Salah satu bulan Saturnus yang kecil dan dingin, Enceladus, memenuhi persyaratan dasar untuk mendukung kehidupan. Ini menurut data baru dari pesawat ruang angkasa Cassini. Mungkinkah Enceladus dihuni oleh alien?
Iklan
Pesawat ruang angkasa internasional Cassini telah menemukan molekul organik kompleks yang berasal dari bulan dingin yang mengorbit planet Saturnus, kata para ilmuwan, Rabu (27/06).
Frank Postberg dan Nozair Khawaja dari Universitas Heidelberg Jerman mengidentifikasi molekul yang dideteksi oleh pesawat Cassini setelah dikeluarkan dalam butiran es melalui retakan di cangkang es Enceladus.
"Ini adalah deteksi organik kompleks pertama yang datang dari dunia air luar angkasa," kata Postberg.
Benih Kehidupan di Enceladus?
Berjarak 1,2 milyar km dari Bumi, membeku dalam suhu -130 derajat Celcius dan dibekap oleh lempengan es tebal, Enceladus saat ini adalah harapan terbesar umat manusia untuk menemukan mahluk hidup di luar Bumi.
Foto: picture-alliance/AP
Sumber Kehidupan di Enceladus
Adalah wahana nirawak, Cassini, yang mengungkap kemungkinan adanya sumber energi hidrotermal di dasar samudera yang menyelimuti Enceladus. Jika benar, maka samudera Enceladus yang ditutupi lempengan es tebal bisa menopang kehidupan meski suhu yang dingin dan tanpa sinar matahari. Namun ilmuwan belum menemukan bukti kehidupan di bulan membeku milik Saturnus itu.
Foto: picture-alliance/AP
Api dan Air
Hasil analisa data wahana penelitian Cassini yang menyelidiki semburan es dan debu di permukaan Enceladus membuktikan keberadaan molekul Hidrogen dalam jumlah besar. Satu-satunya penjelasan ilmiah mengenai pembentukan elemen tersebut adalah reaksi hidrotermal yang berlangsung secara terus menerus ketika batuan panas bersentuhan dengan air samudera di perut satelit Saturnus ini.
Foto: picture alliance/ZUMAPRESS/NASA
Benih Kebumian
Selain Hidrogen, ilmuwan juga menemukan keberadaan Karbondioksida pada semburan es dan debu Enceladus. Kedua senyawa merupakan bahan dasar Metanogenesis alias pembentukan gas Metana. Bumi misalnya juga memiliki sumber hidrotermal kaya mineral di dasar samudera yang menopang kehidupan satwa di laut dalam.
Foto: picture-alliance/AP
Kehidupan Primitif
Sejak lama ilmuwan meyakini benda langit membeku itu memiliki sumber panas di perutnya karena gaya gravitasi Saturnus 'memeras' inti berbatu Enceladus hingga mencair yang kemudian memanaskan lempengan es menjadi samudera air. Dengan begitu Enceladus memiliki resep kedua kehidupan, yakni energi. Tidak heran jika ilmuwan berspekulasi mengenai kehidupan primitif serupa mikroba di bulan Saturnus itu
Foto: picture-alliance/Photoshot
Cincin buat Saturnus
Enceladus yang memiliki diameter 504 kilometer merupakan bulan terbesar keenam yang mengitari Saturnus. Sejak 2005 silam citra yang dibuat Cassini telah membuktikan semburan es dan debu di kutub selatan Enceladus ke angkasa secara berkala. Semburan tersebut juga bertanggungjawab atas terbentuknya cincin terluar Saturnus.
Foto: picture-alliance/United Archives/WHA
Ragam Paras Enceladus
Keunikan lain Enceladus adalah wilayah kutub selatannya yang sama sekali bebas dari kawah hasil benturan meteorit. Ilmuwan meyakini kawasan itu mengalami peremajaan menyusul aktivitas geologis di perutnya, serupa seperti pada bulan Io yang mengitari Jupiter. Permukaan Enceladus yang dipenuhi patahan, lanskap bergelombang dan geyser juga mengindikasikan keberadaan air di bawah permukaan.
Foto: NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute
Bulan Kembaran
Benda langit berselimut samudera dan es bukan barang langka di sistem tata surya. Selain Enceladus, Europa yang mengitari Jupiter juga diyakini menyimpan samudera di balik permukaannya. Hasil analisa data wahana nirawak Galileo mengindikasikan keberadaan laut sedalam 100km yang tertutup lempengan es setebal beberapa kilometer di bulannya Jupiter itu.
Foto: imago/EntertainmentPictures
7 foto1 | 7
Cassini sebelumnya terbang mendekati Enceladus pada tahun 2005 dan menemukan molekul organik yang lebih ringan. Molekul yang lebih besar seperti yang baru-baru ini terdeteksi diciptakan oleh proses kimia yang dapat mendukung kehidupan, demikian menurut European Space Agency (ESA).
"Ini adalah yang terbaru dalam serangkaian panjang penemuan Cassini yang telah menggambarkan Enceladus sebagai alam air yang berpotensi dihuni," kata ESA.
Postberg mengatakan dia yakin molekul-molekul itu berasal dari tekanan tinggi dan suhu hangat di dalam inti bulan sebelum menuju ke permukaan air dan menyelinap melalui retakan di permukaan es.
