1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Boneka Barbie Dituding Merusak Hutan Indonesia

8 Juni 2011

Greenpeace mengaku telah mendapatkan bukti bahwa kemasan boneke Barbie, datang dari hutan Indonesia. Mereka menuding pabrik Barbie, yakni Mattel dan Walt Disney telah mempercepat kerusakan hutan hujan tropis.

Boneka-boneka Barbie di sebuah etalaseFoto: AP

Selasa (07/06), para aktivis organisasi lingkungan Greenpeace berpakaian ala Ken yang dikenal sebagai boneka partner Barbie, di samping markas Mattel di dekat Los Angeles, sambil membentangkan spanduk "Kemasan Barbie telah menyebabkan kerusakan hutan hujan tropis". Sebuah tulisan berwarna merah muda dan biru di bangunan Mattel menampilkan Ken yang sedang mengerutkan kening dan berkata, "Barbie, semuanya sudah usai. Saya tidak mau berkencan dengan perempuan yang merusak hutan."

Bustar Maitar, pimpinan kampanye Greenpeace untuk penyelamatan hutan Indonesia mengatakan, "Barbie telah merusak hutan dan membuat hewan liar yang langka seperti harimau menuju kepunahan." Bustar Maitar menambahkan, Mattel yang memproduksi Barbie harus berhenti membungkus boneka paling terkenal di dunia itu dengan bahan yang berasal dari perusak hutan.

Greenpeace mengatakan, para peneliti yang menggunakan alat uji forensik menemukan bahwa kemasan Barbie datang dari hutan hujan tropis Indonesia. Para aktivis Greenpeace juga menggunakan investigator lokal Indonesia untuk memetakan dan mencari dokumen perusahaan yang menunjukkan bahwa Mattel bersama perusahaan boneka lain termasuk Disney, telah menggunakan kemasan produk perusahaan asal Indonesia, yakni Asia Pulp and Paper atau APP, yang dituding oleh Greenpeace telah merusak lingkungan.

Mattel, perusahaan produsen mainan dengan pendapatan terbesar di dunia, telah mengirimkan rilis kepada kantor berita Reuters di Los Angeles, yang menyatakan bahwa mereka telah mendiskusikan masalah ini dengan Greenpeace. Hingga kini belum jelas berapa persen kandungan kemasan Mattel yang berasal dari APP. Mattel mengklaim bahwa produk mereka telah memenuhi syarat hukum dari semua negara termasuk Indonesia.

Siaran pers Mattel juga menyebutkan, "Adalah merupakan tanggungjawab kami untuk secara ketat mematuhi aturan hukum, bukan untuk memuaskan tuntutan tak berdasar dan tidak rasional dari sebuah lembaga swadaya internasional."

APP adalah sebuah perusahaan yang dimiliki oleh raksasa minyak sawit Sinar Mas Agro Resources & Teknologi, atau SMART. Tahun 2010 lalu, perusahaan ini mengeluarkan audit independen, setelah Greenpeace menuding mereka melakukan perusakan lingkungan karena menebangi hutan dan menggantinya dengan perkebunan kelapa sawit.

Andy Budiman/rtr

Editor: Hendra Pasuhuk

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait