Mengapa cuaca masih terasa gerah dan panas meski beberapa kali sudah hujan? Pakar BRIN mengungkapkan analisisnya.
Iklan
Beberapa waktu terakhir, sejumlah warga kembali mengeluhkan cuaca panas menyengat. Walhasil, muncul pertanyaan mengapa cuaca masih terasa 'gerah' meski sudah beberapa kali terjadi hujan.
Menurut pakar meteorologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Edvin Aldrian, hal ini berkaitan dengan dampak perubahan iklim yang memperparah fenomena El Nino.
"Musim kemarau makin panjang, musim hujan makin pendek. Bisa hujan deras, besoknya gantian panas terik," beber Edvin melalui siaran pers, dikutip detikcom Selasa (26/12).
Beberapa waktu terakhir, sejumlah warga kembali mengeluhkan cuaca panas menyengat. Walhasil, muncul pertanyaan mengapa cuaca masih terasa 'gerah' meski sudah beberapa kali terjadi hujan.
Rekor: Panas Ekstrem di Asia
PBB memperingatkan bahwa lima tahun ke depan akan menjadi rekor tahun terpanas yang pernah tercatat. Asia turut menderita, seiring dengan meningkatnya suhu ekstrem akibat gas rumah kaca dan pola cuaca El Nino.
Foto: CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP
Air menyelamatkan jiwa
Para relawan di New Delhi, India, terlihat tengah membagikan minuman gratis saat musim panas. Pada bulan Mei lalu, Badan Meteorologi Dunia (WMO) memperingatkan bahwa lima tahun ke depan akan menjadi rekor tahun-tahun terpanas sepanjang sejarah.
Foto: Arun SANKAR/AFP
Dengan balok es melawan panas mematikan
Para buruh pekerja di Bangkok, ibu kota Thailand, tengah mengangkut balok-balok es ke sebuah pasar. Thailand merupakan salah satu negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan yang menghadapi gelombang panas paling mematikan dalam beberapa minggu terakhir.
Foto: Lillian Suwanrumpha/AFP
Pemasok air
Kurir ini terlihat berjuang keras untuk mengangkut lebih banyak stok air di sepeda motornya. Di ibu kota Vietnam, Hanoi, akses terhadap air minum menjadi hal yang krusial, mengingat cuaca panas ekstrem yang tengah dihadapi. Pada bulan Mei, rekor terbaru dipecahkan saat suhu mencapai 44,1 derajat Celcius.
Foto: Nhac NGUYEN/AFP
Kipas angin genggam
Ketika El Nino tengah menyebabkan suhu melambung tinggi di Banda Aceh, Indonesia, sebuah kipas angin genggam memberikan sedikit kenyamanan udara sepoi-sepoi bagi siswi sekolah ini.
Foto: CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP
Mencari tempat teduh
Bukan karena hujan, namun warga Tokyo, ibu kota Jepang, tetap membawa payung mereka untuk berlindung dari panas ekstrem.
Foto: Philip FONG/AFP
Terlalu panas untuk bekerja
Panas dan lembabnya udara di Prayagraj, negara bagian Uttar Pradesh, India, membuat situasi sulit bagi warganya untuk bekerja. Dalam beberapa minggu terakhir, para dokter di sana menghimbau warga yang berusia di atas 60 tahun, untuk tetap berada di dalam rumah selama gelombang panas ekstrem melanda wilayah tersebut.
Foto: Sanjay KANOJIA/AFP
Air: Berkah, sekaligus kutukan
Anak-anak mendinginkan tubuh mereka di Sungai Buriganga, Bangladesh, salah satu negara di dunia yang paling terdampak bencana iklim. Angin topan dan banjir sering kali menghancurkan wilayah mereka. Seperlima bagian dari negara ini berisiko mengalami banjir permanen akibat naiknya permukaan air laut. (kp/hp)
Foto: Munir UZ ZAMAN/AFP
7 foto1 | 7
Menurut pakar meteorologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Edvin Aldrian, hal ini berkaitan dengan dampak perubahan iklim yang memperparah fenomena El Nino.
"Musim kemarau makin panjang, musim hujan makin pendek. Bisa hujan deras, besoknya gantian panas terik," beber Edvin melalui siaran pers, dikutip detikcom Selasa (26/12). (ha)