1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bush/Irak/Guantanamo, Program Atom Iran

12 November 2003

Dalam acara SARI PERS INTERNASIONAL kali ini akan kami ketengahkan sorotan media Internasional mengenai Presiden Amerika Serikat George W Bush yang dikaitkan dengan situasi Irak, dan para tahanan di pangkalan militer Guantanamo. Kemudian tema yang kedua mengenai program atom Iran. Baiklah kami mulai dengan tema yang pertama. Presiden Amerika Serikat George W Bush semakin mendapatkan kritik dan tekanan, sehubungan dengan politik yang dijalankannya terhadap Irak. Tapi ia tetap membelanya. Dalam pidatonya dalam acara " hari veteran perang", Presiden Bush menandaskan, tugas di Irak harus dirampungkan agar demokrasi berhasil dicapai. Meskipun perlawanan di Irak lebih berat dari yang diperhitungkan, tapi akhirnya akan diraih kemenangan bagi demokrasi dan kebebasan. Demikian dikatakan Presiden Bush. Menanggapi pidato Presiden Bush tersebut harian Italia LA STAMPA yang terbit di Roma berkomentar:

Nada dan kata-kata yang dipilih Presiden Bush dalam pidatonya menunjukkan keinginannya untuk menentang semua gelombang kritik, dan membela kebijakan yang dilakukannya. Keputusan Partai Demokrat untuk memfokuskan kesulitan yang dihadapi di Irak, merupakan langkah untuk menjegal Presiden Bush terpilih kembali dalam pemilihan tahun 2004 mendatamg. Tema utama kampanye pemilu bergeser kemasalah keamanan. Dengan demikian front yang menentang Presiden Bush dari hari kehari semakin membesar.

Mahkamah Agung Amerika Serikat awal tahun depan dilaporkan akan menangani gugatan dari para tahanan di pangkalan militer Guantanamo. Dipangkalan militer tersebut, sekitar 660 orang yang diduga sebagai teroris ditahan tanpa proses pengadilan. Sebagian diantaranya telah ditahan sejak dua tahun lalu, ketika Amerika Serikat melancarkan invasinya ke Afganistan untuk menggulingkan pemerintahan milisi Taliban dan mengejar anggota kelompok El-Khaida. Mengenai keputusan Mahkamah Agung Amerika Serikat tersebut, harian Swiss TAGESANZEIGER yang terbit di Jenewa berkomentar:

Bagi para pembela negara hukum dan hukum Internasional, keputusan Mahkamah Agung Amerika Serikat tersebut disambut dengan rasa terkejut dan gembira. Meskipun mendapat penolakan yang keras dari pemerintahan Presiden Bush, Mahkamah Agung Amerika Serikat telah memutuskan untuk menangani masalah, apakah sekitar 660 orang yang ditahan dipangkalan militer Guantanamo dengan dugaan sebagai teroris, mempunyai dasar hukum untuk menyampaikan gugatan. Dengan demikian terbuka harapan bagi pengadilan untuk menggugat secara hukum pemerintahan Presiden Bush yang mempunyai wewenang kekuasaan tanpa batas dalam memerangi terorisme.

Mengenai tema yang sama harian Jerman TAZ yang terbit di Berlin menunrun komentar dengan judul" para tahanan yang tidak dilindungi hukum di Teluk Guantanamo dapat menggantungkan harapan". Kami kutip:

Keputusan Mahkamah Agung Amerika Serikat merupakan kejutan. Mereka yang ditahan di Teluk Guantanamo tanpa melewati proses hukum, sekarang dapat mengajukan tuntutan. Ini merupakan berita buruk bagi Presiden Bush. Tapi merupakan peluang bagi demokrasi, tidak hanya di Amerika Serikat. Dipertanyakan, apakah kelak keputusan pengadilan Amerika Serikat juga berlaku di Guantanamo yang disewa dari Kuba. Selain itu prosesnya akan dapat menuju arah yang lain. Bila para hakim yang konservativ membenarkan pandangan hukum Presiden Bush, maka kelompok hak asasi semakin sulit melihat praktek yang terjadi di Guantanamo terhadap para tahanan . Dengan demikian yang tinggal adalah menjalankan tugas politik untuk mengakhiri penahanan tanpa perlindungan hukum di Guantanamo. Ini juga berlaku bagi semua pemerintah yang mendukung apa yang disebut perang melawan teror.

Kita masuki tema terakhir dalam acara SARI PERS INTERNASIONAL dari SJDW, yakni mengenai program atom Iran. Pengakuan Iran yang menyatakan pernah melakukan pelanggaran terhadap perjanjian larangan senjata atom, dikomentari harian Amerika Serika NEW YORK TIMES. Kami kutip:

Untunglah , tidak cukup jumlah plutonium yang dimiliki Iran untuk membuat bom atom. Tapi tak seorangpun yang menjamin, apakah itu merupakan pernyataan yang sesungguhnya, atau Iran hanya menyatakan apa yang telah diketahui oleh para inspektur Internasional. Ini terutama sangat mengkhawatirkan. Ditemukannya uraniam yang diperkaya, sekarang harus dijelaskan dengan memuaskan oleh para inspektur. Sekarang, Iran dibawah tekanan dunia Internasional menyetujui ditingkatkannya pemeriksaan, dan paling tidak untuk sementara menghentikan program produksi uranium yang diperkaya. Ini semua tidaklah mencukupi. Iran tidak mempunyai alasan yang benar untuk melanjutkan program tersebut. Sekian acara SARI PERS