah tokoh di balik strategi digital Estonia: Siim Sikkut., konsultan IT pemerintah. Sebuah klik sebagai tandatangan digital, untuk mengizinkan anak perempuannya ikut tur kelas sekolah.
KTP-nya membuka akses ke akta digital. Informasi pribadi, data kesehatan, surat izin mengemudi dan slip gaji. Dengan itu, sebuah laporan pajak pendapatan bisa dibuat dalam tempo hanya 5 menit.
Riset: Anak SD tak Perlu PR
Guru tidak seharusnya bebankan segudang pekerjaan rumah (PR) untuk siswa sekolah dasar(SD)? Pakar psikologi Harris Cooper meneliti efek PR selama 25 tahun memaparkan hasil risetnya yang kontroversial.
Foto: picture-alliance/dpa/T. Eisenhuth
Belajar sambil bersenang-senang
Anak yang baru mulai sekolah masih akan lewati banyak tahun untuk menuntut ilmu. Guru harus berusaha agar anak-anak menyukai sekolah dan belajar. Atmosfirnya harus dibuat menyenangkan, bukan malah membebani. Jangan sampai PR jadi beban sehingga belajar jadi hal menyebalkan. Copper menulis risetnya di buku: The Battle over Homework: Common Ground for Administrators, Teachers, and Parents,
Foto: Fotolia/Sergii Figurnyi
Merusak hubungan jangka panjang
PR dimaksudkan untuk melibatkanb dan mendekatkan ortu dalam pendidikan anak-anak.Tapi efeknya bisa sebaliknya. Setelah hari panjang di sekolah, sesuatu yang mencakup kata "pekerjaan" tak selalu menjadi apa diinginkan anak sebelum tidur. Ortu dan anak malah bisa bertengkar gara-gara PR dan menimbulkan kenangan traumatis..
Foto: Sandy Schulze/Fotolia
PR memberi rasa tanggung jawab palsu
Pekerjaan rumah sehari-hari membantu anak-anak menjadi lebih bertanggung jawab, tapi ini hanya berlaku ketika mereka sudah masuk SMP. Tapi ketika orang tua harus mengingatkan anak-anak mereka yang masih SD untuk mengerjakan PR setiap malam, tujuan awal ini pudar artinya. Masa kecil adalah masa bermain.
Foto: Getty Images/AFP/S.Khan
PR sisakan sedikit waktu untuk jadi anak-anak
Karena waktu tersita untuk PR, banyak anak-anak tidak mendapatkan cukup waktu untuk bergerak. Padahal di usia dini, mereka harus melakukan kegiatan fisik, main di luar dan berolahraga dengan teman-teman. Guru dan orang tua dapat mendorong anak-anak untuk lebih sering melakukan aktivitas seperti ini. Biarkan mereka kreatif dan berlatih fisik untuk mengembangkan diri.
Foto: Fotolia/kids.4pictures
Anak perlu istirahat agar produktif di sekolah
Mengerjakan PR mencuri waktu istrirahat anak-anak SD. Anak-anak membutuhkan rata-rata 10 jam tidur dalam sehari. Agar anak-anak menjadi produktif 100% pada hari berikutnya di sekolah, mereka harus memiliki waktu istirahat yang cukup
Foto: Imago/E. Umdorf
Alternatifnya: Membaca
Mendorong anak-anak agar senang membaca menurut penelitian jauh lebih baik daripada mengerjakan PR. Orang tua dan guru dapat membantu mencari subyek menarik untuk dibacakan pada mereka atau merangsang mereka untuk membaca sendiri.
Foto: Fotolia
Ajarkan tanggung jawab tugas sehari-hari
Alternatif kedua: Ada banyak kebiasaan sehari-hari yang dapat mengajarkan mereka untuk bertanggung jawab, seperti bangun pagi dan bersiap diri ke sekolah, merapikan tempat tidur, atau bahkan merawat hewan peliharaan. Namun ingatkan, bahwa mereka adalah pelajar, yang kewajiabn utamanya adalah belajar.
Foto: Fotolia/otisthewolf
Kunjungi museum dan lokasi menarik lain
Alternatif lain: mengunjungi museum dan lokasi menarik. Banyak pengetahuan dan pengalaman bisa didapat di sini. Cari pameran atau kegiatan yang akan membangkitkan minat anak-anak. Di Jerman anak.-anak sering diajak ke museum, markas pemadam kebakaran, gedung kesenian, mengunjungi pameran dan tempat menarik lainnya.
Foto: picture-alliance/dpa
8 foto1 | 8
Tapi orang lain juga bisa mengakses data ini, sebuah potensi bahaya, jika data tidak dilengkapi kode pengaman. "Kami juga menawarkan pengaman data. Dengan buku log, saya bisa melihat siapa saja yang mengakses data ini. Dokter gigi dan dokter keluarga mengakses data saya. Ini OK. Tapi jika saya melihat, orang yang tak bekepentingan mengakses data, saya bisa ajukan kasusnya ke pengadilan. Sudah ada polisi dan perawat yang dipecat, gara-gara mengintip data yang terlarang bagi mereka" papar Siim Sikkut, pakat IT sekaligus konsultan bagi pemerintah Estonia.
