Bougainville, Warisan Era Kolonial Jerman di Pasifik Selatan
John Silk
14 Desember 2019
Bougainville baru saja melangsungkan referendum dengan mayoritas besar memilih kemerdekaan dari Papua Nugini. Tidak banyak yang tahu, wilayah ini dulunya daerah jajahan Jerman.
Iklan
Dari pertengahan 1880-an hingga Perang Dunia I, Bougainville adalah bagian dari Deutsch-Neuguinea (Jerman Nugini), daerah jajahan Jerman di Pasifik Selatan yang terdiri dari beberapa pulau.
"Jerman memang yang terlambat dalam tahap penjajahan, dan itu mungkin merupakan penyebab utama dari kepentingan yang agak tidak rasional di Pasifik," kata Mads Bomholt Nielsen, seorang peneliti di Departemen Studi Bahasa Inggris, Jerman dan Romanik di Universitas Kopenhagen kepada DW.
Ketika Inggris mencari "dukungan pada masalah-masalah lain yang lebih mendesak," penguasa kolonial itu tidak menghalangi Jerman mengambil timur laut Nugini pada tahun 1884, Bomholt Nielsen menambahkan. Meskipun ini berarti bahwa Jerman sekarang berbatasan dengan protektorat Inggris di selatan.
James Hawes, penulis buku The Shortest History of Germany juga berpendapat sama: "Jerman memilih untuk menjajah Pasifik Selatan.., karena ini adalah daerah yang dianggap oleh Inggris sebagai halaman belakang mereka."
Dari Jerman ke tangan Australia
Pecahnya Perang Dunia I pada tahun 1914 membuat Jerman terlibat konflik dengan Inggris, dan partai-partai perang lainnya. Koloni-koloni Jerman di Pasifik Selatan lalu jatuh ke tangan Jepang, sekutu Inggris, dan Australia, yang pada saat itu merupakan wilayah kekuasaan semi-independen Inggris.
"Australia dan Selandia Baru memasuki Perang Dunia I, bahkan tanpa diminta oleh Inggris, karena mereka telah memerangi Jerman selama beberapa dekade," kata Hawes. "Pemerintah Australia dan Selandia Baru sudah lama menuntut agar pemerintah Inggris mengambil tindakan terhadap Jerman di Pasifik Selatan, jadi, ketika ada kesempatan, mereka langsung menduduki koloni-koloni ini."
"Bukannya Jerman setuju menyerahkan wilayah itu," lanjut Hawes. "Tapi mereka tidak punya pilihan lain. Itu adalah akibat dari kebijakan (pemimpin Jerman) Bismarck yang menghancurkan."
Menyusul kekalahan Jerman dalam Perang Dunia I, Perjanjian Versailles lalu ditandatangani tahun 1919, yang juga melucuti kepemilikan kolonial Jerman, termasuk Deutsch-Neuguinea. Sejak itu, Bougainville berada di bawah kendali Australia, dan akhirnya menjadi bagian dari Papua Nugini yang merdeka pada tahun 1975.
Hampir terlupakan dalam memori kolektif
Kecuali penggunaan beberapa kata Jerman, pengaruh Jerman di Pasifik Selatan sekarang tidak begitu nyata lagi. Selain itu, perhatian Jerman sekarang memang tidak tertuju ke kawasan ini.
Dibandingkan dengan kekuatan-kekuatan utama Eropa lainnya, era kolonial Jerman relatif singkat. Spanyol misalnya mendominasi sebagian besar wilayah Amerika selama 340 tahun dari 1492 hingga 1832. Inggris juga punya sejarah kolonial yang panjang. Dibandingkan dengan itu, era kolonial Jerman ibarat sebuah kedipan mata. Namun meskipun singkat, pemerintahan kolonial Jerman sering bertindak brutal dan dan kejam. Tapi tentu saja, lebih banyak perhatian diberikan pada sejarah Jerman abad ke-20 dan kekejamanannya di Eropa, sehingga era kolonialnya kurang hadir dalam memori kolektif.
Beberapa tahun terakhir, Jerman telah membuat langkah-langkah untuk memperbaiki kembali ingatan atas masa kolonialnya. Misalnya dengan pameran tentang era kolonial di Museum Sejarah Jerman di Berlin tiga tahun lalu. Selain di Pasifik Selatan, Jerman juga punya beberapa daerah jajahan di Afrika.
