Dalam waktu 30 tahun, Bumi akan menghadapi Ice Age Mini. Pada 2050, matahari diperkirakan akan mendingin, membuat suhu di Bumi lebih dingin. Demikian laporan penelitian ilmuwan dari University of California.
Iklan
Suhu matahari diperkirakan akan turun secara signifikan dalam waktu 30 tahun ke depan, membuat suhu di Bumi menjadi lebih dingin. Tim peneliti University of California di San Diego memperkirakan berdasarkan pengamatan 20 tahun dan data yang dikumpulkan, matahari akan menjadi tujuh persen lebih dingin dan redup pada tahun 2050.
Tim peneliti, yang dipimpin oleh pakar fisika Dan Lubin, menyatakan bahwa mereka telah menemukan cara untuk melacak siklus 11 tahunan matahari. Dalam siklus 11 tahun, matahari mengalami fluktuasi masa aktif dan masa tenang yang dikenal sebagai "solar maksimum” dan "solar minimum”. Peneliti juga mengatakan, mereka berhasil mengetahui kapan titik nadir solar minimum akan datang.
10 Fakta Ajaib Tentang Matahari
Ia membunuh dan menghidupkan, berbahaya sekaligus berguna: Matahari tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Berikut 10 fakta menarik ihwal bola api raksasa ini.
Foto: Paul Morley/Fotolia
Fenomena Sesaat
Tidak selamanya gerhana matahari dapat dilihat dari Bumi. Pada masa awal setelah pembentukan sistem tata surya, jarak Bulan dan Bumi masih terlalu pendek sehingga Bulan sepenuhnya menutupi Matahari ketika gerhana. Tapi karena Bulan bergerak menjauh 2 cm dari Bumi setiap tahun, dalam 600 juta tahun, gerhana tidak akan lagi tampil sempurna karena posisi Bulan yang terlalu jauh dari Bumi.
Foto: Paul Morley/Fotolia
Separuh Atau Seluruhnya
Bergantung pada geometri Matahari, Bumi dan Bulan, gerhana dapat terjadi 2 hingga lima kali dalam setahun. Orang yang berada di kutub utara atau selatan cuma bisa melihat gerhana matahari sebagian.
Foto: picture-alliance/ZB/J. Büttner
Berbahaya buat Mata
Gerhana matahari berlangsung antara 5 hingga 12 menit. Selama itu pula mereka yang ingin menyaksikan fenomena alam tersebut harus mengenakan kacamata khusus. Pancaran sinar yang muncul tiba-tiba selama gerhana dapat merusak mata manusia. Sebab itu ilmuwan melarang orang menatap langsung matahari selama gerhana.
Foto: Reuters
Raksasa Kecil di Jagad Raya
Matahari mengandung 99.86% massa yang ada di sistem tata surya kita. Artinya semua planet dan benda langit di sekeliling matahari cuma dibentuk dari 0,14 persen massa. Matahari bergerak dengan kecepatan 220 kilometer per detik ketika mengorbit inti galaksi. Sebab itu butuh waktu 225 hingga 250 juta tahun bagi matahari untuk mengelilingi galaksi Bima Sakti.
Foto: picture-alliance/dpa
Monster Gravitasi
Sangking besarnya, Matahari mampu memuat satu juta benda langit seukuran Bumi di dalamnya. Manusia yang memiliki berat badan 70 Kilogramm di Bumi akan berbobot 1960 kilogramm di permukaan matahari, lantaran gaya gravitasinya yang 28 kali lebih besar. Satu hari di permukaan matahari sama dengan 25,38 hari di permukaan Bumi
Foto: G. Rueter
Menelan Bumi
Matahari adalah bola gas terpanas di tata surya dengan suhu 15 juta derajat Celcius di bagian intinya. 72% gas yang membentuk matahari adalah Hidrogen, sementara 26% adalah Helium. Setiap detik matahari membakar empat juta ton Hidrogen. Ketika cadangan Hidrogen habis, matahari mulai mengolah Helium. Pada saat itu ia akan membesar menjadi raksasa merah dan menelan planet Mercuri, Venus lalu Bumi
Foto: picture-alliance/dpa
Perputaran Kutub
Ilmuwan mengungkap, setiap 11 tahun matahari memutar kutub magnetiknya, sehingga kutub utara menjadi selatan dan sebaliknya. Terakhir perputaran medan magnet matahari terjadi pada akhir 2013 silam. Lantaran massanya yang besar, medan magnet matahari mencapai hingga miliaran kilometer melampaui Pluto.
Foto: picture-alliance/dpa
Jalan Panjang Cahaya
Sinar matahari yang kita rasakan sebenarnya adalah partikel cahaya yang terbentuk melalui reaksi fusi di inti matahari. Namun butuh waktu lama untuk setiap partikel buat mencapai permukaan matahari. NASA menulis, setiap Foton yang dipancarkan matahari berusia antara 100.000 hingga 50 juta tahun. Tapi setelah sampai ke permukaan, cahaya cuma butuh waktu 8 menit dan 20 detik buat sampai ke Bumi
Foto: picture-alliance/dpa
Benturan Berbuah Cahaya
Termasuk jenis cahaya matahari yang paling unik adalah Aurora. Fenomena ini terbentuk akibat partikel bermuatan yang dibawa angin surya, menghantam medan magnetik Bumi. Benturan antara partikel plasma dengan Nitrogen dan Oksigen di atmosfer Bumi inilah yang kemudian melepaskan energi berupa cahaya kehijauan. Aurora juga muncul di planet lain semisal Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptun dan Mars.
