1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJerman

Bukan COVID-19, Apa yang Paling Ditakuti Orang Jerman?

10 September 2021

Survei tahunan rutin sejak tahun 1992 kembali menanyakan masyarakat Jerman tentang apa yang paling mereka takuti. Secara mengejutkan, COVID-19 tidak menempati posisi teratas; meski pandemi sudah 2 tahun berselang.

Seorang lansia mengenakan masker yang dibuatnya sendiri dan berhenti untuk difoto dalam pandemi krisis COVID-19 di Berlin, Jerman. (15/4/2020)
Seorang lansia mengenakan masker yang dibuatnya sendiri dan berhenti untuk difoto dalam pandemi krisis COVID-19 di Berlin, Jerman. (15/4/2020)Foto: Getty Images/S. Gallup

Selama bertahun-tahun, masyarakat Jerman merasa tenang karena tinggal di negara yang terbilang aman dari sisi finansial, lantaran tidak pernah menambah jumlah utang negaranya — setidaknya sampai pandemi COVID-19 menerpa dunia bak gelombang tsunami.

Sejak saat itu, Jerman terpaksa harus menambah utang negara lagi, dan dalam jumlah besar. Tidak tanggung-tanggung, pada pertengahan April lalu, parlemen federal Bundestag menyetujui pinjaman dana senilai 240 miliar euro (4 kuadriliun rupiah) untuk dialokasikan sebagai dana pemulihan pandemi — sebuah rekor dalam sejarah pinjaman utang Jerman.

Kini, total utang Jerman pun melonjak hingga 2,2 triliun euro (37 kuadriliun rupiah), yang juga merupakan angka utang tertinggi sepanjang sejarah negara itu.

Mimpi buruk kenaikan pajak

Meningkatnya angka pinjaman utang yang tidak biasa ini lantasditakuti sebagian besar masyarakat Jerman — itulah hasil survei tahunan yang dikeluarkan salah satu perusahaan asuransi terbesar di Jerman, R+V. Survei yang rutin dilaksanakan sejak tahun 1992 ini dilakukan dengan menanyakan masyarakat Jerman tentang kecemasan terbesar mereka dalam berbagai aspek; seperti politik, ekonomi, lingkungan, keluarga, dan kesehatan, yang merupakan bagian dari proses penilaian risiko.

Mata uang euro dalam ilustrasi.Foto: imago images/teamwork/A. Duwentäster

Peneliti R+V tahun ini melakukan survei terhadap sekitar 2.400 laki-laki dan perempuan di atas usia 14 tahun, pada kurun waktu antara 25 Mei hingga 4 Juli.

"Utang yang menggunung untuk mengatasi pandemi COVID-19 pada tingkat federal, provinsi, dan lokal menjadi kekhawatiran utama masyarakat Jerman tahun ini,” sebut Brigitte Römstedt, kepala pusat informasi R+V yang bertanggung jawab atas hasil survei ini.

Menurutnya, sekitar 53% masyarakat Jerman khawatir, pemerintah akan menaikkan pajak secara permanen atau memotong layanan dan manfaat bagi publik karena beban utang tersebut. Kekhawatiran akan pajak pun menempati posisi pertama dalam survei kali ini.

Tidak mengkhawatirkan COVID-19

Secara kontras, ketakutan akan virus COVID-19 — termasuk soal tertular penyakit itu sendiri — hanya menempati posisi ke-14 dalam skala kecemasan, dengan proporsi sebesar 35 persen. Meski begitu, hal ini dinilai Römstedt bukan lah hal yang mengejutkan. "Tahun lalu juga hanya sepertiga masyarakat Jerman yang takut terkena virus korona, dan itu terjadi ketika belum ada vaksin apa pun.”

"Masyarakat ingin membuang jauh-jauh pikiran penyakit tersebut, kita semua tahu itu. Tetapi, ketika menyoal tentang uang, dari sepengalaman saya, ketakutan itu selalu sangat besar,” jelas Römstedt kepada DW.

