Buruh Tetap Tuntut Perbaikan Hak dan Kondisi Kerja
1 Mei 2015
Tradisi demo menuntut perbaikan hak buruh tetap digelar di berbagai negara pada hari buruh 1 Mei. Tapi di sejumlah negara, pemerintah melarang aksi tersebut dan mengintimidasi buruh.
Iklan
Perbaikan persyaratan kerja dan hak buruh tetap jadi tuntutan para demonstran yang menggelar aksi protes tradisi pada hari buruh 1 Mei. Sebagian berjalan lancar tanpa insiden tapi ada juga yang diwarnai bentrokan.
Dari Jakarta dilaporkan sekitar 65.000 buruh menggelar aksi di pusat kota, yang terutama menuntut peningkatan kesejahteraan dan dihapuskannya sistem "outsourcing". Wakli presiden Jusuf Kalla menyebutkan, pemerintah telah berusaha meningkatkan kesejahteraan dengan menetapkan upah minimal regional.
Sementara dari Hongkong dilaporkan ratusan buruh menggelar aksi untuk menuntut perbaikan kondisi kerja bagi buruh migran. Terutama kasus penyiksaan pembantu rumah tangga asal Indonesia, Erwiana Sulistyaningsih dijadikan topik utama aksi hari buruh. Aktivis pembela hak buruh migran Joselito Natividad mengatakan kepada wartawan: "pemerintah Hongkong sebetulnya bisa bertindak lebih tegas, untuk memberantas perilaku tradisional yang feodal terhadap buruh migran."
Di ibukota Korea Selatan, Seoul, sekitar 100.000 buruh berdemonstrasi menentang upaya pemerintah mereduksi hak-hak buruh. Presiden Korsel, Park Geun-Hye sedang berusaha menggolkan reformasi aturan kerja, yang memudahkan pemecatan dan perekrutan pekerja baru. Serikat buruh juga mengancam aksi pemogokan total jika pemerintah tetap melanjutkan rancangan undang-undang reformasi lapangan kerja.
Aksi rusuh
Tidak semua aksi protes buruh berjalan tanpa kekerasan. Dari ibukota Taiwan, Taipei dilaporkan bentrokan antara buruh melawan aparat keamanan. Ribuan buruh yang awalnya menuntut kenaikan upah, mengurangi lembur dan melarang perekrutan lewat cara outsourcing, berkembang menjadi aksi kerusuhan.
"Kami melemparkan bom asap, untuk memprotes kebijakan pemerintah Taiwan yang kacau dan ketidak becusan mereka untuk mencari solusi masalah pengangguran terutama di kalangan generasi muda", ujar Han Shih-hsien salah seorang pimpinan demonstran.
Pemerintah Turki dilaporkan menutup Lapangan Taksim di Istanbul dan mengerahkan 20,000 aparat keamanan untuk mencegah aksi protes buruh. Pemerintah menyatakan, hendak mencegah terulang kembalinya aksi kekerasan yang menewaskan puluhan orang saat demonstrasi hari buruh tahun 1977. Hanya ratusan anggota serikat buruh diizinkan menggelar aksi protes di lapangan Besiktas dengan dijaga ketat ratusan polisi.
Sebagai kotras, pemerintah Rusia justru mengizinkan sekitar 140.000 buruh menggelar aksi protes di Lapangan Merah di Moskow. Mereka membawa bendera Rusia dan menerbangkan ribuan balon, yang mengingatkan kembali pada masa kejayaan buruh di era Uni Sovyet.
as/rzn (dpa,afp,rtr,ap)
Bocah Bangladesh Mencari Nafkah
Sekitar 4,5 juta bocah mencari nafkah sebagai buruh di Bangladesh, dalam kondisi mengenaskan. Sebagian besar berada di ibukota Dhaka. DW mendokumentasikan keseharian mereka.
Foto: Mustafiz Mamun
Bocah Pembuat Balon
Kemiskinan yang menyekik acap memaksa sebuah keluarga mengirimkan putranya sebagai buruh. Kebanyakan mendapat pekerjaan kasar dalam kondisi yang mengenaskan dengan upah rendah, seperti di pabrik bata, konstruksi atau pabrik balon. Pabrik di dekat Dhaka ini banyak mempekerjakan buruh anak seperti bocah berusia 10 tahun ini.
Foto: Mustafiz Mamun
Absennya Pemerintah
Bocah seperti di pabrik ini sering bekerja di dekat bahan-bahan kimia berbahaya. Pemerintah Bangladesh mengeluarkan peraturan yang melarang bocah bekerja di 38 jenis pekerjaan yang berbahaya. Namun larangan itu belum pernah benar-benar diterapkan.
Foto: Mustafiz Mamun
Buruh di Bawah Umur
Bocah mendapat upah lebih sedikit ketimbang buruh dewasa. Padahal sebagian besar bekerja hingga 12 jam per hari. Sebab itu pula kebanyakan buruh di pabrik ini adalah anak-anak. Mereka biasanya bekerja di dalam ruang tertutup dan tersembunyi dari dunia luar. Buruh anak juga tidak mendapat cuti kecuali hari Jumat sore. Bangladesh memberlakukan hari libur untuk Jumat.
Foto: Mustafiz Mamun
Masa Depan Terancam
Ali Hossain, bocah yang bekerja sebagai pengrajin perak di Dhaka, dipaksa membanting tulang siang dan malam. Jam kerja panjang dan bunyi mesin pabrik yang memekakkan telinga membahayakan kesehatan dan masa depannya. Tidak heran jika pekerjaan berperan besar dalam angka kegagalan sekolah.
Foto: Mustafiz Mamun
Bocah di Pabrik Kulit
Menurut hukum ketenagakerjaan 2006, usia minimal buruh di Bangladesh adalah 14 tahun. Namun di sini, Asif yang berusia 12 tahun bekerja setidaknya 12 jam sehari di pabrik kulit. Ia terbiasa berurusan dengan bahan-bahan kimia beracun. Upah yang diterima Asif diberikan kepada ibunya.
Foto: Mustafiz Mamun
Rabbi dan Ibunya
Rabbi berasal dari Chandpur. Ia bekerja bersama ibunya di pabrik botol plastik. Pemilik pabrik mengklaim ia menolak mempekerjakan anak-anak. Rabbi mendapat pekerjaan ini cuma karena permintaan sang ibu lantaran pemasukannya tidak cukup membiayai keluarga.
Foto: Mustafiz Mamun
Kernet Belia
Sekitar 93 persen buruh anak di Bangladesh bekerja di sektor informal, seperti pabrik kecil, bisnis rumahan, sebagai pembantu rumah tangga atau di jalanan. Salah satu contohnya adalah kernet angkutan umum ini yang tidak jarang menjadi korban kecelakaan lalu lintas.
Foto: Mustafiz Mamun
Bocah di Pabrik Bata
Batu bata adalah bahan konstruksi paling laku di Bangladesh. Banyak bocah bekerja sebagai buruh pabrik batu bata seperti di Dhaka ini. Mereka dibayar 15.000 hingga 18.000 Rupiah per hari buat mengangkat ribuan ton batu bata. Berbobot tiga kilogram per buah, setiap bocah harus mengangkut minimal 16 batu bata dalam sekali pikul.
Foto: Mustafiz Mamun
Nestapa di Usia Muda
Rahim terbiasa bekerja 12 jam tanpa upah atau makanan yang memadai. Terlebih ia juga harus berkutat di dalam kondisi kerja yang mengenaskan di pabrik Timah ini. Buruh anak juga terancam diskriminasi rasial, penganiayaan atau bahkan pelecehan seksual.