Sebuah perlengkapan yang digunakan untuk serangan bunuh diri ditemukan di Pari, sementara situasi gawat darurat akibat teror terus diberlakukan di Brussel. Setelah tiga hari ibukota Belgia tetap tidak kosong sepenuhnya.
Foto: Reuters/B. Tessier
Iklan
Pemerintah Belgia menyatakan, di ibukota Brussel tetap akan diberlakukan keadaan gawat darurat selama sepekan lagi, karena ancaman teror belum teratasi. Pemerintah Belgia dan Perancis masih mencari Salah Abdeslam, tersangka utama serangan teror di Paris 13 November lalu, yang mengakibatkan sedikitnya 130 orang tewas.
Selasa malam kepolisian Perancis menyatakan sebuah perlengkapan untuk serangan bunuh diri berupa semacam ikat pinggang ditemukan di Paris. Perlengkapan yang serupa dengan yang digunakan dalam serangan Paris itu kini sedang dianalisa. Perlengkapan berupa ikat pinggang itu ditemukan di tempat sampah di daerah pinggiran kota Paris, Montrouge. Menurut data hubungan telefon, malam hari November 13, Abdeslam kemungkinan berada di daerah itu. Dilaporkan juga, detonator tidak ditemukan pada perlengkapan itu.
Brusel sepi tapi tidak kosong sepenuhnya
Anak sekolah di Brussel banyak yang merasa senang. Sekolah libur karena di kota mereka diberlakukan situasi gawat darurat akibat ancaman teror. Tidak hanya sekolah, tempat penitipan anak dan universitas juga tutup. Demikian halnya dengan perusahaan besar, kantor asuransi dan bank-bank. Matahari bersinar cerah di ibukota Belgia itu. Sedikit takut tetap ada, kata seorang ibu dari dua anak.
Sejumlah turis ibaratnya sengaja menantang teroris dengan berfoto di depan bangunan-bangunan megah dari berabad-abad lalu, dan sibuk membaca petunjuk bagi wisatawan. Seorang turis, Anna Makri yang khusus berwisata ke Brussel akhir pekan lalu mengatakan, ia memperkirakan teroris sudah lari dari Brussel. Tapi "para tentara dengan senjata otomatis mereka membuat orang takut," katanya.
Patroli tentara Belgia di pusat ibukota Brusel.Foto: Reuters/B. Tessier
Sebenarnya orang berada di ibukota Eropa, tapi karena lengang orang merasa seperti di kota hantu. Sekitar separuh toko, kafe dan restoran di kota tua Brussel sekitar Grand Place tutup. Seorang pemilik toko mengeluh, karena kehilangan sekitar 90% keuntungan yang biasa diperolehnya. Namun demikian sejumlah kafe penjual gorengan dan penjual coklat tetap buka, seolah tidak takut dengan adanya peringatan tertinggi akan bahaya teror yang diberlakukan pemerintah, seperti tampak pada tweet berikut.
Di mana orang biasanya berdesakan, sekarang orang bisa berjalan dengan santai. "Bisa dibilang, sekarang malah kami beruntung", kata Gho Jam Phui. Turis asal Singapur itu tidak terlalu khawatir. "Restoran hampir sepenuhnya kosong, tapi kami tetap merasa aman untuk jalan-jalan di sini," ditambahkannya.
Sebuah kendaraan lapis baja milik angkatan darat bergerak ke depan gedung balai kota. Kadang tampak mobil polisi berpatroli. Di lapangan utama, sebuah pohon Natal raksasa sedang dihias. Di sebelahnya ditempatkan dekorasi Natal lainnya. Di samping para turis, terutama wartawan, tim kamera dan fotografer berada di pusat kota.
Lapangan utama Grand Place, pusat kota Brusel.Foto: Reuters/Y. Herman
Molenbeek kota mati
Sisa aksi polisi yang dilancarkan di malam hari di sekitar Grand Place tidak tampak lagi. Minggu malam, 21 orang ditangkap, tapi tersangka salah satu pelaku serangan di Paris, Salah Abdeslam, tidak termasuk di antara mereka. Demikian dinyatakan Kejaksaan Agung di Brussel. Menteri Dalam Negeri Belgia Jan Jambon mengatakan, operasi penangkapan belum berakhir dan pencarian Abeslam dilanjutkan.
Abdeslam tinggal di bagian kota Brussel yang bernama Molenbeek, seperti halnya sedikitnya tiga pelaku serangan Paris lainnya. Di bagian kota itu banyak toko tutup akibat peringatan ancaman teror. Stasiun kereta bawah tanah ditutup, bus jarang melintas dan polisi berpatroli di jalanan. Rumah nomor 30, dekat gedung balai kota Molenbeek dulu tempat tinggal keluarga Salah Abdeslam. Kini itu jadi sasaran turis yang usil.
ml/as (twitter, afp, skynews)
Serangan Teror di Eropa
Sejak satu dekade terakhir serangan teror radikal Islamis terus menyasar Eropa. Sebuah Kronologi dalam gambar.