Topik yang dibungkam dalam kampanye pemilu

Pakar politik Jerman, Manfred G. Schmidt, memperkirakan bahwa rancangan undang-undang mengenai utang pandemi COVID-19 hanya akan diajukan setelah pemilu federal Bundestag, pada 26 September mendatang.

"Semua partai berhasil membungkam isu tersebut,” ujar Schmidt kepada DW. Profesor di Universitas Heidelberg itu telah bertahun-tahun menjadi penasihat perusahaan asuransi R+V dan membantu proses evaluasi studi kecemasan tersebut.

Penyampaian pandangan umum dalam pembahasan RUU Perlindungan Infeksi di parlemen Bundestag, Berlin, Jerman. (21/4/2021)Foto: Axel Schmidt/Reuters

Uang masih dominasi ketakutan orang Jerman

Peringkat kedua dan ketiga dalam studi tersebut juga masih seputar uang. Setiap detiknya, masyarakat Jerman khawatir bahwa biaya hidup akan meningkat (sekitar 51%, sama seperti tahun lalu) dan para pembayar pajak akan diminta untuk membayar krisis utang Uni Eropa (sekitar 49% di tahun lalu).

Meski begitu, kekhawatiran akan ekonomi yang merosot telah berkurang. Pada tingkat 40%, ketakutan ini menempati posisi ke-10 dalam daftar tersebut. Tahun lalu, ketika bisnis terhenti akibat pendemi, ketakutan ini berada di posisi keempat, dengan persentase sebesar 48%.

Pandemi COVID-19 membuka banyak kekurangan yang dimiliki Jerman secara terang-terangan. Salah satu contohnya ialah kurangnya digitalisasi, yang dikhawatirkan sekitar 38% responden. "Saya sangat terkejut akan hal itu,” ujar Römstedt.

Meningkatnya ketakutan terhadap isu lingkungan akibat banjir

Ketika dampak dari pandemi COVID-19 mulai terlihat nyata, aturan serupa juga berlaku untuk isu perubahan iklim: lebih samar ancamannya, lebih sedikit ketakutan itu.

Tahun lalu, sekitar 40% masyarakat Jerman mengkhawatirkan dampak perubahan iklim. Namun, sejak banjir bandang yang menerjang wilayah North Rhine-Westphalia dan Rhineland-Palatinate, masyarakat Jerman kini akhirnya melihat ancaman yang jauh lebih nyata. "Hingga akhir Juli, kami melakukan survei tambahan secara daring terhadap 1.000 penduduk tentang kecemasannya terkait lingkungan hidup,” sebut Römstedt.

Kini, bencana alam dan cuaca ekstrim menjadi kecemasan sekitar 69% masyarakat Jerman. Sekitar 61% responden khawatir bahwa perubahan iklim akan membawa konsekuensi yang dramatis bagi umat manusia. Tingkat ketakutan itu dinilai 20 persen lebih tinggi dibandingkan tingkat "normal.”

Pengungsi dan warga negara asing

Persoalan keimigrasian sekali lagi menjadi bagian dari 10 besar kekhawatiran masyarakat Jerman di tahun 2021, meski tidak ada pergerakan besar pengungsi yang masuk ke Jerman dalam setahun terakhir.

"Survei lain juga menunjukkan, isu tentang pengungsi dan para pencari suaka menjadi isu penting ketiga, setelah COVID-19 dan perubahan iklim,” sebut Schmidt.

Masyarakat Jerman tak ambil pusing

Hasil survei tahun 2021 ini merupakan kali ketiga puluh bagi RV dalam mengukur tingkat kekhawatiran masyarakat Jerman. Tidak ada tren atau ketakutan spesifik yang terus bertahan di setiap survei.

Bahkan, sebuah prasangka justru terbantahkan: "Selama beberapa tahun saya melakukan studi ini, satu hal yang jelas bagi saya ialah ‘kecemasan Jerman' yang kerap disebut selama ini pada dasarnya adalah salah. Orang Jerman bukan orang yang penakut,” terang Römstedt.

th/gtp

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait