Brasil Sambut Jagad Sepakbola
24 Desember 2013 Bem-vindo ao Brasil! Jika peluit pembuka berbunyi 12 Juni 2014 mendatang, maka jagad sepakbola bakal kembali melirik Brasil untuk kedua kalinya sejak 1950. 32 Negara bersaing memperebutkan Piala Dunia dalam 64 pertandingan.
"Saya ingin melihat Brasil menang," kata legenda sepakbola Pele, yang masih meratapi partai final 1950 ketika tuan rumah dipermalukan oleh Uruguay. Kisah semacam itu memotivasi Neymar dkk. untuk merebut trofi Piala Dunia.
Sebagai tuan rumah Brasil secara otomatis lolos tanpa harus mengikuti babak kualifikasi. Kejutan muncul dengan tampilnya Bosnia Herzegovina di putaran final untuk pertama kali. Perancis yang dimotori kandidat pemenang Ballon D'or, Franck Ribery, memastikan tiket di menit-menit terakhir. Pengalam serupa dialami Christiano Ronaldo bersama Portugal.
Sistem pengundian yang diusung FIFA membuat rumit kompetisi di babak penyisihan grup. Pada satu sisi penonton akan disuguhkan laga-laga papan atas ketika Spanyol bertemu Belanda, Chile dan Australia dí grup B, atau saat Italia mendarat bersama Inggris, Costa Rica dan Uruguay di grup D. Namun di lain pihak, ada grup semisal grup C yang mempertemukan Kolombia, Yunani, Pantai Gading dan Jepang.
Tuan rumah Brasil sendiri kebagian bersama Kroasia, Mexiko dan Kamerun. Sementara Jerman bakal menghadapi babak penyisihan grup degan Portugal, Amerika Serikat dan Ghana yang dimotori Kevin Prince Boateng. "Grup ini luar biasa. Tapi kami yakin bisa lolos," kata Jürgen Klinsmann, pelatih timnas AS.
Perbedaan Temperatur dan Jarak
Brasil sebagai tuan rumah memiliki dimensi yang jarang ditemui pada negara tuan rumah sebelumnya. Negeri samba itu adalah negara dengan luas wilayah terbesar ke-lima di dunia. Sebab itu para wisatawan bakal banyak bergantung pada perjalanan udara. Bandar udara terbesar saat ini adalah Sao Paulo dan Rio de Janeiro yang menghubungkan penerbangan dari seluruh negeri.
Hingga kini pemerintah setempat masih berupaya merenovasi atau memperluas infrastruktur semisal bandara. Panitia penyelenggara memperkirakan, sekitar 600.000 wisatawan asing bakal menyambangi 12 kota penyelenggaran putaran final.
Uniknya Brasil di bulan Juni memiliki perbedaan temperatur yang signifikan di setiap wilayah. Ketika suhu udara di Porto Alegre dan Curitiba cuma 15 derajat Celcius, bagian Selatan antara Rio de Janeiro dan Sao Paulo temperartur merangkak hingga 20-25 derajat dan 30-35 derajat Celcius di Salvado de Bahia, Recife sertra Fortaleza.
Otoritas sepakbola setempat mengklaim mengucurkan dana sebesar 1,1 milliar Euro untuk pembangunan stadion. Saat ini jumlahnya diyakini membengkak melebihi 3 milliar Euro. Pasalnya Brasil bakal menjadi Piala Dunia dengan teknologi paling mutakhir. Antara lain dengan sistem pengawasan dengan lebih dari 200 kamera di dalam stadion. Sekitar 400 juta Euro dihabiskan oleh panitia penyelenggara untuk biaya keamanan.
Mencegah terulangnya "Gol Wembley"
Untuk pertama kalinya, putaran final Piala Dunia akan dilengkapi dengan teknologi garis gawang. Sistem yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan Jerman itu mendeteksi terciptanya gol dengan akurat lewat lusinan kamera yang dipasang di atap stadion.
"Semua wasit senang mendapat bantuan semacam itu," kata Presiden FIFA Josepg Blatter. "Saya sudah tidak sabar ingin melihat bagaimana cara kerjanya. Mudah-mudahan teknologi ini benar-benar bisa digunakan," pungkasnya.
Dengan teknologi tersebut FIFA berharap bisa menghindari terciptanya gol hantu, seperti di Wembley dalam partai final Piala Dunia 1966 atau saat Inggris bertemu Jerman di babak perdelapan final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.
FIFA sebelumnya telah mengujicoba teknologi garis gawang pada Piala Dunia antar klub di Jepang 2012. Langkah tersebut diperlukan untuk menjawab kekhawatiran sebagian pihak akan kehandalan teknologi semacam itu.