Bumi hadapi pemusnahan biologis keenam kalinya dalam sejarah planet ini. Pemicunya, masalah lingkungan global yang disebabkan umat manusia.
Iklan
Kiamat biologis di Bumi sudah terjadi sedikitnya enam kali dalam 500 juta tahun terakhir ini. Kiamat ini, didefinisikan dengan pemmusnahan massal flora dan fauna hingga 75 persen dari yang sebelumnya eksis.
Musnahnya ribuan spesies baik yang langka maupun yang banyak populasinya dalam beberapa dekade terakhir, menjadi indikator bahwa "pemusnahan massal" yang keenam sedang berjalan. Kerusakannya jauh lebih hebat daripada yang diperkirakan. Demikian laporan yang dirilis dalam jurnal ilmiah Proceedings of the National Academy of Sciences.
Kiamat Iklim Kian Dekat
Ilmuwan memperingatkan umat manusia hanya punya waktu tiga tahun untuk menyelamatkan Bumi dari dampak terburuk perubahan iklim. PBB mengusulkan enam butir rencana untuk menanggulanginya.
Berlomba dengan Waktu
Lewat jurnal ilmiah Nature, ilmuwan mewanti-wanti betapa manusia kehabisan waktu buat mencegah laju perubahan iklim menjadi tidak terkendali. Sisi positifnya, saintis meyakini manusia masih bisa menyelamatkan Bumi dari ancaman kekeringan, banjir, gelombang panas dan kenaikan permukaan air laut. Namun untuk itu kita hanya punya waktu tiga tahun.
Foto: Getty Images/L. Maree
Enam Langkah buat Bumi
Kelompok ilmuwan yang juga beranggotakan bekas Direktur Iklim PBB, Christiana Figueres, itu menyimpulkan jika kadar emisi bisa ditekan secara permanen hingga 2020, maka ambang batas temperatur yang bisa berdampak pada perubahan iklim tak terkendali tidak akan dilanggar. Untuk itu mereka mengusulkan rencana enam butir kepada dunia internasional.
Foto: picture-alliance/R4200
1. Energi Terbarukan
Saat ini energi terbarukan memenuhi sedikitnya 30% kebutuhan energi dunia. Angka tersebut banyak meningkat dari kisaran 23,7% pada 2015. Meski pertumbuhan produksi energi ramah lingkungan meningkat, pemerintah dan industri tidak boleh lagi membangun pembangkit listrik tenaga batu bara pasca 2020 dan semua pembangkit yang sudah beroperasi harus dipensiunkan.
Foto: picture-alliance/AP Images/Chinatopix
2. Infrastruktur Nol Emisi
Kota dan negara di dunia sudah berkomitmen untuk menghilangkan jejak karbon sepenuhnya pada sektor konstruksi dan infrastruktur pada 2050. Untuk itu Perjanjian Iklim Paris menyediakan program pendanaan senilai 300 milyar Dollar AS setiap tahun. Kota-kota wajib mengganti struktur konstruksi pada sedikitnya 3% bangunan/tahun di wilayahnya menjadi lebih ramah lingkungan atau nol emisi.
Foto: Getty Images
3. Transportasi Ramah Energi
Tahun lalu sebanyak 15% dari total penjualan kendaraan bermotor di seluruh dunia berbahan bakar elektrik. Jumlahnya meningkat 1% dari tahun sebelumnya. Namun pemerintah dan industri tetap diminta untuk menggandakan efisiensi bahan bakar untuk transportasi, yakni sebesar 20% untuk kendaraan berat dan pengurangan 20% emisi gas rumah kaca per kilometer untuk pesawat terbang.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Berg
4. Penghijauan Lahan
Kebijakan penggunaan lahan harus diarahkan untuk mengurangi kerusakan hutan dan bergeser ke arah penghijauan kembali. Saat ini emisi gas rumah kaca dari pembalakan hutan dan pembukaan lahan mencapai 12% dari emisi global. Jika emisi tersebut bisa dikurangi menjadi nol, maka hutan yang ada bisa digunakan untuk mempercepat pengurangan emisi CO2 global.
Foto: picture-alliance/AP Photo/R. Abd
5. Efisiensi Industri Sarat Emisi
Industri berat seperti industri baja, semen, kimia, minyak dan gas, saat ini menghasilkan seperlima emisi CO2 di dunia, termasuk untuk kebutuhan energi. Baik pemerintah maupun swasta harus berkomitmen memangkas emisi CO2 industri berat menjadi separuhnya pada 2050. Hal ini bisa dicapai dengan pertukaran teknologi dan efisiensi energi.
