Perum Bulog mengimpor 36 ribu ton daging kerbau dari India untuk memenuhi kebutuhan Ramadan tahun ini. Nantinya, daging tersebut dijual seharga Rp80.000 per kilogram dan bisa didapatkan di ritel-ritel modern.
Iklan
Perum Bulog mendapat penugasan untuk menyetok daging kerbau demi memenuhi kebutuhan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 2022. Total daging kerbau beku yang bakal diimpor menjelang Lebaran sebanyak 36.000 ton.
"Kita dapat penugasan 100.000 ton (2022). Untuk percepatan Ramadan ini sebanyak 36.000 ton untuk kebutuhan Ramadan. Ini hanya (impor) dari India yang kita pilih sudah kita kontrak," kata Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso di Terminal Mustika Alam Lestari - Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (14/04).
Keterangan itu dia sampaikan setelah mengecek langsung kedatangan daging kerbau beku impor di Terminal Mustika Alam Lestari Tanjung Priok. Buwas menyampaikan untuk hari ini (14/04) datang sekitar 6 kontainer yang berisi 28 ton daging kerbau. Artinya jika dijumlahkan 6 kontainer dikali 28 ton, berkisar ada 168 ton daging kerbau.
"Hari ini datang daging kerbau impor dari India yang kita pilih dan sudah melalui karantina. Hari ini datang ada 6 kontainer yang berisi 28 ton daging kerbau. Ini akan bertahap untuk kebutuhan dalam negeri utamanya saat Ramadan dan Idul Fitri," ungkapnya.
Untuk harga ke konsumen dijual Rp80.000 per kilogram. Masyarakat bisa mendapatkan daging ini di ritel-ritel modern, seperti di Indomaret hingga Alfamart.
"Kalau daging kerbau ini ke konsumen Rp80.000/kg, dari Bulog dijual Rp70.000/kg jadi ada selisih Rp 10.000. Jadi ada di ritel-ritel di Indomaret, di Alfamart. Tersedia harganya Rp80.0000/kg. Jadi tolong teman-teman kalau ikut ngecheck, jangan sampai menjual lebih dari itu. Kalau menjual lebih dari itu artinya ada penyimpangan. Kita berharap kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi. Karena daging sapi ini masih kurang," tutur Buwas.
Makanan Masa Depan: Apa yang akan kita makan besok?
Bagaimana tantangan global memengaruhi cara dan kebiasaan makan kita? Pameran "Makanan Masa Depan: Apa yang akan kita makan besok?" Museum Kebersihan Jerman di Dresden mengeksplorasi ide-ide inovatif.
Foto: IzumiMiyazaki
Memboikot gula untuk kebebasan
Aksi boikot gula pada 1791 diyakini sebagai boikot pertama dalam sejarah, yang dilakukan oleh konsumen. Gula menjadi simbol perdagangan budak dan juru kampanye Gerakan Penghapusan Perbudakan memecahkan cangkir teh yang "tercemar gula". Pada gambar di atas, kartunis Isaac Cruikshank mengolok-olok para bangsawan yang melihat diri mereka sebagai pejuang kemerdekaan, tetapi meratapi teh manis mereka.
Foto: The Trustees of the British Museum
Tren tidak sehat: Cocoivores pada tahun 1902
Pada 1902, August Engelhardt melakukan perjalanan ke Nugini Jerman (daerah kolonial Jerman di Papua Nugini) dan membeli perkebunan kelapa. Karena kelapa tumbuh tinggi dan dekat dengan matahari, ia yakin bahwa konsumsi kelapa membuat manusia abadi. Dia mendirikan sekte penyembah matahari yang merupakan cocoivora — pola makan yang hanya berdasarkan kelapa. Banyak muridnya dengan cepat meninggal.
Foto: Archiv Dieter Klein
Siapa yang menemukan sosis kedelai?
Meningkatnya jumlah orang yang menjadi vegetarian mendorong industri makanan mengembangkan berbagai alternatif selain daging. Tapi ini bukanlah fenomena baru. Selama Perang Dunia I, direktur persediaan makanan dan kemudian menjadi Kanselir Jerman pertama, Konrad Adenauer, menemukan sosis kedelai, makanan kaya protein untuk penduduk. Dia bahkan memperoleh hak paten Inggris untuk produk tersebut.
Foto: Archiv der Stiftung Bundeskanzler-Adenauer-Haus
Melawan impor ayam murah
Peternak unggas Ghana telah berjuang sejak Eropa dan AS mulai mengekspor ayam beku murah ke negara Afrika dengan harga dumping. Hanya 5% pangsa pasar dipegang oleh produsen unggas dalam negeri. Oleh karena itu, sebuah kampanye mendorong masyarakat untuk mengonsumsi ayam produksi lokal.
Foto: Eat Ghana chicken
Camilan berkaki enam
Selama ini, orang Eropa lebih terbiasa melihat serangga di pajangan kaca daripada di piring mereka. Namun, konsumsi serangga telah diizinkan di UE sejak 2018. Jangkrik nokturnal ini, misalnya, dapat dengan mudah diproduksi secara massal dan diolah menjadi makanan kaya protein bagi manusia: sebagai camilan kering beku atau sebagai penyedap rasa makanan dalam bentuk bubuk.
Foto: Lothar Sprenger
Estetika: Sarapan Simetri
Makan jauh lebih dari sekedar menelan makanan. Fotografer Michael Zee telah mempublikasikan foto sarapan yang telah ia siapkan untuk dirinya dan pasangannya di akun Instagram-nya sejak 2013. Makanan mereka selalu diatur secara simetris. Zee ingin merayakan detail yang mewakili hubungan yang penuh perhatian, keindahan dalam kehidupan sehari-hari, dan keragaman budaya makanan.
Foto: Michael Zee
Makanan sebagai gaya hidup
Duduklah di meja yang penuh makanan dan nikmati kuliner yang nikmat. Apakah itu masih mungkin di masa depan? Museum Kebersihan Jerman di Dresden membahas pertanyaan ini dalam pameran "Makanan Masa Depan: Apa yang akan kita makan besok?" yang berlangsung hingga 21 Februari 2021. (ha/hp)
Foto: Oliver Killig
7 foto1 | 7
Mengingat hari ini adalah tahapan kedua impor daging kerbau, untuk tahap pertama berlangsung pada Maret lalu sebanyak 20 ribu ton sudah masuk. Impor daging kerbau ini merupakan penugasan yang diberikan pemerintah kepada Bulog.
"Sebelumnya 20.000 ton sudah selesai. Ini berikut bertahap menjelang lebaran atau akhir April diperkirakan akan ada 15.0000 ton lagi sampai menjelang Lebaran," jelasnya.
Dengan jumlah stok daging kerbau beku yang dikuasai Bulog, saat ini diharapkan dapat membantu mengatasi kebutuhan lonjakan permintaan daging beku sehingga masyarakat tidak perlu khawatir.
"Kami sudah melakukan pengaturan dan percepatan semaksimal mungkin untuk proses kedatangan stok daging impor ini, selanjutnya dengan sarana cold storage dan jaringan infrastruktur yang dimiliki BULOG stok ini sudah langsung didistribusikan ke seluruh Indonesia, di samping itu di masing-masing wilayah yang sudah menerima daging tersebut juga sudah melakukan Operasi Pasar daging kerbau beku agar masyarakat mendapatkan langsung dengan harga terjangkau", tutup Budi Waseso. (Ed: ha/rap)