Sejarah Kebiadaban Kolonial Jerman
Jejak kolonialisme Jerman sudah banyak dilupakan. Namun kebiadaban pemerintahan kolonial lebih dari seabad silam masih menghantui hingga kini. Inilah penggalan sejarah kelam Jerman yang tak tuntas.
Foto: public domain
'Masa depan di Samudera'
Di Bawah kanselir Otto von Bismarck, Jerman menjajah Namibia, Kamerun, Togo dan sebagian wilayah Tanzania dan Kenya. Warisan Bismarck dilanjutkan Kaisar Wilhelm II (gambar) dengan membangun armada laut untuk memperluas wilayah kolonial Jerman. Bismarck sebenarnya bukan "pria kolonial." Agresi Jerman dilakukan cuma buat "melindungi rute perdagangan."
Foto: Hulton Archive/Getty Images
Jajahan Jerman
Jerman lalu membeli sejumlah wilayah jajahan di Pasifik, antara lain wilayah utara Papua Nugini, Kepulauan Bismarck, Kepulauan Marshall dan Solomon serta Qingdao di Cina. Sebuah konfrensi negara kolonial Eropa di Brussels tahun 1890 juga menelurkan hak buat Jerman untuk menduduki kerajaan Rwanda dan Burundi. Hingga akhir abad ke-19, perluasan wilayah kolonial Jerman resmi berakhir.
Foto: picture-alliance / akg-images
Manusa Kelas Dua
Populasi "kulit putih" di wilayah jajahan Jerman tidak lain adalah sekelompok kecil warga Eropa yang menikmati berbagai hak dan imunitas. Tahun 1914 sebanyak 25 ribu warga Jerman hidup di wilayah kolonial, hampir separuhnya menetap di Namibia. Sementara 13 juta penduduk lokal dianggap sebagai manusia kelas dua tanpa hak sipil.
Foto: picture-alliance/dpa/arkivi
Genosida Pertama Abad ke-20
Pembantaian terhadap etnis Herero dan Nama di Namibia adalah kejahatan terbesar Jerman di era kolonialisme. Pada pertempuran Waterberg, 1904, pasukan Jerman memblokir akses terhadap air buat pemberontak Herero yang melarikan diri ke gurun Namib. Akibatnya 60.000 orang mati kehausan.
Foto: public domain
Kejahatan yang Terlupakan
Cuma sekitar 16.000 anggota etnis Herero yang hidup setelah pemberontakan gagal. Mereka ditahan di kamp konsentrasi. Hasilnya sebagian meninggal dunia. Hingga kini jumlah pasti korban masih diliputi misteri. Berbeda dengan kejahatan NAZI di Perang Dunia II, Jerman belum pernah membayar ganti rugi atas pelanggaran HAM di era kolonialisme.
Foto: public domain
Alergi Masa Lalu
Antara 1905 dan 1907 berbagai kelompok etnis di wilayah yang kini bernama Burundi, Tanzania dan Rwanda bersatu untuk melawan Jerman setelah penduduk dipaksa menanam kapas untuk diekspor. Sekitar 100.000 pasukan pemberontak tewas dalam perang Maji-Maji. Hingga kini sejarah kelam tersebut jarang dibahas di Jerman. Sebaliknya pemberontakan itu adalah bagian penting dalam sejarah Tanzania.
Foto: Downluke
Reformasi Dernburg
Setelah berbagai perang pemberontakan, Jerman akhirnya merestrukturisasi pemerintahan kolonial untuk memperbaiki situasi penduduk di wilayah jajahan. Bernhard Dernburg (gambar) yang seorang pengusaha itu diangkat sebagai Menteri Kolonial dan menggulirkan reformasi untuk memperbaiki kebijakan Jerman di wilayah jajahannya. Dernburg terutama membidik manfaat ekonomi dari kolonialisme.
Foto: picture alliance/akg-images
Akhir Kolonialisme
Takluk di Perang Dunia I, Jerman lalu menandatangani perjanjian damai di Versailles tahun 1919. Dalam proses negosiasi Berlin harus menarik diri dari semua wilayah jajahannya. Akibatnya kas negara yang hampir kosong akibat perang semakin menciut. Jerman pun memasuki dekade penuh ketidakpastian ekonomi.
Foto: ullstein bild - histopics
Perundingan Alot
Negosiasi seputar pembantaian etnis Herero dan Nama kini memasuki fase tersulir. Jerman masih enggan memberikan uang ganti rugi. Perwakilan Herero akhirnya mengajukan keberatan resmi kepada PBB setelah tidak dilibatkan dalam proses perundingan.