Foto: Reuters/M. Gupta
6. Pendanaan Mitigasi Iklim
Sektor keuangan berkomitmen memobilisasi dana senilai 1 trilyun Dollar AS per tahun untuk program iklim. Kebanyakan berasal dari swasta. Pemerintah dan lembaga keuangan seperti bank dunia harus mengeluarkan "obligasi hijau" lebih banyak untuk membiayai program mitigasi perubahan iklim. Langkah itu berpotensi mampu menciptakan pasar yang mengelola dana senilai hampir 1 trilyun Dollar AS pada 2050.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Rumpenhorst
Kiamat Tak Terbendung?
Celakanya bahkan jika manusia berhasil mencapai target dua derajat seperti yang tertera pada perjanjian iklim Paris, separuh populasi Bumi akan tetap menglami gelombang panas mematikan lebih sering pada 2100. Indonesia dan Amerika Selatan termasuk kawasan yang paling parah. Ilmuwan meyakini tren tersebut tidak bisa dicegah lagi. (rzn/hp - nature, unfccc, guardian)
9 foto1 | 9
Riset yang dilakukan para ilmuwan dari Stanford University dan National Autonomous University of Mexico itu melibatkan sampel 27.600 spesies vertrebrata darat. Penelitian yang dilakukan dari 1900 hingga 2015 menunjukkan, 8.851 spesies mengalami penurunan populsai drastis, walau tidak termasuk dalam status terancam musnah.
Sebanyak 177 spesies mamalia yang diteliti menunjukkan penurunan populasi sebesar 40 persen dan kehilangan habitat gerografis 30 persen. Sejumlah spesies binatang menyusui, yang dua dekade silam masih tergolong aman, sekarang masuk daftar terancam musnah. Riset mengambil contoh kasus spesies orangutan, singa, cheetah, trenggiling dan jerapah.
Jam Kiamat Tunjukan 3 Menit Sebelum Bencana Dunia
Jam Kiamat alias The Doomsday Clock, masih menunjukkan posisi tiga menit sebelum tengah malam saat bencana musnahkan dunia. Doomsday adalah jam simbolis hitung mundur sampai kiamat datang yang digagas para ilmuwan
Foto: U.S. Army/Hiroshima Peace Memorial Museum via Reuters
2016: 3 Menit Menjelang Tengah Malam
Doomsday Clock mewakili skenario seberapa dekat ancaman kehancuran manusia. Para ilmuwan mengumumkan tingkat ancaman kiamat dunia tetap sama seperti pada tahun 2015. Para pemimpin dunia dianggap gagal menangani perubahan iklim tak terkendali dan perlombaan pembuatan senjata nuklir. Ini jadi faktor utama yang pengaruhi skenario Doomsday.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Brandon
2015: 3 Menit Jelang Tengah Malam
Tahun 2015 yang baru lewat, situasinya sama. Ilmuawn merinci, dunia ibaratnya berada pada posisi 3 menit menjelang tengah malam. Faktor yang mempengaruhi makin dekatnya kehancuran bumi alias ramalan kiamat ilmiah antara lain: Perubahan iklim tak terkendali dan perlombaan pembangunan senjata nuklir.
Foto: AP
2012: 5 Menit Sebelum Tengah Malam
Pada tahun 2012, potensi penggunaan senjata nuklir di kawasan regional Timur Tengah, Asia Timur dan Asia Selatan makin mengkhawatirkan. Sementara pengembangan solusi teknologi untuk mengatasi dampak perubahan iklim masih kurang memadai.
Foto: picture-alliance/AP Photo/KRT via AP Video
2010: 6 Menit Menjelang Tengah Malam
Tahun 2010 hitungannya masih 6 menit sebelum tengah malam. Salah satu faktor positifnya, pembicaraan Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis antara pemerintah di Washington dan Moskow hampir tuntas. Sementara, bahaya yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terus mengintai, walau ada sedikit kemajuan solusi.
Foto: AP
2007: 5 Menit Menjelang Tengah Malam
Tahun 2007 kondisinya lebih buruk. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi: dunia di ambang ancaman perang nuklir. Amerika Serikat dan Rusia siap menggelar serangan nuklir sewaktu-waktu. Perubahan iklim juga menjadi tantangan mengerikan bagi kemanusiaan. Semakin singkat penetapan waktu ini, semakin besar keyakinan para ilmuwan tentang bencana global yang akan menghancurkan manusia.
