Menurut seorang peneliti Jepang, bola yang digunakan dalam Piala Dunia 2014 meniru kemampuan para ninja dan optimal bagi pemain sepak bola dari Asia.
Iklan
Karakteristrik bola resmi turnamen Piala Dunia 2010 'Jabulani' tidak disukai para pemain. Alasannya, bola ini tidak stabil, sulit ditangkap kiper, memiliki lintasan terbang yang liar dan sulit ditebak. Akibatnya perusahaan Jerman Adidas berupaya memproduksi bola yang bisa lebih diandalkan untuk turnamen tahun ini.
Hasilnya adalah 'Brazuca', kata slank bagi warga asli Brasil. Menurut Takeshi Asai, profesor ilmu olahraga di Universitas Tsukaba di Jepang, bola ini akan melambung secara lebih stabil. Bola baru ini hanya memiliki enam panel.
Dua panel lebih sedikit dari Jabulani. Bentuk desainnya seperti shuriken, senjata ninja yang mirip dengan bintang. Asai menambahkan, jahitan pada panel adalah rahasia kestabilan bola tersebut.
Jahitan lebih panjang
"Walau jumlah panel berkurang, panjang total jahitan lebih panjang. Sehingga menambah kecepatan bola yang menghasilkan resistansi udara rendah," kata Asai. Ia bekerja sama dengan John Eric Goff, ahli fisika dari Lynchburg College di AS, untuk mempelajari aerodinamika Brazuca saat diperkenalkan Desember tahun lalu.
10 Pemain Siap Bersinar di Brasil
Ronaldo dan Messi cukup menjual untuk membuat Piala Dunia 2014 salah satu turnamen terbaik di dunia, tapi ada 10 permata tersembunyi yang tidak akan menyia-nyiakan momen ini untuk menunjukkan talenta mereka.
Foto: picture-alliance/dpa
Kwadwo Asamoah (Ghana)
Juventus berjuang di berbagai front untuk merebut lebih banyak trofi musim ini – dan Asamoah berperan penting. Meski sudah membela Ghana dalam 60 laga, pemain berusia 25 tahun ini melejit ke level baru musim ini setelah bersinar sebagai bek sayap kiri ketimbang posisi sebelumnya. Apabila Ghana mengulang prestasi tahun 2010, Asamoah akan memegang kunci.
Foto: Marco Bertorello/AFP/Getty Images
Paul Pogba (Perancis)
Sir Alex Ferguson jarang menyebut nama Pogba. Atas keputusan Fergie-lah sang pemain muda Perancis bergabung dengan Juventus dan muncul sebagai salah satu trisula lini tengah terbaik. Menang Piala Dunia U-20 dan delapan laga bersama timnas Perancis meningkatkan reputasi Il Polpo Paul. Pogba menjadi secercah kualitas bagi Les Blues sepanjang kualifikasi.
Foto: Marco Bertorello/AFP/Getty Images
Adam Lallana (Inggris)
Tanpa memandang diri sebagai favorit juara di Brasil, kamp Inggris tetap punya keyakinan. Adam Lallana mencerminkan keyakinan ini setelah melewati musim cemerlang bersama Southampton. Ketenangan dan keanggunannya mengatasi bola sebagai playmaker lini tengah membawanya menerobos timnas pada musim 2013-14.
Foto: Getty Images
Miralem Pjanic (Bosnia dan Herzegovina)
Sang konduktor orkestra, menurut media Italia, Miralem Pjanic krusial bagi AS Roma. Mereka telah berbuat banyak pada Serie A di bawah asuhan Rudi Garcia, dan kemungkinan besar merayakan Scudetto kalau bukan karena dominasi Juventus. Pjanic adalah seorang playmaker sejati: fasih mengoper, visi yang luas dan mampu mengontrol arus dan tempo di lini tengah.
Foto: Getty Images
Yoichiro Kakitani (Jepang)
Kakitani menjadi satu nama lagi dari ban berjalan gelandang serang Jepang. Kemampuannya mirip mantan pemain BVB Kagawa atau Keisuke Honda: cepat, dinamis, tangkas berpikir dan mengoper. Sementara bermain untuk Cerezo Osaka, pemain berusia 24 tahun ini akan berusaha menambah koleksi caps pada Piala Dunia Brasil dan terus melambungkan Samurai Blue.