Cassini adalah misi bersama ESA, Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) dan Badan Antariksa Italia (ASI) yang berakhir pada 2017.
Tertutup dalam es, suhu di bulan Enceladus hanya mencapai -198 derajat Celsius.
(vlz/hp)
Misi Akhir Cassini Sebelum 'Bunuh Diri'
Cassini selama 20 tahun lakukan misi melintasi ruang angkasa. Sebelum mengakhirinya misinya, pesawat ruang angkasa akan melintas 22 kali di antara Saturnus dan cincinnya – mengungkap peristiwa spekatakuler yang baru.
Foto: picture-alliance/dpa/NASA/DLR
Kerja keras sebelum dijatuhkan ke Saturnus
Wahana riset ruang angkasa "Cassini" siap lintasi sebanyak 22 kali antara Saturnus dan cincinnya (26/04). Setelah mengirimkan data akhir ke NASA, September 2017 Cassini dikendalikan untuk hempaskan diri ke dalam atmosfer Saturnus. Dengan demikian secara resmi pesawat nirawak itu mengakhiri misinya sejak diluncurkan pada tahun 1997 dan tiba di orbit Saturnus tahun 2004.
Foto: picture-alliance/dpa/NASA/DLR
Asal usul sistem planet
Tidak pernah sebelumnya ada wahana ruang angkasa terbang melalui wilayah unik ini, kata manajer NASA Thomas Zurbuchen. "Apa yang akan kita pelajari dari bagaimana 'Cassini' melintasi orbit ini akan meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana planet dan sistem planet terbentuk. Pesawat nirawak ini mengungkap berbagai fenomena di ruang angkasa, hingga akhir hayatnya."
Foto: picture-alliance/Zumapress/JPL-Caltech
Takut partikel berbahaya
Sekitar 2.400 kilometer jarak yang memisahkan planet Saturnus dan cincinnya. "Berdasarkan modelnya, kami berharap bahwa jarak tersebut bebas dari partikel yang berpotensi merusak transmisi pesawat ruang angkasa," kata manajer NASA, Earl Maize. "Ada beberapa hal yang tidak diketahui, tapi itulah salah satu alasannya, mengapa kami membuat penelitian berani hingga akhir misi Cassini"
Dalam 20 tahun terakhir, "Cassini" telah mengabadikan gambar-gambar spektakuler. Foto yang direkam wahana ruang angkasa menunjukkan pusaran badai di kutub utara planet bercincin itu. Diukur dengan standar badai terestrial, mata badai Saturnus ini diameternya sekitar 2000 kilometer. Awan di tepi luar bergerak dengan kecepatan lebih dari 540 kilometer per jam.
Foto: picture-alliance/dpa/NASA/Jpl-Caltech
Kehidupan di satu titik
Mengamatinya harus dengan hati-hati: Foto yang diambil dengan kamera berlensa sudut lebar dari pesawat nirawak "Cassini" juga menunjukkan Bumi –tampak begitu kecil jauh di luar angkasa. Jarak Saturnus ke Bumi kita adalah sekitar 1,44 miliar km. Di bagian luar Saturnus dapat dilihat cincinnya.
Foto: picture-alliance/dpa/NASA/Jpl-Caltech
Sekilas seperti Pac Man
Dari panas ke dingin: Warna-warna ini menunjukkan distribusi suhu yang tidak biasa di bulan yang mengorbit Saturnus: Mimas dan Tethys. Data ini diperoleh dengan kamera inframerah “Cassini“.
Foto: picture-alliance/dpa/NASA/Jpl-Caltech
Ada kehidupan di luar Bumi?
"Cassini" juga telah mengumpulkan data di Enceladus salah satu bulannya Saturnus, yang memiliki lautan dalam bentuk cair di bawah lapisan es yang menutupinya. Bagi para ilmuwan, ini menjadi indikasi adanya produksi energi. Secara teoritis, Enceladus berpotensi mendukung adanya kehidupan.
Foto: picture-alliance/Zumapress/NASA
Sebuah danau metana
Yang juga bagian dari penemuan sensasional dari wahana riset ruang angkasa "Cassini" adalah: danau metana cair di Titan, satelit terbesar Saturnus. Bulan ini ditemukan pada tahun 1655 oleh astronom Belanda. Di abad ini, temuan itupun sangat menarik. Lebih dari sepuluh tahun Cassini meneliti Titan.
Foto: NASA/JPL-Caltech/ASI
Sungai awan
Foto ini mengingatkan kita pada sebuah sungai yang tenang. Foto yang diambil wahana penelitian luar angkasa "Cassini" ini menunjukkan awan di belahan utara Saturnus. Citra direkam kamera utama Cassini dengan menggunakan spektral panjang gelombang cahaya inframerah.
Foto: picture-alliance/Newscom/NASA
Batas waktu Sebelum Harakiri
Setelah 22 kali mengorbit Saturnus, tanggal 15 September 2017 adalah waktunya mengucapkan selamat tinggal: 20 tahun setelah diluncurkan, wahana berbobot 12.600 kilogram itu akan dikendalikan lakukan "Harakiri" menghempas ke Saturnus. "Cassini“ mengungkap penemuan yang paling luar biasa hingga akhir hidupnya," kata ilmuwan NASA Linda Spilker. (Ed: Stephanie Höppner/ap/as)