Foto: Getty Images/M. Tama
2002: 7 Menit Sampai Tengah Malam
Kekhawatiran potensi serangan nuklir yang dilakukan teroris di seluruh dunia menggarisbawahi rasa tidak aman global. Para ilmuwan menyesuaikan Jam Kiamat dengan dinamika potensi ancaman bumi. Kiamat diasumsikan waktu tunjukan tepat tengah malam. Jadi jika sisa waktu makinmendekati tengah malam berarti ancaman terhadap bumi semakin besar.
Foto: Imago/Science Photo Library
1998: 9 Menit Hingga Tengah Malam
Walau situasinya cukup optimistis, tapi ada beberapa faktor anacaman. Hanya terpaut tingga minggu, India dan Pakistan masing-asing menggelar ujicoba senjata nuklir. Selain itu, Rusia dan Amerika Serikat bersama-sama mempertahankan 7.000 hulu ledak nuklir.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Sharma
1991: 17 Menit Hingga Tengah Malam
Jarum menit jam kiamat menjauh sebanyak 17 menit dari tengah malam pada tahun 1991. Penyebabnya pada tahun 1990, Amerika dan Rusia mulai memangkas jumlah senjata nuklirnya dan perang dingin berakhir.
Foto: picture-alliance/chromorange
1947: 7 Menit Sebelum Tengah Malam
Jam Kiamat pertama kali diciptakan para ilmuwan pada 1947 atau dua tahun setelah Amerika menjatuhkan bom atom di Jepang dalam Perang Dunia II. Pada 1947, kiamat diramalkan sejauh tujuh menit dari tengah malam. Para ilmuwan saat itu merancang jam kiamat guna memperingatkan publik terhadap bahaya senjata nuklir.
Foto: U.S. Army/Hiroshima Peace Memorial Museum via Reuters
9 foto1 | 9
Kiamat bagi peradaban manusia
Proses kiamat biologis terjadi saat ini, yang jadi pemicunya adalah aktivitas manusia yang membebani lingkungan. Para peneliti juga menegaskan, riset tersebut bertujuan untuk menepis asumsi keliru, bahwa habitat di bumi tidak terancam, melainkan secara pelahan sedang memasuki episode kehilangan biodiversitas.
Prof. Gerardo Ceballos dari National Autonomous University of Mexico yang menjadi pemimpin riset menegaskan; "Situasinya sedemikian memburuk, sehingga tidaklah etis jika kami tidak menggunakan bahasa yang keras." Pemusnahan biodiversitas ini mencerminkan serangan mengerikan terhadap fondamen peradaban manusia.
5 Masalah Lingkungan Terbesar Abad Ini
Dunia hadapi 5 masalah lingkungan tebesar yang pemecahannya amat sulit. Tanpa langkah penyelamatan global, biosfer terancam musnah. Ini berarti kiamat bagi umat manusia.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Stratenschulte
Polusi Udara
Emisi CO2 terus membebani lingkungan. Setelah revolusi industri, aktivitas manusia, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil jadi penyumbang terbesar cemaran udara. WHO melaporkan sekitar 10 persen kasus kematian pada 2012, adalah akibat dampak penyakit yang dipicu polusi udara. Foto:Shanghai diselimuti smog.
Foto: Getty Images/AFP/J. Eisele
Pembabatan Hutan
Pembalakan liar dan pembabatan hutan tropis kini terjadi dengan laju menakutkan. Setiap tahun rata-rata 7,3 juta hektar hutan dibabat, untuk dijadikan pemukiman, lahan perkebunan besar, tanah pengangonan dan pertanian monokultur lainnya. Fungsi hutan sebagai paru-paru hijau dan penyimpan CO2 turun drastis dan dampaknya amat luas.
Foto: picture-alliance/dpa
Pemusnahan Biodiversitas
Manusia menjarah alam dalam tempo yang menggiriskan. Pembabatan hutan dan rebutan habitat jadi pemicu utama musnahnya biodiversitas. Juga perburuan hewan untuk perdagangan daging maupun bagian tubuh lain, yang dipercaya sebagai obat mempercepat pemusnahan biodiversitas.
Foto: DW/A. Cizmecioglu
Erosi Tanah Subur
Monokultur, pembabatan hutan, pembetonan lahan dan perubahan tata guna lahan adalah pemicu erosi tanah subur. PBB melaporkan setiap tahunnya 12 juta hektar lahan pertanian terdegradasi jadi gurun akibat erosi. PBB sejak lama menyerukan metode pertanian berkelanjutan untuk mengerem laju erosi.
