Surat-surat Ayah Adolf Hitler Ungkap Latar Belakang Keluarga
24 Februari 2021
Ayah Adolf Hitler seorang otodidak, tapi terlalu arogan dan menganggap mampu melakukan segalanya, tulis sejarawan Austria Roman Sandgruber dalam buku baru yang menyitir surat-surat Alois Hitler.
Iklan
Hingga kini hanya sedikit yang diketahui tentang Alois Hitler, ayah Adolf Hitler. Sebuah buku baru yang terbit hari Senin (22/2) kini mengungkap lebih banyak tentang keluarga sang diktator Nazi Jerman itu.
Buku itu berbahasa Jerman "Hitlers Vater: Wie der Sohn zum Diktator wurde" (Ayah Hitler: Bagaimana Putranya Menjadi Seorang Diktator) yang ditulis oleh sejarawan Austria Roman Sandgruber. Dia berpendapat, Alois Hitler memainkan peran besar dalam perkembangan psikologi putranya. Buku ini diangkat dari bundelan 31 surat yang ditulis Alois Hitler yang dialamatkan kepada Josef Radlegger, setelah Alois membeli pertaniannya di Hafeld, Austria.
Alois Hitler adalah seorang pegawai bea cukai Austria. Karena pekerjaannya dia harus berpindah-pindah tempat tinggal sampai 18 kali. Dia seorang otodidak yang punya cita-cita jadi petani teladan, sekalipun dia praktis tidak memiliki pengalaman bertani.
Alois Hitler dalam suratnya menulis, dia sejak dulu " ingin menjadi petani terpelajar yang lebih baik dari yang lain," tulis Roman Sandgruber, dan menggambarkan sosok ayah Hitler itu sebagai orang yang " sombong dan terlalu melebih-lebihkan dirinya sendiri".
Adolf Hitler meniru tulisan tangan ayahnya
Adolf Hitler lahir di Braunau am Inn, Austria, pada tahun 1889 dari pasangan Alois dan istri ketiganya yang jauh lebih muda, Klara Pötzl . Keluarga itu pernah tinggal di sebuah properti milik warga Yahudi di Urfahr, dekat kota sungai Donau di Linz.
Iklan
Roman Sandgruber menerangkan, tulisan tangan ayah Adolf Hitler bergaya tulisan lama yang disebut Kurrentschrift, dengan banyak sudut tajam dan perubahan arah.
Bundelan surat-surat itu juga mengungkapkan bahwa ibu Hitler, Klara, tahun 1907 hampir meninggal dan dirawat oleh seorang dokter Yahudi, yang belakangan melarikan diri ke Amerika Serikat setelah Nazi menguasai Jerman dan Austria.
Strategi Hitler Membunuh Demokrasi
Hanya dalam 18 bulan, seorang asing tanpa pendidikan formal atau pengalaman politik, tanpa kewarganegaraan atau kursi mayoritas di parlemen, mampu mengubah Jerman dari negara Demokrasi menjadi totaliter.
Foto: picture-alliance/dpa/Keystone
Kehancuran Jerman
Pada dekade 1920an Jerman yang sedang terseret krisis ekonomi dan sosial pasca Perang Dunia I, membutuhkan stabilitas politik untuk menggenjot perekonomian. Pada pemilu 1926 partai bentukan Adolf Hitler, NSDAP, cuma dipilih oleh 800.000 penduduk (2,6%). Namun pada September 1930, pendukung kaum fasis berlipatganda menjadi 6,4 juta pemilih (18,3%). Apa sebab?
Foto: Stadtmuseum Berlin
Strategi Hitam
Strategi Hitler buat merebut hati pemilih tertera dalam karyanya sendiri, Mein Kampf. Di dalamnya ia mengusulkan agar kampanye dibatasi pada isu yang bersifat emosional dan dikemas dalam kosakata politik yang sederhana dan mudah diingat. Selain itu pesan yang biasanya membidik emosi khalayak diulang sebanyak mungkin. NSDAP juga menghindari diferensiasi dan cendrung memukul rata obyek serangannya.
Foto: picture-alliance/Imagno
Bahasa Kaum Fasis
Menurut intelektual Yahudi-Jerman, Hannah Arendt, kaum fasis banyak mempropagandakan kebohongan ihwal ancaman oleh kaum Yahudi dan asing. Saat itu pun, tulis Arendt dalam The Origins of Totalitarianism, kaum kiri dan liberal berupaya menghalau kebohongan dengan fakta. Namun menurut Arendt, kebohongan anti asing dan Yahudi bukan dibuat untuk meyakinkan penduduk, melainkan sebuah ikrar politik.
