Bush: Penarikan Pasukan AS dari Afganistan Sebuah Kesalahan
Kate Martyr
16 Juli 2021
Dalam wawancara eksklusifnya bersama DW, mantan Presiden AS George W. Bush mengatakan bahwa dia mengkhawatirkan nasib perempuan dan anak-anak di Afganistan setelah pasukan Amerika dan NATO meninggalkan negara itu.
Iklan
Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) George W. Bush menyebut penarikan pasukan AS dan NATO dari Afganistan sebagai "sebuah kesalahan." Hal ini ia sampaikan dalam wawancara eksklusifnya bersama Deutsche Welle (DW).
"Mereka hanya akan ditinggalkan untuk dibantai oleh orang-orang yang sangat brutal ini, dan itu menghancurkan hati saya," kata Bush, merujuk pada kelompok Islam Taliban. Kelompok itu kini tengah menguasai seluruh negeri di tengah penarikan pasukan AS dan NATO yang akan rampung pada September mendatang.
Georg W. Bush adalah presiden AS yang memerintahkan dikerahkannya pasukan AS ke Afganistan pada musim gugur tahun 2001 menyusul serangan teror 11 September di AS.
Bush yakin Kanselir Jerman Angela Merkel juga "merasakan hal yang sama" tentang penarikan itu.
Ketika DW bertanya kepada jurnalis yang berbasis di Kabul, Ali Latifi tentang pernyataan Bush, dia berkata: "Saya pikir sangat menarik bahwa dia tiba-tiba, Anda tahu, prihatin dengan perempuan dan anak-anak." Latifi menambahkan: "Perang telah membuat banyak istri menjadi janda dan membuat banyak anak-anak menjadi yatim."
Iklan
Berakhirnya perang 20 tahun
Penarikan pasukan AS dan NATO dari Afganistan sendiri dimulai pada awal Mei lalu.
Pada akhir Juni, Jerman pun mengumumkan telah menarik semua pasukannya dari Afganistan dan menutup konsulat jenderalnya di Mazar-i-Sharif di Afghanistan utara. Selain itu, negara lain seperti Italia dan Polandia juga mengumumkan telah membawa pulang semua pasukannya dari Afganistan.
Pada 2 Juli, pasukan AS dan NATO juga telah mengosongkan Pangkalan Udara Bagram di Kabul yang pernah menjadi pusat operasi militer AS di negara itu.
Pasukan AS Pulang, Afganistan Tertimbun di Bawah Sampah Amerika
Pangkalan Udara Bagram jadi markas besar pasukan AS di Afganistan selama hampir 20 tahun. Markas militer itu telah kosong sejak musim semi dan meninggalkan berton-ton sampah.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Rongsokan sejauh mata memandang
Sejarawan mungkin memperdebatkan peninggalan misi politik AS di Afganistan. Tetapi peninggalan fisiknya terlihat jelas dalam bentuk rongsokan dan sampah dalam jumlah besar. Angkatan Darat AS akan ditarik sepenuhnya dari Pangkalan Udara Bagram pada peringatan 20 tahun serangan teroris 11 September di Washington dan New York, jadi dalam waktu beberapa minggu ke depan.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Di mana harus menaruh semua sampah?
Tentara AS akan membawa pulang peralatan atau memberikannya kepada pasukan keamanan setempat. Tetapi masih banyak sampah kemasan dan elektronik tersisa. Lebih dari 100.000 tentara AS bertugas di Bagram sejak 2001. Pangkalan yang terletak 70 kilometer di utara Kabul, telah berkembang menjadi kota kecil ala Amerika, lengkap dengan pusat perbelanjaan dan restoran cepat saji.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Sampah seseorang adalah harta karun bagi orang lain
Tempat pembuangan rongsokan di luar pangkalan telah menjadi populer di kalangan pemburu harta karun. Mereka datang dalam jumlah besar untuk mengais sampah, mencari sesuatu yang masih berguna, seperti sepasang sepatu boot militer ini. Harapan mereka adalah menjual apa yang ditemukan untuk mendapatkan uang.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Mencari harta karun sampah elektronik
Sampah elektronik dalam jumlah besar juga terkubur di tempat pembuangan sampah. Orang mencari papan sirkuit berisi suku cadang dan sekrup yang dapat digunakan kembali. Beberapa bahkan mengandung bahan berharga seperti tembaga dan sejumlah kecil emas. Bagi orang Amerika, itu semua sampah. Tapi bagi warga Afganistan yang berpenghasilan hanya US $695 (Rp8,5 juta) setahun, itu adalah harta karun.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Apa yang akan terjadi dengan Bagram?
