Nauen menjadi kota terakhir Jerman yang menyaksikan pembakaran terhadap kamp pengungsi. Tapi berbeda dengan sebelumnya, kali ini penduduk menilai serangan tersebut juga diarahkan kepada seluruh masyarakat.
Iklan
Kota kecil Nauen yang cuma berjarak 15 menit dari Berlin menjadi saksi terakhir terbakarnya kamp pengungsi di Jerman. Sebanyak 16 mobil pemadam kebakaran dikerahkan ke sebuah arena olahraga lokal pada pagi hari. Ujung-ujungnya tim pemadam mendapati api telah melalap hampir semua bangunan dan mengambil opsi terbaik, yakni membiarkan gedung terbakar.
Tapi ketika aparat keamanan masih menyelidiki penyebab kebakaran, penduduk lokal meyakini api disulut secara sengaja. Awalnya sebanyak 130 pencari suaka direncanakan akan menempati arena olahraga di Nauen. Kini rencana itu dibatalkan.
Nauen bukan kali pertama menyaksikan serangan kaum ekstremis kanan terhadap pengungsi. Beruntung gedung olahraga itu berjarak ratusan meter dari pemukiman terdekat.
Kekonyolan Beralasan
Tapi kali ini situasinya berbeda. Sejak pembakaran serupa beberapa bulan sebelumnya, penduduk kini mulai memahami, serangan terhadap fasilitas pengungsi juga merupakan serangan terhadap masyarakat sendiri.
Selasa pagi ketika bara masih menyemuti gedung olahraga Nauen, penduduk setempat berdatangan untuk melihat lokasi kejadian. "Saya tidak bisa mengerti kenapa ada orang yang mau melakukan semua ini," kata seorang pria.
Maria Budka, salah seorang penduduk Nauen yang tiba di lokasi kejadian, menatap puing-puing arena olahraga dengan mata nanar. "Orang punya pendapat berbeda soal pengungsi," ujarnya lirih. "Bertahap itu baik, tapi dalam jumlah besar jadi sulit. Karena pemerintah mengambil keputusan tanpa bertanya kepada kami."
"Tapi di sisi lain adalah konyol apa yang kaum ekstrim kanan itu lakukan di sini," imbuhnya.
"Serangan kepada semua orang"
Sejatinya pemerintah sempat mengundang penduduk Nauen buat membahas masalah pengungsi. Tapi diskusi yang berlangsung di balai kota Februari silam diserbu oleh kelompok ekstrim kanan sehingga dibatalkan.
"Situasinya sangat mencekam dan berakhir dengan evakuasi. Anda tidak lagi bisa berdiskusi secara konstruktif," ujar Anke Bienwald, aktivis Nauen for Humanity yang mengkampanyekan penerimaan pengungsi di kotanya.
Serangan itu, katanya, "Tidak cuma berdampak pada pengungsi, tetapi juga pada penduduk lokal karena mereka juga menggunakan fasilitas tersebut. Saya kira ini adalah serangan kepada semua orang."
rzn/yf
Menempuh Bahaya Demi Hidup Baru di Eropa
40.000 pengungsi via Laut Tengah pada 2014 diselamatkan dari ancaman mati karam oleh kapal dagang swasta. Bandit penyelundup manusia makin agresif, sejak misi pertolongan Italia - Mare Nostrum dihentikan tahun silam.
Foto: picture-alliance/epa/F. Arena
Menyelamatkan Imigran
Sejumlah imigran yang nyaris tenggelam diselamatkan dengan perahu karet milik kapal dagang swasta OOC "Jaguar". Kapal swasta ini tugas utamanya adalah mengangkut logistik untuk anjungan pengeboran minyak di Laut Tengah, bukan menyelamatkan imigran.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Penyelamat Swasta
Kapal-kapal dagang seperti "Jaguar" atau kapal nelayan yang beroperasi di Laut Tengah di tahun-tahun belakangan makin sering jadi penolong utama para pengungsi yang terancam mati karam. Misi Triton yang diluncurkan Uni Eropa lebih banyak menekankan tugasnya pada patroli kawasan Laut Tengah sejarak maksimal 30 mil laut dari garis pantai Eropa. Misi EU ini tidak banyak menyiapkan kapal penolong.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Nyaris Mati Karam
Para pengungsi yang nyaris mati karam ini bernasib baik karena diselamatkan kapal dagang Jaguar April 2015. Banyak pengungsi yang mati tenggelam karena perahu bobrok yang mereka tumpangi kelebihan muatan. Sejak Desember tahun silam 1500 pengungsi berhasil diselamatkan kapal barang Jerman Christopher Opielok, yang sedang bertugas menyuplai anjungan pengeboran minyak di Laut Tengah.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Berfungsi Ganda
Kapal Christopher Opieloks bertugas mengangkut logistik dan peralatan teknis dari Malta ke anjungan pengeboran minyak di Laut Tengah. Sekarang kapal ini harus berfungsi ganda, selain mengirim Logistik, juga menyiapkan selimut, air, bahan pangan dan obat-obatan sebagai antisipasi jika menolong imigran asal Afrika via Laut Tengah.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Selamat Belum Tentu Aman
Pengungsi yang tertolong dan dinaikkan ke kapal logistik "Jaguar" ini memang selamat dari mati karam. Namun belum berarti mereka aman. Banyak yang kondisinya sangat payah dan tewas kedinginan serta kelaparan di atas dek. Awak kapal dagang ini sedang menghitung pengungsi yang berhasil diselamatkan ke atas kapal.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Tunggu Saatnya Karam
Perahu bobrok kelebihan penumpang ini ditemukan saat nyaris karam ke dasar Laut Tengah. Kapten kapal kargo dan kapal dagang memiliki kewajiban menolong perahu dalam kondisi darurat nyaris karam. Situasi ini dimanfaatkan para andit penyelundup manusia, dengan mengarahkan haluan kapalnya ke rute pelayaran kapal swasta tersebut.
Foto: OOC Opielok Offshore Carriers
Bertugas 24 Jam
Tidak jarang kapal dagang dan kapal kargo harus bertugas 24 jam terus menerus menyelamatkan pengungsi dari ancaman mati tenggelam. Kapal Jaguar beberapa puluh menit setelah menolong perahu nyaris karam, harus mulai lagi penyelamatan sejumlah pengungsi yang terapung di Laut Tengah. Kapal dagang itu juga mengontak pasukan penjaga pantai untuk minta bantuan.