Bos Media Hong Kong Kembali Dijatuhi Hukuman Penjara
28 Mei 2021
Pengadilan Hong Kong kembali menjatuhkan hukuman penjara bagi bos media dan sejumlah aktivis demokrasi. Vonis ini dinilai sebagai kampanye tanpa henti untuk membungkam perbedaan.
Iklan
Pengadilan Hong Kong kembali menjatuhkan tambahan hukuman penjara pada sejumlah tokoh oposisi dan aktivis pengusung demokrasi, termasuk taipan media Jimmy Lai.
Jimmy Lai termasuk di antara delapan aktivis demokrasi yang pada hari Jumat (28/05) dijatuhi hukuman penjara karena menghadiri protes saat berlangsungnya peringatan 70 tahun berdirinya komunis Cina. Oleh pemerintah Cina, protes ini kemudian ditindak besar-besaran.
Lai, yang sudah berada di balik jeruji karena ikut serta dalam protes sebelumnya, dijatuhi hukuman 14 bulan setelah mengaku bersalah karena menyelenggarakan pertemuan yang melanggar hukum pada 1 Oktober 2019. Dia kini harus menjalani hukuman total 20 bulan sebagai akumulasi berbagai putusan hukuman atas protes yang dilakukannya.
Tujuh aktivis terkemuka lainnya, termasuk aktivis Figo Chan yang berusia 25 tahun, dan mantan anggota parlemen Lee Cheuk-yan dan Leung Kwok-hung, juga kembali dijatuhi hukuman penjara. Saat dalam perjalanan ke pengadilan dengan diangkut mobil polisi, beberapa dari para aktivis mengacungkan salam jari membentuk tanda Victory.
Kampanye tanpa henti bungkam perbedaan pendapat
"Sangat naif untuk percaya seruan unjuk rasa untuk perilaku damai dan rasional akan cukup untuk memastikan tidak ada kekerasan," kata hakim distrik Amanda Woodcock saat dia menjatuhkan hukuman penjara kepada delapan aktivis.
Keputusan terbaru dari pengadilan dipandang sebagai bagian dari kampanye tanpa henti dan sukses oleh pemerintah Cina untuk membungkam perbedaan pendapat dan membongkar gerakan demokrasi di Hong Kong.
Pada tahun 2019, pusat keuangan Asia ini dikejutkan oleh protes besar-besaran dan sering kali disertai kekerasan. Unjuk rasa itu menjadi tantangan paling serius terhadap pemerintahan Beijing sejak Inggris menyerahkan kembali Hong Kong di tahun 1997.
Bentrokan dengan polisi pada Hari Nasional Cina yang jatuh pada 1 Oktober adalah yang terburuk dalam periode tersebut. Peristiwa ini menjadi gambaran yang jelas dan memalukan bagi pemerintah Beijing dan menggambarkan betapa besar populasi Hong Kong yang bergolak saat Beijing merayakan 70 tahun berdirinya negara komunis Cina.
Cina telah menanggapi demonstrasi demokrasi dengan tindakan keras yang luas di Hong Kong, termasuk penerapan undang-undang keamanan nasional yang melarang sebagian besar perbedaan pendapat.
Iklan
Larang peringatan Tiananmen
Pada hari Kamis (27/05) Otoritas Hong Kong juga melarang penyelenggaraan acara tahunan 4 Juni untuk memperingati tragedi di Lapangan Tianamen 1989 di Beijing. Menteri keamanan John Lee memperingatkan abhwa undang-undang keamanan dapat digunakan terhadap mereka yang melanggar larangan tersebut.
Hong Kong: 20 Tahun Setelah Dikembalikan ke Cina
Hong Kong dikembalikan ke bawah kekuasaan Cina 20 tahun lalu, setelah dikuasai Inggris selama 156 tahun. Sejarah kawasan itu selama ini sudah ditandai sejumlah aksi protes terhadap Cina.
Foto: Reuters/B. Yip
1997: Momentum Bersejarah
Penyerahan Hong Kong dari Inggris kepada Cina terjadi tanggal 1 Juli 1997. Wilayah Hong Kong menjadi koloni Inggris tahun 1842 dan dikuasai Jepang selama Perang Dunia II. Setelah Hong Kong kembali ke Cina, situasi politiknya disebut "satu negara, dua sistem."
Foto: Reuters/D. Martinez
1999: Tidak Ada Reuni Keluarga
Keluarga-keluarga yang terpisah akibat perbatasan Hong Kong berharap akan bisa bersatu lagi, saat Hong Kong kembali ke Cina. Tetapi karena adanya kuota, hanya 150 orang Cina boleh tinggal di Hong Kong, banyak yang kecewa. Foto: Aksi protes warga Cina (1999) setelah permintaan izin tinggal ditolak oleh Hong Kong.