Bagram, di kaki pegunungan Hindu Kush, memiliki sejarah panjang sebagai pangkalan militer. Tentara Uni Soviet menggunakan pangkalan itu selama invasinya pada 1979. Banyak yang sekarang khawatir setelah pasukan Amerika pergi, Bagram akan jatuh ke tangan Taliban, yang berarti kemenangan strategis bagi kaum Islamis.
Foto: imago images
Penarikan pasukan yang riskan
Pasukan AS resminya ditarik pulang sejak 1 Mei dan tidak ada waktu untuk membuang sampahnya. Senjata berat dan pasukan tambahan tetap disiagakan untuk kemungkinan serangan Taliban selama penarikan. Pada minggu terakhir penarikan, total 36 negara NATO dan mitra terlibat dalam misi tersebut, termasuk 2.500 tentara Amerika dan 1.100 tentara Jerman
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Wanita yang bekerja
Seorang gadis memulung peti logam usang dari tempat pembuangan sampah. Terlepas dari situasi sulit, anak perempuan dan wanita yang paling diuntungkan dari misi militer pimpinan AS dan jatuhnya Taliban pada tahun 2001. Mereka dapat bersekolah, dan sebagai wanita dewasa bisa bekerja di sektor yang sebelumnya tidak dapat diakses oleh mereka, termasuk di pengadilan tinggi dan institusi resmi lainnya.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Orang-orang yang ditinggalkan
Beberapa orang menemukan barang-barang bernilai sentimental murni di tempat barang rongsokan, untuk mengingatkan mereka pada pangkalan militer AS ini. Banyak pemukiman pasukan lokal Afganistan bermunculan di sekitar Bagram, dan eksistensi mereka bergantung pada pangkalan itu. Banyak yang sekarang bertanya-tanya apa yang akan terjadi dengan mereka dan keluarga mereka.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Apa yang tersisa?
Jadi apa yang tersisa dari kehadiran AS di Hindu Kush, selain sepatu usang dan kawat berkarat? Presiden AS Joe Biden menjanjikan kemitraan "berkelanjutan" pada saat pertemuan dengan mitranya dari Afganistan, Ashraf Ghani di Gedung Putih 25 Juni. Nasib jutaan warga Afganistan akan tergantung dari janji Biden. (bn/as)
Sebelumnya, Taliban telah melancarkan serangannya di daerah-daerah pedesaan Afghanistan dan menguasai banyak distrik di ibu kota provinsi.
Taliban juga dilaporkan telah mengambil kendali wilayah strategis penyeberangan perbatasan Afganistan ke Pakistan di distrik Spin Boldak pada Rabu (14/07).
Biden dalam pidatonya di Gedung Putih pada Jumat (09/07) pekan lalu mengesampingkan intervensi lebih lanjut yang terjadi di Afganistan, dengan mengatakan bahwa AS telah "mencapai" tujuannya di negara itu, yaitu membunuh Osama bin Laden, menjatuhkan Al-Qaeda, dan mencegah lebih banyak serangan di AS.
"Kami tidak pergi ke Afganistan untuk membangun bangsa. Dan itu adalah hak dan tanggung jawab rakyat Afganistan sendiri untuk memutuskan masa depan mereka dan bagaimana mereka ingin menjalankan negara mereka," ujar Biden.
Ditanya tentang warisan perang di Afganistan, jurnalis Ali Lafiti pun mengatakan: "Adalah fakta bahwa Taliban masih mampu menimbulkan ancaman bagi pemerintah dan pasukan keamanan, fakta bahwa kami masih mengalami pertempuran ini, dan fakta bahwa kami masih bertanya-tanya apa yang mungkin terjadi pada perempuan, anak-anak, penerjemah, 20 tahun ke depan. Itulah warisannya."