1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

011008 Alternativer Nobelpreis Jagganathan

2 Oktober 2008

Tahun ini, 4 perempuan menerima penghargaan Right Livelihood yang juga disebut Nobel alternatif. Dokter Jerman Monika Hauser, jurnalis Amerika Amy Goddman, aktivis perempuan Somalia Asha Hagi dan Krishnamal Jagganathan.

Krishnammal JaggannathanFoto: AP

Ia dikenal sebagai Bunda Teresa dari India Selatan. Krishnammal Jagganathan sadar bahwa ia kini boleh menyebut diri penerima anugerah Nobel alternatif. Tapi ia buru-buru mengingatkan, bahwa itu bukan hasil kerja kerasnya semata, tapi hadiah dari surga.

Krishnammal Jagganathan sedang merencanakan untuk membangun 5.000 rumah bagi penduduk desa yang terpinggirkan di India Selatan. Untuk itu dibutuhkan uang, yang selama ini tidak ia miliki.

"Saya mulai berdoa, Tuhan, beri saya sumber penghasilan agar saya bisa membiayai pembangunan rumah-rumah itu. Lewat doa-doa itu lah, saya mendapat hadiah ini."

Bagi Jagganathan sudah jelas, hadiah uang dari yayasan Right Livelihood itu bukan miliknya, tapi harus disalurkan lagi. Hidupnya ia dedikasikan bagi mereka yang disebut Dalit. Orang-orang yang tidak boleh menyentuh dan disentuh, yang begitu rendah posisinya sehingga bahkan tidak memiliki kasta, atau kelas sosial. Arti harafiah kata Dalit, yaitu diinjak, remuk, hancur, sesuai dengan kenyataan sehari-hari yang mereka alami.

Jagganathan mengatakan, "India adalah negara yang kaya akan budaya. Tapi sistem kasta masih terus diberlakukan dan dijadikan sarana eksploitasi. Di ladang, mereka harus bekerja dengan tangan, berlepotan lumpur dan kotoran. Mereka diperlakukan seperti binatang, seperti budak."

Jagganathan yang berusia 80 tahun lebih, berusaha untuk membebaskan orang-orang itu dari cengkeraman para pemilik tanah yang mengeksploitasi mereka tanpa batas. Pembunuhan terhadap orang-orang Dalit di negara bagian Tamil Nadu, mengubah hidup Jagganathan untuk selamanya.

"Tahun 1968, pada hari Natal, 44 perempuan dan anak-anak dibakar hidup-hidup. Itu kekerasan yang betul-betul mengerikan. Saya lalu memutuskan, dengan cara non-kekerasan saya ingin meyelesaikan masalah ini", kata Jagganathan.

Anti kekerasan, adalah salah satu filosofi Mahatma Gandhi. Tokoh terkenal India itu selalu menyebut orang-orang yang disingkirkan sebagai anak-anak Wisnu, anak-anak Tuhan.

"Beruntung sekali saya bertemu Gandhi tahun 1946 dan sempat mengikuti dia. Saya lalu membaktikan hidup saya untuk membebaskan orang-orang Dalit", kata Krishnammal Jagganathan.

Ia menyebut dirinya Amma, ibu. Bersama suaminya ia mendirikan organisasi yang membantu kaum Dalit untuk mendapatkan kredit agar mampu membeli tanah sendiri yang bisa mereka olah sendiri. Singkatnya, agar mereka mampu menentukan hidupnya sendiri.

Penghargaan Nobel alternatif mendorongnya untuk meneruskan apa yang ia kerjakan sekarang, kata Jagganathan. Hadiah dari Tuhan, begitu ia menyebutnya, akan ia teruskan kepada orang-orang yang selama ini menerima begitu sedikit dari kehidupan. (rp)