Foto: Reuters/B. Yip
2002: Harapan Yang Kandas
Masalah izin tinggal muncul lagi April 2002 ketika Hong Kong mulai mendeportasi sekitar 4.000 warga Cina yang "kalah perang" untuk dapat izin tinggal di daerah itu. Keluarga-keluarga yang melancarkan aksi protes di lapangan utama digiring secara paksa.
Foto: Reuters/K. Cheung
2003: Pandemi SARS
2003, virus SARS yang sangat mudah menular mencengkeram Hong Kong. Maret tahun itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan adanya pandemi di kawasan itu. Pria ini (foto) hadir dalam upacara penguburan Dokter Tse Yuen-man bulan Mei. Dr. Tse secara sukarela menangani pasien SARS dan tertular virus itu. Hong Kong dinyatakan bebas SARS Juni 2003. Hampir 300 orang tewas akibat penyakit ini.
Foto: Reuters/B. Yip
2004: Demonstrasi bagi Demokrasi
Politik Cina "satu negara, dua sistem" kerap sebabkan ketegangan. 2004, dalam peringatan ke tujuh penyerahan kembali Hong Kong, ratusan ribu orang memprotes, dan menuntut reformasi politik. Mereka menyerukan demokrasi dan pemilihan pemimpin Hong Kong berikutnya.
Foto: Reuters/B. Yip
2008: Tidak Ada Tempat Tinggal
Harga properti yang sangat tinggi sebabkan biaya sewa yang juga tinggi. 2008 rasanya tak aneh jika melihat orang seperti Kong Siu-kau tinggal di apa yang disebut "rumah kandang." Besarnya 1,4 m persegi, dikelilingi kawat besi, dan dalam satu ruang biasanya ada delapan. Sekarang sekitar 200.000 orang menyebut sebuah "kandang" atau satu tempat tidur di apartemen yang disewa bersama, sebagai rumah.
Foto: Reuters/V. Fraile
2009: Mengingat Lapangan Tiananmen
Saat peringatan 20 tahun pembantaian brutal pemerintah Cina di Lapangan Tiananmen (4 Juni 1989), penduduk Hong Kong berkumpul dan menyalakan lilin di Victoria Park. Ini menunjukkan perbedaan besar antara Hong Kong dan Cina. Di Cina pembantaian atas orang-orang dan mahasiswa yang prodemokrasi hanya disebut Insiden Empat Juni.
Foto: Reuters/A. Tam
2014: Aksi Occupy Central
Sejak September 2014, protes skala besar yang menuntut lebih luasnya otonomi mencengkeram Hong Kong selama lebih dari dua bulan. Ketika itu Beijing mengumumkan Cina akan memutuskan calon pemimpin eksekutif Hong Kong dalam pemilihan 2017. Aksi protes disebut Revolusi Payung, karena demonstran menggunakan payung untuk melindungi diri dari semprotan merica dan gas air mata.
Foto: Reuters/T. Siu
2015: Olah Raga Yang Penuh Politik
Kurang dari setahun setelah Occupy Central berakhir, Cina bertanding lawan Hong Kong dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia sepak bola, 17 November 2015. Para pendukung Cina tidak disambut di Hong Kong. Para fans Hong Kong mengejek dan berteriak-teriak ketika lagu kebangsaan Cina dimainkan, dan mengangkat poster bertuliskan "Hong Kong bukan Cina." Pertandingan berakhir 0-0.
Foto: Reuters/B. Yip
2016: Kekerasan Baru
February 2016 tindakan brutal polisi Hong Kong kembali jadi kepala berita. Pihak berwenang berusaha singkirkan pedagang ilegal di jalanan dari kawasan pemukiman kaum buruh di Hong Kong. Mereka mengirim polisi anti huru-hara, yang menggunakan pentungan dan semprotan merica. Bentrokan ini yang terbesar setelah Revolusi Payung 2014. Penulis: Carla Bleiker (ml/hp)
Foto: Reuters/B. Yip
10 foto1 | 10
Jimmy Lai dan lebih dari 100 orang lainnya didakwa berdasarkan Undang-undang Keamanan yang dapat menyebabkan hukuman antara 3 – 10 tahun penjara dan hingga penjara seumur hidup. Dalam beberapa bulan terakhir, terutama sejak diberlakukannya undang-undang baru ini pada Juni 2020, banyak aktivis terkenal telah dijatuhi hukuman penjara yang lama karena pelanggaran yang relatif kecil.
Lebih dari 10.000 orang ditangkap selama protes atas matinya demokrasi di Hong Kong, dengan sekitar 2.500 dihukum karena berbagai pelanggaran. Sebagian besar pemimpin gerakan demokrasi kota itu telah ditahan, dipenjara, atau melarikan diri ke luar negeri.