Foto: dapd
Mati dan Terlahir Kembali
Matahari terbentuk dari sisa ledakan sebuah bintang raksasa miliaran tahun lalu. Di ujung hidupnya, bintang tersebut mulai memproduksi elemen berat seperti oksigen dan logam yang juga membentuk Bumi. Setelah ledakan, gas yang tersebar berotasi akibat gaya gravitasi dan membentuk bintang baru yang kita sebut matahari. Gambar ini menampilkan tata surya TW Hydrae ketika baru berusia 10 juta tahun.
Foto: picture-alliance/dpa
10 foto1 | 10
Periode grand minimum
Pada masa dingin berikutnya, yang disebut sebagai "grand minimum", radiasi sinar matahari turun hingga tujuh persen di bawah intensitas solar minimum biasa. Penurunan suhu matahari ini akan menyebabkan kondisi Bumi bisa serupa dengan Zaman Es Mini yang dialami di Eropa pada pertengahan abad ke-17.
Selama periode di masa lalu itu, akibat suhu yang sangat rendah, Sungai Thames membeku. Suhu rendah juga menyebabkan Laut Baltik membeku pada tahun 1968. Para ilmuwan mengatakan periode tersebut, dikenal sebagai 'Maunder Minimum'. Lubin memperingatkan bahwa Bumi mungkin akan mengalami kondisi yang lebih dramatis lagi pada tahun 2050.
Menurut para ilmuwan, suhu lebih dingin yang akan melanda Bumi, tidak akan menghentikan perubahan iklim akibat pemanasan global, namun bisa memperlambat efeknya. Para ilmuwan memperkirakan, grand minimum ini kemungkinan besar hanya akan membuat Bumi lebih dingin sekitar 0,25 persen antara tahun 2020 dan 2070. Ini akan mengakibatkan, suhu rata-rata permukaan Bumi akan turun sampai sepersepuluh derajat Celcius.
Matahari Buatan Ciptakan Energi Masa Depan
Program antariksa Jerman, DLR, mulai mengoperasikan matahari buatan terbesar di Bumi. Tujuannya adalah mengembangkan metode paling efisien buat memproduksi energi masa depan.
Foto: picture alliance/dpa/C. Seidel
Keajaiban Sains
Siapa nyana, bangunan berlantai tiga yang sekilas terlihat seperti gedung perkantoran ini menyimpan salah satu keajaiban sains, yakni matahari buatan terbesar di Bumi. Seberapa besar? Setara intensitas 10.000 kali radiasi matahari di permukaan Bumi.
Foto: picture alliance/dpa/C. Seidel
Impian besar
Untuk mewujudkannya ilmuwan DLR menggunakan teknologi yang sering digunakan manusia sehari-hari, yakni rangkaian lampu Xenon yang berjumlah 149 buah. Dengan penelitian ini mereka berharap mampu mengembangkan bahan bakar masa depan, serupa seperti sel bahan bakar pada mobil elektrik, hanya saja untuk pesawat terbang atau bahkan kapal barang.
Foto: picture alliance/dpa/C. Seidel
Energi Ramah Lingkungan
Pada prinsipnya matahari buatan bernama Synlight ini berfungsi layaknya taman surya. Tugas utamanya adalah memproduksi hidrogen seefisien mungkin. Kendati berlimpah di alam semesta, Hidrogen di Bumi biasanya tidak berbentuk elemen tunggal tapi berupa senyawa dengan unsur lain. Elemen yang satu ini digadang-gadang bakal menjadi bahan bakar masa depan.
Foto: picture alliance/dpa/C. Seidel
Resep Sederhana
Prinsip kerja Synlight cukup sederhana. Sebanyak 149 lampu Xenon besar yang biasa digunakan sebagai simulasi matahari dalam pembuatan film, difokuskan pada satu titik untuk memanaskan lempengan logam hingga suhu minimal 800 derajat Celcius. Setelahnya logam diselimuti uap air. Proses tersebut mengikat atom Oksigen pada permukaan logam, dan membebaskan atom Hidrogen.
Foto: picture alliance/dpa/C. Seidel
Monster Pelahap Energi
Namun begitu matahari buatan yang diciptakan ilmuwan DLR membutuhkan pasokan energi dalam jumlah besar. Selama empat jam beroperasi, Synlight bisa menyedot jumlah energi yang cukup untuk memasok listrik sebuah rumah keluarga selama setahun. Tapi harus diakui, fokus eksperimen DLR ini adalah mengembangkan metode produksi energi yang lebih efisien.
Foto: picture alliance/dpa/C. Seidel
Alternatif Produksi Energi
Synlight hanya instalasi riset untuk mendorong metode produksi Hidrogen dengan sel surya. Dalam praktiknya produksi tidak harus menggunakan lampu buatan. Taman surya milik Maroko di Ouarzazate misalnya punya kapasitas mencukupi untuk memproduksi temperatur yang sama seperti Synlight. Nantinya DLR akan mengembangkan metode agar bisa memproduksi Hidrogen melalui taman surya.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Seidel
Potensi Tak Terbatas
Menurut DLR pihaknya masih membutuhkan waktu "bertahun-tahun" untuk menyempurnakan metode produksi Hidrogen. Synlight adalah alat bantu yang teknologinya paling anyar. "Setiap tahun matahari mengirimkan 10.000 kali lipat kebutuhan energi manusia ke permukaan Bumi. Jadi jumlah sumber bahan bakar alami masih sangat banyak," kata kepala proyek, Kai Wieghardt.