Siit menaksir, setiap tahunnya bisa dihemat 500 juta Euro, karena petugas publik online bekerja lebih efisien. Tentu saja selalu terbuka kemungkinan serangan siber. Tahun 2007 silam Estonia diretas. Kini pemerintah menyimpan back-up data di server luar negeri.
"Jika terjadi sesuatu di Estonia, baik menyangkut tandatangan digital atau sistemnya ambruk akibat bencana alam atau konflik, kami masih punya cadangan sistem yang berfungi. pemerintahan tetap jalan. Sebab kami punya sistem dengan back-up data di luar negeri. Kami bisa menjalankannya lewat ssrver asing", tambah Siit dengan percaya diri.
Atmosfir mendukung
Dalam atmosfir seperti ini, perusahaan start up tumbuh bagai jamur di musim hujan. Untuk mendirikan perusahaan, hanya perlu waktu 18 menit. Tidak perlu notaris atau birokrasi berbelit. Perusahaan ini tawarkan transfer uang lintas negara secara online. tarifnya lebih murah ketimbang lewat bank.
Estonia yang memerdekakan diri dari Uni Sovyet pada1991 membuka babak baru dalam arus modernisasi. Lars Trunin, seorang pakar pengembang produk menegaskan: "Kami sudah muak dengan birokrasi dan rekayasa informasi dalam 70 tahun terakhir. Kami ini fairnes dalam bisnis dan peraturan."
Warga juga menganggap pemerintah tidak berlebihan, saat memutuskan memberikan kewarganegaraan digital kepada perusahaan asing yang beroperasi di Estonia. Dengan itu, perusahaan menikmati semua kemudahan jasa digital.
"Kami negara kecil, dan Estonia tidak punya kemampuan memproduksi untuk pasar sendiri. Kita harus berpikir global, dan artinya kita sudah bersaing dengan semua pihak di dunia", ujar Alvar Lumberg juga seorang pakarf pengembang produk di Estonia.
Persaingan di masa depan, juga dengan para siswa sekolah dasar ini. Mereka bukan bukan hanya belajar pemrograman, tapi di kelas 3 SD juga sudah diajari membuat perusahaan sendiri.
7 Cara Mudah Meningkatkan IQ Anak
Tes IQ meliputi kemampuan yang dibutuhkan anak di sekolah: bahasa, informasi, memori, hitungan, bangun ruang, cara bepikir dan motorik. Pakar anak Karen Quinn memberi tips cara membantu anak meningkatkan IQ di rumah.
Foto: picture-alliance/beyond/Vladimir Godnik
Ajak Anak Bicara
Berbicaralah dengan anak Anda setiap saat dan tentang tema apapun. Ini akan membantu kemampuan bahasanya. Anak-anak yang dibesarkan di keluarga yang suka berbicara, nilai IQ-nya 28 poin lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak banyak berbicara di rumah.
Foto: Fotolia/athomass
Baca Buku Panduan
Di taman kanak-kanak, anak diharapkan mengenal warna, bentuk, buah, hewan - semua informasi dasar yang diperoleh dari buku dan kehidupan sehari-hari. Pada buku panduan bagi orangtua, Anda akan mengetahui apa yang sudah harus diketahui oleh anak pada usia tertentu.
Foto: Fotolia/Eisenhans
Selipkan Hitungan dalam Pembicaraan
"Makan malam siap lima menit lagi." "Mau satu biskuit atu setengah biskuit?" "Kamu punya tiga permen, Mama kasih dua lagi. Sekarang kamu punya lima permen." "Lihat gurita itu? Ada berapa tangannya?"
Foto: Colourbox/Abbyasov Alexey
Tantang Ingatan Anak
Setelah membacakan buku cerita, minta anak untuk menceritakannya kembali dengan kata-katanya sendiri. Atau taruh beberapa permen di atas meja dan tutup dengan kertas. Lalu minta anak untuk menaruh permen dengan jumlah yang sama dengan yang tadi dilihatnya. Aktivits ini akan membantu ingatan verbal dan visual anak.
Foto: Fotolia/Tatyana Gladskih
Puzzle dan Lego
Untuk memperkuat kemampuan bangun ruangnya, mainan seperti balok kayu, puzzle dan lego bisa membantu. Anda juga bisa memanfaatkan buku anak yang menyembunyikan benda tertentu di dalam gambar dan anak harus menemukannya.
Foto: picture alliance/landov
Selesaikan Masalah
Minta anak untuk memilih dan mengenakan pakaiannya sendiri. Dan jika ia melakukannya terlalu lama, biarkan anak menemukan sistemnya sendiri. Ijinkan anak untuk membuat keputusan. Seperti: Apa menu makan malam hari ini? Anak-anak yang di rumah diijinkan untuk berpikir bagi dirinya sendiri akan mengembangkan kemampuan kognitif yang kuat.
Foto: picture-alliance/Beyond
Berkarya Kreatif
Siapkan selalu perlengkapan untuk menggambar dan kerajinan tangan di rumah. Kertas berwarna, krayon, gunting, lem, cat, kuas - bekerja dengan material tersebut memperkuat gerakan motorik halus (kemampuan anak Anda mengendalikan tangan dan jemarinya).