Foto: ullstein
Didukung Petani dan Pengusaha
Berbeda dengan anggapan umum bahwa pemilih Hitler merupakan pengangguran yang frustasi atas kondisi ekonomi, sebuah studi teranyar mencatat pemilih terbesar NSDAP adalah petani, pensiunan dan pengusaha, terutama pemodal berkocek tebal yang mengimpikan kemajuan ekonomi lewat jalur cepat seperti yang dijanjikan oleh NSDAP.
Foto: picture-alliance/akg
Genting di Berlin
Menjelang pemilu Juli 1932 situasi politik di Jerman menyerupai perang saudara. Konflik berdarah antara simpatisan merajalela. Pada Juni 1932, 86 orang tewas dalam bentrok antara kaum Komunis dan sayap paramiliter NSDAP. Saat itu partai-partai pro demokrasi masih berharap hasil pemilu akan menggugurkan dominasi satu partai. Namun NSDAP justru keluar sebagai pemenang terbesar dengan 37,4% suara.
Foto: Getty Images
Nafsu Kuasa
Lantaran partai-partai politik gagal membentuk pemerintahan mayoritas, Jerman kembali menggelar pemilu pada November 1932. Kali ini NSDAP kehilangan banyak suara. Sebaliknya kaum kiri dan komunis menguasai 36% kursi di parlemen. Namun lantaran ingin berkuasa, sejumlah politisi papan atas Jerman memilih berkoalisi dengan NSDAP dan mengusung Hitler sebagai kanselir.
Foto: ullstein
Perebutan kekuasaan
Pada 30 Januari 1933 Hitler dilantik sebagai Kanselir. Ia lalu meminta Presiden Paul von Hindenburg buat membubarkan parlemen lantaran kebuntuan politik menyusul tidak adanya kekuatan mayoritas di parlemen. Permintaannya dikabulkan. Pada pemilu 1933 Hitler menggunakan kekuasaanya untuk menekan musuh-musuh politiknya. Pemilu tidak lagi bebas dan NSDAP menjelma menjadi kekuatan tunggal di parlemen.
Foto: picture-alliance/AP Images
Kematian Demokrasi
Sejak itu Nazi menggiatkan propaganda dan presekusi terhadap kaum Yahudi. Hitler yang meleburkan perangkat partai dengan lembaga negara dengan cepat mempreteli parlemen dan struktur demokrasi warisan Republik Weimar. Menjelang Perang Dunia II, NSDAP menggunakan strategi propaganda yang sama untuk membibit kebencian terhadap negara asing.
Foto: General Photographic Agency/Getty Images
8 foto1 | 8
Anti-semit sejak muda
Hitler sudah menjadi anti-Semit di masa mudanya, Sandgruber menyimpulkan, dan membantah banyak klaim yang menyebutkan bahwa kebencian Hitler terhadap Yahudi terbentuk setelah dia pindah ke Wina. Sebagai seorang pemuda, Hitler pindah ke Wina sekitar tahun 1908 dan bercita-cita menjadi seorang seniman, meskipun dia ditolak masuk sekolah seni.
Di kemudian hari, Adolf Hitler muncul sebagai pemimpin partai Nazi Jerman, naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 1933 dan melancarkan Perang Dunia Kedua dan memicu pembunuhan massal warga Yahudi dan kelompok minoritas lain.
Karya Sandgruber mengulas tentang korespondensi ayah Hitler yang sebelumnya tidak pernah diterbitkan. Bundelan surat-surat itu didapat Roman Sandgruber dari seorang keturunan Adolf Hitler lima tahun lalu.
Sekarang, lebih dari 75 tahun setelah Perang Dunia Kedua, Jerman sendiri masih berurusan dengan peninggalan pemerintahan Nazi Hitler. Dalam teks Undang-undang Jerman masih ada 29 teks hukum dan peraturan yang mengacu pada kata-kata dan istilah yang diperkenalkan ketika Hitler berkuasa, misalnya kata "ras".
Para pengkritik sejak lama menuntut penghapusan kata "ras" dari Pasal 3 Konstitusi Jerman, Grundgesetz. Tahun lalu, Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan dirinya terbuka untuk perubahan konstitusi semacam itu.