1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bom Guncang Lebanon

Sophia Fanumbi Ongge29 September 2008

Sedikitnya lima orang tewas dan puluhan luka akibat ledakan bom di Tripoli, Lebanon Utara. Ledakan itu merupakan serangan bom yang diarahkan terhadap sebuah bis yang mengangkut sejumlah tentara.

Tentara Lebanon beserta tim forensik memeriksa lokasi ledakanFoto: AP

Juru bicara polisi mengungkapkan, sumber ledakan adalah sebuah bom yang dipasang di sebuah mobil yang diparkir di pinggir jalan tak jauh dari pemberhentian bis di distrik komersial Masarif. Bom diledakkan melalui pengendali jarak jauh.

Ledakan itu begitu kuatnya sehingga potongan tubuh dan puing terlempar ke atap-atap gedung. Sedangkan beberapa mobil yang parkir di sekitar ikut rusak oleh ledakan bom tersebut. Gambar televisi menunjukkan percikan darah dan pecahan kaca di daerah ledakan.

Tripoli memang kota yang bergolak. Para milisi Sunni pro pemerintah dan milisi Shiah pro Suriah sewaktu-waktu terlibat dalam berbagai pertempuran. Keadaannya berbeda dengan ibu kota Beirut. Seperti digambarkan seorang anggota parlemen Libanon pro pemerintah, Mustafa Alusch:

"Di sini terdapat dua kelompok bersenjata. Sedangkan di Beirut hanya ada satu kelompok bersenjata saja, yakni Hizbullah. Di sini, sekutu Suriah sebenarnya kelompok kecil yang minoritas. Namun mereka dilengkapi persenjataan berat. Dengan persenjataan seperti itu, sementara hubungan antara golongan masih sangat tegang, dan pertentangan politik masih sangat tajam; karena itulah menurut kami, bentrokan atau serangan bisa terjadi sewaktu-waktu."

Belum jelas siapa pelaku serangan. Namun sejumlah pengamat meyakini, serangan itu dimaksudkan untuk menganggu kunjungan Presiden Michel Suleiman ke Suriah. Presiden baru Lebanon itu dijadualkan bertolak ke Suriah hari Rabu (01/10) untuk bertemu Presiden Suriah Bashar al-Asaad. Ini merupakan sebuah terobosan besar dalam hubungan Lebanon-Suriah yang meluncur ke titik terburuk akibat pembunuhan Perdana Menteri Libanon Rafik Hariri tahun 2005. Pembunuhan itu diyakini melibatkan pemerintah Suriah.

Pengangkatan Presiden Michel Suleiman sendiri merupakan sebuah keberhasilan khusus dalam memecahkan kebuntuan politik Lebanon. Sebelumnya, para politikus pro Suriah yang ditulang-punggungi Hisbullah selalu memboikot pemilihan presiden. Namun setelah jalan buntu tak berkesudahan, keolompok-kelompok bertikai mencapai kesepakatan. Kendati begitu Lebanon secara umum masih sangat bergolak.

Sheikh Noor Al-deen Ghalayini, seorang tokoh kelompok Islam Salafi menunjuk penumpukan senjata sebagai faktor utama yang mengancam stabilitas Lebanon. Disebutkan Sheikh Noor:

"Kesepakatan rekonsiliasi itu sudah bagus sebenarnya. Tetapi tidak cukup. Karena belum menyentuh persoalan pemilikan senjata oleh berbagai kelompok sipil. Dengan segala penderitaan yang dialami sekian lama, tidak mengagetkan kalau suatu waktu terjadi ledakan di Tripoli."

Ledakan hari Senin (29/09) merupakan serangan bom kedua yang baru terjadi dalam waktu kurang lebih dua bulan, yang ditargetkan ke pasukan Lebanon di Tripoli. Bulan Agustus lalu serangan serupa menewaskan 18 tentara dan penduduk sipil. Serangan bom bercampur sekrup dan mur yang dipasang di pinggir jalan itu merupakan yang terdahsyat yang terjadi dalam kurun waktu lebih dari 3 tahun.