Foto: CC BY-SA 2.0/Jim Bain
Tekanan Ledakan Populasi
Populasi manusia tumbuh dengan cepat. Hanya dalam waktu satu abad, jumlah populasi meningkat dari 1,6 milyar di awal abad 20 menjadi 7,5 milyar orang saat ini. Tekanan populasi jadi potensi konflik perebutan lahan dan sumber daya alam terpenting, misalnya air. PBB memperkirakan, jika tidak direm, pada 2050 pupulasi penduduk Bumi bisa mencapai 10 milyar orang. Penulis: Nils Zimmerman (as/ml)
Foto: Getty Images/AFP/T. Aljibe
5 foto1 | 5
Dalam publikasi ilmiah itu juga dilontarkan peringatan, dampak dari pemusnahan massal biologi adalah munculnya masalah serius di bidang lingkungan, ekonomi dan sosial. Pasalnya, pemicu kiamat biodiversitas ini adalah tekanan populasi manusia yang terus tumbuh serta konsumsi berlebihan dengan eksloitasi semua sumber daya alam.
Kiamat biologis terakhir yang terlacak para ilmuwan terjadi sekitar 65 juta tahun silam di zaman Cretaceous. Di rra itu semua spesies dinosaurus beserta sekitar 75 persen flora dan fauna yang ada di zaman tersebut musnah. Para pakar paleontologi meyakini, jatuhnya sebuah meteorit raksasa di Meksiko dan letusan vulkanik raksasa di India yang jadi pemicunya.
Photo Ark: Dokumentasi Biodiversitas Sebelum Musnah
Perubahan iklim pacu laju pemusnahan biodiversitas. Fotografer Joel Sartore susun Photo Ark, sebuah dokumentasi 6.200 spesies terancam atau langka, sebelum hewan ini musnah dari muka Bumi.
Foto: Joel Sartore/National Geographic Photo Ark
Katak Pohon Terakhir
Toughie adalah sejenis spesies katak pohon terakhir yang sempat dipotret oleh Joel Sartore sebelum dinyatakan musnah beberapa hari silam. Contoh spesies terakhir ini sebelumnya dikoleksi di Atlanta Botanical Garden. Untuk proyek Photo Ark, fotografer National Geographic itu memotret lebih 6.200 spesies hewan terancam musnah dalam kurun waktu 11 tahun.
Foto: Joel Sartore/National Geographic Photo Ark
Amfibi Indikator Lingkungan
Katak harlequin atau badut ini adalah spesies khas yang ada di pegunungan Panama dan terancam musnah. Amphibi terutama katak dan kodok, jadi fokus perhatian fotografer Joel Sartore, karena hewan ini bisa dijadikan indikator perubahan lingkungan. Amfibi menuntut suhu, kelembaban, curah hujan yang tepat untuk berkembang biak. Pemanasan global terbukti jadi ancaman serius bagi eksistensi hewan ini.
Foto: JOEL SARTORE, NATIONAL GEOGRAPHIC PHOTO ARK/National Geographic Creative
Primata Bersaing Habitat
Primata di muka Bumi bersaing ketat berebut habitat untuk hidup. Simpanse akan jadi spesies yang kalah dalam perebutan ekosistem dengan manusia. Pembalakan hutan besar-besaran dan perburuan ilegal, akan memusnahkan spesies kera besar ini. Penangkaran di kebun binatang, hanya menyisakan jenis hewan yang tergantung pada manusia.
Foto: Joel Sartore/National Geographic Photo Ark
Berpacu Dengan Waktu
Proyek Photo Ark harus berpacu dengan waktu. Dalam 15 tahun ke depan, lebih 6.000 spesies harus didokumentasikan sebelum hewan ini musnah. Fotografer National Geogrphic ini sudah mengunjungi 200 kebun binatang di seluruh dunia untuk proyeknya.Sartore harus berpacu dengan waktu, mengingat usianya saat ini dan laju pemusnahan biodiversitas yang makin cepat.
Foto: Joel Sartore/National Geographic Photo Ark
Proyek Fotografi Sulit
Pemotretan spesies butuh keahlian dan kesabaran. Perlu waktu riset, kerjasama dengan kebun binatang, pemilihan hewan terancam atau langka dan menyiapkan peralatannya. Untuk pemotretan beberapa menit, sering diperlukan persiapan berbulan-bulan. Foto: Joel Sartore, National Geographic Magazine, Photo Ark (as/ml)