Setelah 47 tahun menjadi anggota, Inggris mulai pukul 00.01 tanggal 1 Februari resmi meninggalkan Uni Eropa. Untuk sementara, tidak banyak hal yang berubah sampai akhir tahun ini.
Iklan
Tepat tengah malam memasuki tanggal 1 Februari, Inggris secara resmi bukan lagi anggota Uni Eropa. Tetapi tidak berarti segala sesuatu akan langsung berubah bagi warga Inggris maupun warga Uni Eropa. Sebab ada masa transisi selama 11 bulan sampai akhir 2020. Dan selama masa transisi itu, semua aturan yang berlaku masih seperti dulu.
Artinya, Inggris masih tetap mengikuti aturan Uni Eropa, sekalipun tidak ada lagi wakil dari Inggris di Parlemen Eropa. Inggris juga masih menjadi bagian dari pasar tunggal Eropa, sehingga barang-barang yang keluar dari Inggris ke Uni Eropa tidak terkena pajak, begitu pula sebaliknya. Inggris juga masih wajib membayar iuran keanggotaan di Uni Eropa.
Warga Inggris dan warga Uni Eropa masih tetap bebas bergerak tanpa perlu visa dari satu kawasan ke kawasan lainnya. Artinya, mereka bebas bekerja dan belajar di mana saja seperti yang berlaku selama ini.
Selama masa transisi, Inggris tidak diizinkan menandatangani perjanjian perdagangan dengan negara-negara lain, dan harus menunggu sampai masa transisi berakhir.
Apa yang akan terjadi pada perdagangan?
Tim perunding kedua pihak saat ini sedang menyusun rancangan kesepakatan dagang baru antara Inggris dan Uni Eropa. Pembicaraan resmi diperkirakan akan dimulai pada 3 Maret mendatang. Delegasi Inggris yang dinamakan Taskforce Europe akan dipimpin oleh David Frost.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson ingin agar secepatnya dicapai kesepakatan dalam segala bidang: perdagangan, keamanan, pertukaran data, perikanan, penerbangan, pendidikan, dan bidang lainnya. Namun, skenario itu kelihatannya akan membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Yang paling mungkin dirampungkan dalam waktu setahun adalah kesepakatan perdagangan. Ini berkaitan dengan lalu lintas barang, tanpa mencakup sektor jasa yang merupakan 80 persen dari ekonomi Inggris.
Bagaimana jika tidak dicapai kesepakatan selama masa transisi?
Jika kedua belah pihak gagal mencapai kesepakatan perdagangan sampai 1 Januari 2021, dan masa transisi tidak diperpanjang, maka lalu lintas barang antara Inggris dan Uni Eropa diatur berdasarkan kerangka Organisasi Perdagangan Dunia, WTO.
Berarti, semua barang Inggris yang diimpor ke Uni Eropa akan terkena pajak, begitu juga semua barang Uni Eropa yang diekspor ke Inggris. Baik Inggris dan negara-negara Uni Eropa akan segera merasakan dampaknya. Barang-barang Inggris di Uni Eropa akan kehilangan daya saing, karena menjadi jauh lebih mahal.
Penerapan aturan WTO untuk lalu lintas barang juga akan berarti harus ada pemeriksaan di perbatasan. Berbagai skenario memperkirakan akan terjadi kemacetan panjang di kawasan perbatasan dan pada lalu lintas pelabuhan. Para ahli memperkirakan, kerugian bagi Inggris akan lebih besar, karena kehilangan akses ke pasar tunggal Uni Eropa yang luas.
Brexit: Tarik Ulur Politik Inggris Keluar Dari Uni Eropa
Inggris kejutkan dunia dengan hasil referendum 23 Juni 2016 yang sepakat keluar dari Uni Eropa. Mulailah rentang waktu penuh kisruh, tarik uluk dan adu kekuatan politik di Eropa terkait Brexit.
Foto: picture-alliance/empics/Y. Mok
Juni 2016: Kehendak Rakyat Inggris
Hasil referendum yang diumumkan 24 Juni 2016, hampir 52 persen dari pemilih setuju, Inggris keluar dari Uni Eropa. Perdana Menteri Inggris saat itu, David Cameron dari partai konservatif menerima "kehendak rakyat Inggris, dan mengundurkan diri sehari setelah referendum..
Foto: picture-alliance/dpa/A. Rain
Juli 2016: Brexit berarti Brexit
Mantan Menteri Dalam Negeri, Theresa May gantikan posisi Cameron sebagai Perdana Menteri pada 11 Juli. Ia menjanjikan´Brexit berarti Brexit´. Sebelumnya, May diam-diam dukung kampanye Inggris tetap di Uni Eropa. Dia tidak secara jelas mengatakan kapan akan memulai pembicaraan diberlakukannya Pasal 50 Perjanjian Uni Eropa terkait masa dua tahun sebelum Inggris resmi keluar Uni Eropa.
Foto: Reuters/D. Lipinski
Maret 2017: Kami siap Berpisah
May tandatangani nota diplomatik untuk memulai Pasal 50, 29 Maret. Beberapa jam kemudian, Duta Besar Inggris untuk UE, Tim Barrow serahkan nota itu kepada Presiden Dewan Eropal, Donald Tusk. Inggris dijadwalkan keluar dari Uni Eropa 29 Maret 2019. Tusk merespon nota itu dengan komentar: “Kami sudah siap berpisah. Terima kasih dan selamat tinggal”.
