1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bundeswehr Hadapi Ancaman Maut di Afghanistan

24 Juni 2009

Pemerintah Jerman masih tetap menegaskan bahwa penugasan Bundeswehr di Afghanistan adalah misi untuk pembangunan kembali. Namun kini semakin jelas sebetulnya itu misi perang.

Tewasnya tiga serdadu Jerman dalam pertempuran terbaru di utara Afghanistan hari Selasa lalu, menjadi tema komentar dalam tajuk harian-harian Jerman.

Harian Berliner Morgenpost yang terbit di Berlin dalam tajuknya berkomentar :

Serdadu Bundeswehr yang ditugaskan di Afghanistan terus berusaha mengungkapkan realitas yang dihadapinya kepada pemberi mandat di Berlin. Saat ini, para serdadu Jerman tidak lagi membangun jembatan atau mengebor sumur. Tapi sedang berperang. Sejauh ini para tokoh politik Jerman selalu membandingkan penugasan tentaranya di Afghanistan dengan tugas bantuan teknik. Bukannya mandat di kawasan perang, yang penuh risiko bagi tubuh dan nyawa mereka. Situasi di utara Afghanistan semakin gawat. Taliban mengubah taktiknya, dengan pertempuran secara terarah dan lama. Menimbang realitasnya, pernyataan menteri pertahanan Franz Josef Jung, bahwa penugasan pasukan Jerman di Afghanistan adalah untuk menciptakan stabilitas, tidak dapat diterima.

Harian Dresdner Neueste Nachrichten yang terbit di Dresden menulis komentar yang juga mengritik sikap pemerintah di Berlin.

Politik Jerman sejak awal menyikapi penugasan Bundeswehr di Afghanistan dengan bentuk ketidak pedulian yang amat ganjil. Presiden, Kanselir atau menteri pertahanan, tidak mau menyatakan bahwa misi di Afghanistan ini memiliki arti besar bagi kepentingan nasional Jerman, dan sesuai dengan hati nurani serta logika. Kenyataannya, ini adalah sebuah pasukan yang harus membela dirinya sendiri, dan bertempur di kawasan Hindukush agar tetap hidup serta nyaris tidak memberikan kontribusi bagi perdamaian dunia. Terlepas dari kenyataan, bahwa ilusi untuk membentuk sebuah negara demokratis di Afghanistan, dengan atau tanpa Hamid Karzai, sudah sejak lama runtuh.

Harian Leipziger Volkszeitung yang terbit di Leipzig berkomentar senada :

Misi anti teror internasional di Afghanistan, berkembang dalam dimensi waktu yang berbeda dan dalam kerangka persyaratan yang kacau balau. Aliansi militer itu praktis terjebak dalam situasi perang. Juga di kawasan utara yang dikoordinir pasukan Jerman-Bundeswehr, yang berupaya melakukan pembangunan sipil, kini tugasnya hanya terkonsentrasi pada pembelaan diri. Mandat pengerahan pesawat pengintai AWACS yang sedang dibahas, diperkirakan justru akan menjadi bagian dari sebuah eskalasi baru. Fokusnya bukan lagi peningkatan perlindungan lalu lintas udara sipil, melainkan tuntutan dari sebuah perang udara dan darat secara intensif.

Dan terakhir harian Neue Osnabrücker Zeitung yang terbit di Osnabrück berkomentar :

Di Afghanistan berlangsung perang gerilya teror. Tidak ada misi perdamaian, seperti yang selalu digembar-gemborkan pemerintah Jerman berkaitan dengan penugasan yang tidak populer tsb. Juga bukan misi stabilisasi seperti yang disampaikan menteri pertahanan Franz Josef Jung, dalam reaksinya menanggapi tewasnya tiga serdadu Jerman. Dalam misi yang seolah-olah menjaga perdamaian, sejauh ini sudah tewas 1120 serdadu internasional, dan ribuan aparat keamanan Afghanistan. Tidak salah jika serdadu Bundeswehr mengeluhkan kurangnya dukungan dari politik, yang mengeluarkan mandat untuk pembuatan sumur dan jembatan di Afghanistan, tapi tidak peduli akan bahaya perang yang mengancam nyawa mereka.



as/dpa

Editor: Ayu Purwaningsih