Foto: AP
November 2015 Paris
Serangan yang terjadi pada Jumat (13/11/15) malam merupakan aksi paling berdarah yang mengguncang Perancis setelah Perang Dunia II satu tusukan bagi Perancis. Sedikitnya 130 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka akibat serangan yang dilancarkan ISIS di tujuh lokasi di Paris. Polisi melaporkan 8 pelaku serangan teror tewas; 7 diantaranya meledakkan diri.
Foto: Getty Images/AFP/K. Tribouillard
Serangan Terhadap Kebebasan Berpendapat
Serangan terhadap mingguan Charlie Hebdo 7 Januari 2015 dinilai para politisi dunia sebagai identik dengan serangan terhadap kebebasan berpendapat dan kebebasan pers. Pimpinan redaksi Stephane Charbonnier alias "Charb" dan sejumlah karikaturis utama majalah itu tewas akibat serangan tersebut. Charb dipuji sebagai pejuang kebebasan pers yang berani dan pantang mundur.
Foto: DW/Bernd Riegert
Januari 2015 Paris
Sedikitnya 12 orang tewas dalam serangan ke Kantor mingguan satir "Charlie-Hebdo" di Paris um. Pelaku masih diburon. Motifnya diduga balas dendam atas publikasi Karikatur Nabi Muhammad dan Karikatur pimpinan ISIS Abubakar al Bhagdadi oleh majalah tersebut. Seluruh dunia mengutuk aksi teror barbar tersebut.
Foto: A. Gelbard/AFP/Getty Images
Maret 2004 Madrid
Sejumlah bom meledak di empat kereta dan satu trem bawah tanah di ibukota Spanyol 11 Maret 2004. Sedikitnya 191 orang tewas dan 1.8000 cedera. Pelakunya secara simbolis diganjar hukuman 43.000 tahun penjara. Di Spanyol berlaku peraturan bagi pelaku kejahatan berat dengan ganjaran hukuman tertinggi 40 tahun.
Foto: AP
Juli 2005 London
Saat jam sibuk tanggal 7 Juli 2005 empat teroris radikal Islamis melancarkan serangan teror nyaris berbarengan mengguncang ibukota Inggris. Tiga pelaku serangan bunuh diri meledakkan sebuan kereta bawah tanah dan seorang lagi meledakkan sebuah bus kota bertingkat. Sedikitnya 52 orang tewas termasuk keempat teroris.
Foto: picture-alliance/dpa/P. MacDiarmid
September 2005 Denmark
Tanggal 30 September 2005 harian Denmark "Jylannds Posten" mempublikasikan 12 karikatur yang mengkritik Islam. Salah satunya Karikatur Nabi Muhammad yang mengenakan sorban berupa bom. Publikasi ini memicu aksi protes di seluruh negara Islam sebagian dengan kekerasan dan membuat pemerintah Denmark dan Eropa waspada.
Foto: picture-alliance/dpa
Desember 2010 Stockholm
Menjelang Natal pada 11 Desember 2010 dua bom meledak di pusat perbelanjaan yang ramai di ibukota Swedia. Dua pejalan Kaki cedera. Pelakunya pemuda berusia 28 tahun keturunan Irak membunuh diri. Semula diduga aksi dilakukan pelaku tunggal, tapi belakangan diketahui pelaku memiliki komplotan.
Foto: AFP/Getty Images/J. Nackstrand
November 2011 Paris
Mingguan satir Perancis "Charlie Hebdo" pada November 2011 jadi sasaran serangan bom molotov yang dilemparkan ke ruang redaksi. Saat itu tidak ada korban cedera. Pelaku serangan hingga kini tidak tertangkap. Motif serangan diduga publikasi terkait karikatur yang mengritik Islam. Mingguan satir ini terkenal dengan karikaturnya yang mengritik semua agama besar.
Foto: picture-alliance/abaca
Maret 2012 Toulouse
Antara 11 hingga 22 Maret 2012 seluruh Perancis dicekam ketakutan. Mula-mula seorang lelaki Yang menunggang skuter menembak dua orang serdadu. Delapan hari kemudian tiga siswa dan seorang Guru sekolah Yahudi ditembak mati. Tanggal 22 Maret polisi menyerbu rumah pelaku dan dalam aksi baku tembak pelaku berhasil dibunuh.
Foto: AP
Mei 2014 Brussel
Seorang pria melakukan aksi penembakan membbi buta di jalan masuk Musium Yahudi di Brussel 24 Mei 2014. Empat orang tewas dan pelaku berkewargaan Perancis berhasil kabur. Balakangan pelaku tertangkap di Perancis dan diekstradisi ke Belgia. Pelaku adalah eks jihadis di Suriah dan pernah dipenjara karena merampok.
Foto: Reuters
September 2014 Brussel
September 2014 sebuah serangan ke gedung Komisi Uni Eropa berhasil digagalkan. Pelaku tunggal diduga gagal berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Setelah serangan itu, sejumlah negara Eropa meningkatkan kewaspadaan terhadap para eks jihadis pendukung ISIS yang balik kembali ke negara asalnya di Eropa.