1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kriminalitas

Bukti Serangan "WannaCry" Mengarah ke Korut

16 Mei 2017

Korea Utara mulai diisukan mendalangi serangan siber di 150 negara. Kendati belum cukup untuk sebuah kesimpulan, bukti-bukti yang ada mengarah pada keterlibatan Pyongyang.

Symbolbild Cyberattacke
Foto: picture alliance/MAXPPP/R. Brunel

Pakar keamanan siber Korea Selatan mengaku memiliki bukti bahwa Korea Utara mendalangi serangan "ransomware" di seluruh dunia. Serangan tersebut menyandera komputer pengguna dan menuntut uang tebusan dalam bentuk Bitcoin.

Pembunuh WannaCry: Saya Bukan Pahlawan

00:38

This browser does not support the video element.

Simon Choi, Direktur Hauri Inc. yang memproduksi piranti lunak anti virus, mengatakan Pyongyang bukan pendatang baru di dunia Bitcoin. Menurutnya jiran di utara sudah aktif menambang mata uang siber itu dengan menggunakan program berbahaya sejak 2013. Tahun lalu Choi secara tidak sengaja berbincang dengan peretas Korea Utara yang mengaku sedang mengembangkan Ransomware. Ia lalu langsung menghubungi otoritas Korea Selatan.

Kesaksian Choi bukan yang pertama mengaitkan Korea Utara dengan serangan "WannaCry." Sebelumnya peneliti di laboraturium siber milik Symantec dan Kaspersky juga menemukan sejumlah kesamaan antara perangkat WannaCry dengan serangan siber di masa lalu yang dituding dilakukan oleh Korea Utara.

Namun begitu mereka mewanti-wanti bahwa bukti yang ada belum mencukupi untuk membuat kesimpulan mengenai dalang di balik serangan tersebut. Kaspersky misalnya mengklaim butuh waktu beberapa pekan hingga berbulan-bulan untuk mengumpulkan bukti yang kuat.

Software WannaCry menyerang jutaan komputer di 150 negara, termasuk 200.000 organisasi dan institusi publik. Peretas dikabarkan menggunakan celah keamanan pada Windows yang pernah digunakan dinas rahasia AS, NSA, untuk memata-matai warga Amerika. Namun kemudian seorang peretas membocorkan celah keamanan tersebut kepada publik.

rzn/yf (ap,rtr)