Brain drain & #KaburAjaDulu: Banyak WNI Mau Pindah ke LN
20 Desember 2024
Banyak WNI di usia produktif yang berkeahlian khusus berniat pindah kewarganegaraan! Muncul juga fenomena #KaburAjaDulu, di mana orang-orang saling berbagi tips untuk kerja atau kuliah di luar negeri.
Iklan
Fenomena brain drain akhir-akhir ini sedang diperbincangkan. Para generasi emas Indonesia berbondong-bondong pergi ke luar negeri bahkan mengganti kewarganegaraan untuk mendapatkan pekerjaan.
Selama tahun 2019 hingga 2022, 3.912 WNI beralih menjadi warga negara Singapura, dilansir Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham (2023). Sebagian besar warga negara di angka tersebut berada pada rentang usia produktif, 25-35 tahun.
Brain drain ini bisa jadi sesuatu yang merugikan negara jika tidak ditangani, sebab dapat menghambat pertumbuhan ekonomi serta inovasi suatu negara karena kehilangan sumber daya manusia unggul di negaranya.
Penyebab "brain drain”
Menurut Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Drajat Tri Kartono, brain drain bisa terjadi karena dua faktor, "pull factor” (faktor penarik) dan push factor (faktor pendorong).
Adanya gaji yang baik, fasilitas yang mendukung, dan penghargaan tinggi bisa menjadi faktor penarik para WNI untuk bekerja di luar negeri, serta juga jaminan-jaminan masa depan yang diperoleh WNI.
Alih Profesi Akibat Pandemi
COVID-19 meninggalkan sejumlah kisah duka. Selain kehilangan anggota keluarga, ada pula yang kehilangan mata pencarian. Banyak orang terpaksa alih profesi demi memenuhi kebutuhan hidup. Inilah inspirasi untuk Anda.
Foto: Monique Rijkers/DW
Daniel Nainggolan, Pramugara, Bali
Daniel 'dirumahkan' sejak Mei hingga Oktober 2020 dan resmi berhenti terbang sebagai pramugara dari maskapai penerbangan di Indonesia. Kini Daniel memasok alat pelindung diri ke sebuah rumah sakit di Bali. "Carilah pekerjaan yang halal. Yakinilah ketika kita mampu bertahan dalam keadaan sulit ini, kita telah menjadi pemenang.”
Foto: Monique Rijkers/DW
Ari Retno Hapsari, Asuransi dan Aset Manajemer, Yogyakarta
Dari urusan keuangan, Ari Retno beralih menjadi produsen minuman kesehatan botolan demi memenuhi kebutuhan keluarga. Sejak Maret, keuangan rumah tangga jadi kacau karena banyak angsuran yang belum lunas. “Usaha baru tidak serta merta berhasil tapi dengan kesabaran, ketekunan, jeli melihat peluang, keuletan bisa menjadi modal untuk sukses. Sukses tidak datang tiba-tiba, harus melalui proses."
Foto: Monique Rijkers/DW
Yogi Prihantoro, Dosen, Tangerang
Setelah kontraknya tidak diperpanjang akibat pandemi, dosen yang mahir bahasa Arab di kampus Teologia ini memutuskan membuka warung mie jawa “Toegoe” di kawasan Depok dengan menu andalan mie lethek, resep andalan sang ibunda. “Kita tidak usah malu karena ini usaha yang halal.” Usaha kecil ini akan terus dijalankan meski bisa mengajar kembali. Saat ini sejumlah kampus sudah menawarkan pekerjaan.
Foto: Monique Rijkers/DW
Mario Tagambe, Yogyakarta, Desainer Grafis
Kehilangan pemasukan tapi tagihan tetap berjalan memaksa desainer grafis ini meminjam ruko teman untuk membuka usaha desain dan produksi kaos, serta warung kopi. “Jadi sementara kaos didesain, pemesan bisa menunggu sambil minum kopi dan baca komik.” Mario belajar meracik kopi dengan alat-alat seadanya di YouTube. Kemampuannya mendesain dimanfaatkan untuk mendesain kaos yang dijual di warungnya.
Foto: Monique Rijkers/DW
Yosefina Victoria, Manajer Akutansi Hotel, Bali
Yosefina dirumahkan sejak April 2020 dari posisi sebagai manajer akuntansi di sebuah resor di Badung, Bali. Dari punya anak buah, gaji besar, ia kini bekerja di rumah makan di bidang keuangan dan SDM dengan gaji hanya 25% dari sebelumnya. "Pekerjaan rangkap-rangkap tapi harus tetap semangat, jangan drop. Di mana jalan seperti tertutup tetapi pasti ada peluang lain yang terbuka.”
Foto: Monique Rijkers/DW
Marco Adipati, Pelatih Bola Anak-Anak, Bekasi
Juli 2020 Marco diberhentikan dari tempatnya bekerja sebagai pelatih sepak bola untuk anak-anak dengan pesangon tiga bulan gaji. Ia lalu mencari pekerjaan, mulai dari situs pencari kerja, minta rekomendasi teman sampai akhirnya diterima bekerja sebagai HR Trainer di kedai kopi. “Cobalah untuk tidak melewatkan kesempatan yang diberikan agar dapat bertahan di tengah pandemi. Lakukan hal bermanfaat."
Foto: Monique Rijkers/DW
Indiana Simalango, Usaha Bimbingan Belajar, Tangerang
“Rumah Pintar Ms. Diana”, tempat bimbingan belajar yang dikelola Indiana sejak tahun 2012 terpaksa tutup sejak Maret 2020. Indiana memutuskan berjualan bawang goreng yang ia buat sendiri. “Jangan gengsi, namanya juga usaha. Cari peluang yang bisa menghasilkan uang, misalnya usaha kecil-kecilan, jualan makanan atau bahan makanan online," ujar Indiana mempunyai gelar sarjana teologia. (ap/ae)
Faktor lain penyebab brain drain adalah minimnya pengakuan dan penghargaan terhadap pengembangan pendidikan dan inovasi seseorang.
Viralnya #KaburAjaDulu di media sosial
Selain "brain drain” juga ada #KaburAjaDulu yang sedang masif dibahas di media sosial, X. Namun, senada dengan "brain drain”, di #KaburAjaDulu banyak orang saling membagi informasi bagaimana memulai pendidikan hingga bekerja di luar negeri. Selain memberikan informasi, mereka juga saling berdiskusi agar bisa bekerja di negara tujuannya.