Foto: picture alliance / Photoshot
Juni 2017: Perundingan Dimulai
Menteri Brexit, David Davis dan ketua jururunding UE, Michel Barnier memulai perundingan di Brussel pada 19 Juni. Perundingan pertama diakhiri dengan kesepakatan Inggris akan mematuhi aturan UE terkait sisa negosiasi. Tahap pertama membahas persyaratan keluarnya Inggris dan tahap kedua membahas hubungan UE dan Inggris pasca-Brexit.
Foto: picture alliance/ZUMAPRESS.com/W. Daboski
Juli – Oktober 2017: Uang, Hak-hak dan Irlandia
Tahap kedua perundingan dimulai dengan berfoto bersama tim Inggris yang terlihat tak siap. Perundingan gagal raih kemajuan terkait tiga masalah pasca-Brexit: Berapa banyak yang masih harus dibayar Inggris ke anggaran UE, bagaimana dengan hak warga negara UE dan Inggris dan apakah Inggris tetap dapat membuka perbatasan antara Irlandia dan Irlandia Utara.
Foto: Getty Images/T.Charlier
November 2017: May Tunjukkan Kemajuan?
Kemajuan baru terlihat setelah putaran perundingan ke-6 di awal November. Inggris setuju untuk membayar 57 miliar Euro atau sekitar Rp 900 triliun sebagai “biaya perceraian”. Awalnya May hanya mau membayar 20 juta, padahal UE telah menghitung biayanya sebesar 60 juta Euro. Laporan konsensi Inggris ini memicu kemarahan di kalangan politikus dan media pro-Brexit.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
Desember 2017: Maju ke fase ke-2
Para pimpinan dari 27 anggota UE secara resmi menyetujui “kemajuan yang cukup” itu untuk diteruskan ke fase kedua: transisi periode pasca-Brexit dan masa depan hubungan perdagangan UE-Inggris. Perdana Menteri Theresa May mengungkapkan kegembiraannya atas keputusan ini, sebaliknya Presiden Dewan Eropa, Tusk memperingatkan bahwa perindingan putaran kedua akan “sangat sulit.
Foto: picture-alliance/AP Photo/dpa/O. Matthys
September 2018: Tidak ada ceri untuk Inggris
Proposal May tidak berjalan mulus. Pada pertemuan puncak di Salzburg akhir September, para pimpinan UE sampaikan kepada May bahwa proposalnya tidak dapat diterima. Presiden Dewan Eropa,Tusk menyindir May lewat Instagram dengan postingan foto mereka yang sedang melihat sepotong kue: “Sepotong kue barangkali? Maaf, tidak ada ceri”. Ini sindiran bahwa Inggris cuma mau keuntungan sepihak dari Eropa.
Foto: Reuters/P. Nicholls
November 2018: Kemajuan di Brussel
Para pimpinan UE dukung draft kesepakatan perceraian serta deklarasi politis soal hubungan pasca-Brexit setebal 585 halaman. Draft ini dikecam habis anggota parlemen yang pro maupun kontra Brexit dalam perdebatan di Parlemen Inggris beberapa minggu sebelumnya. Menteri Brexit, Dominic Raab bersama dengan beberapa menteri mencoba memicu mosi tidak percaya di bulai Mei.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Desember 2019: May Lolos Dari Mosi Tidak Percaya
Menghadapi oposisi yang sulit, May menunda pemungutan suara di parlemen pada 10 Desember. Besoknya ia bertemu Kanselir Jerman, Angela Merkel untuk mencari kepercayaan diri dalam meyakinkan para anggota parlemen yang skeptis kembali ke kesepakatan. Sementara ia pergi, anggota parlemen dari Partai Konservatif ajukan mosi tidak percaya. May menang mosi kepercayaan di hari berikutnya.
Foto: Getty Images/S. Gallup
Januari 2019: Kesepakatan ditolak
Kesepakatan Brexit May, ditolak Parlemen Inggris dengan 432 suara dan hanya 202 suara mendukungnya. Sebagai respon hasil tersebut, Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk sarankan agar Inggris tetap bertahan di Uni Eropa. Partai Buruh Inggris menyerukanmosi tidak percaya terhadap Perdana Menteri. Ini adalah tantangan berat dalam kepemimpinan kedua May dalam bulan-bulan terakhir.
Foto: Reuters
11 foto1 | 11
Aturan khusus untuk Irlandia?
Masalah Irlandia Utara akan menjadi persoalan krusial dalam proses Brexit. Menurut ketentuan yang disepakati saat ini, Irlandia Utara akan tetap berada di wilayah pabean Inggris, tetapi perbatasan pabean antara Irlandia Utara dan Uni Eropa ditetapkan berada di Laut Irlandia, yang memisahkan Irlandia Utara (bagian dari Inggris) dan Republik Irlandia (anggota Uni Eropa).
Itu berarti, barang yang tiba di Irlandia Utara dari negara-negara non-Uni Eropa akan tunduk pada aturan bea cukai Inggris, sementara barang-barang yang masuk ke Uni Eropa melalui Republik Irlandia, yang anggota Uni Eropa, akan diproses di bawah aturan Uni Eropa.
Secara teoritis itu berarti bahwa harus ada pengawasan pabean untuk lalu lintas barang di Laut Irlandia. Namun Inggris sudah mengatakan tidak akan melakukan pengawasan. Praktek ini disepakati untuk memenuhi tuntutan Irlandia Utara yang menolak adanya perbatasan dengan Republik Irlandia.
Sekarang makin banyak warga Irlandia Utara yang mengusulkan agar kawasan otonomi itu sebaiknya memisahkan diri dari Inggris dan tetap menjadi anggota Uni Eropa. Namun untuk bisa memisahkan diri, mereka perlu persetujuan dari parlemen Inggris, yang hingga kini menolak usulan itu. (hp/vlz)