Foto: Getty Images
Kevin de Bruyne (Belgia)
Bagian dari ‘generasi emas’ Belgia, Kevin de Bruyne, bisa dibilang paling mencolok. Debut menawan di Bundesliga bersama Werder Bremen berujung pada transfer ke Wolfsburg yang haus posisi di Liga Champions. Pemain 23 tahun ini berkembang di sayap kanan, sesuai dengan posisi yang diberikan pelatih timnas Belgia Marc Wilmots.
Foto: Getty Images
Lucas Moura (Brasil)
Pemain sayap yang satu ini sudah beberapa tahun membela Brasil, meski baru berusia 21 tahun. Kini sosok penting bagi juara klub Perancis PSG, Moura adalah salah satu penyerang Brasil yang ingin merebut posisi dalam pool akhir Scolari. Ia masih harus membuktikan harga transfernya, namun kalau Moura sedang panas, bakatnya tak diragukan lagi.
Foto: picture-alliance/dpa
James Rodriguez (Kolombia)
Setiap mata mencermati Kolombia. Timnas Amerika Selatan ini melaju menuju Piala Dunia dan berada di atas angin. Bintang Monako, Rodriguez, mengambil alih beban dari Radamel Falcao yang cedera sepanjang musim. Pemain berusia 22 tahun ini memiliki kualitas playmaker cemerlang dan mengantongi banyak assist. Ia bisa dibilang bakat muda paling bersinar dari Kolombia.
Foto: Getty Images
Eduardo Vargas (Chile)
Fans Jerman menyaksikan sepak terjang Vargas saat laga persahabatan yang didominasi Chile di Stuttgart. Vargas yang tengah dipinjamkan ke Valencia menjadi salah satu andalan timnas Chile yang flamboyan dan agresif di lini depan. Vargas akan kembali ke Napoli musim depan, namun Piala Dunia mungkin membuka jendela baru bagi penyerang 24 tahun ini.
Foto: picture-alliance/dpa
Jordy Clasie (Belanda)
Bakat alamiah pemain Feyenoord yang satu ini berhasil menutupi kekurangannya pada tinggi badan. Di lini tengah ia menjadi jangkar bagi klubnya yang tengah berjaya di Eredivisie dan sudah mulai menancapkan diri dalam susunan timnas Belanda. Tak lama lagi Clasie meraih tonggak 100 laga untuk Rotterdam pada usia 22 tahun.
Foto: picture-alliance/dpa
10 foto1 | 10
Kesimpulan dua pakar ini, karena panjang jahitan Brazuca 68 persen lebih panjang dari Jabulani, resistansi akan bertambah dan bola akan melambung pada kecepatan lebih normal yang biasa dilihat pada turnamen seperti Piala Dunia. Jahitannya juga lebih dalam, yang menambah faktor penahan. .
Asai menemukan bahwa resistansi udara Brazuca, yakni 437 gram atau satu gram lebih ringan dari Jabulani, akan berkurang jika bola 'terbang' dengan kecepatan 20 meter per detik. Ini kecepatan rata-rata umpan cepat dalam pertandingan sepak bola profesional.
Pemain Asia diuntungkan, Ronaldo rugi
"Jika Brazuca melambung dengan kecepatan ini, resistansi udara akan berkurang secara mendadak untuk membantu bola terbang dengan cepat," ujar Asai. "Karena bola bisa terbang cepat dengan tendangan yang tidak keras, saya rasa bola ini optimal bagi para pemain Asia yang tendangannya tidak sekeras pemain barat."
Pemain seperti Cristiano Ronaldo akan kesulitan dengan bola ini saat melakukan tendangan bebas. Tendangan yang dilakukan Ronaldo cenderung lurus. Bolanya baru berotasi setelah ditendang, sehingga akan menyulitkan kiper untuk menebak arah bola. "Karena Brazuca punya gaya angkat yang rendah, efek rotasi akan lebih sulit dicapai," jelas Asai.