Caleg 2004 / Pendekatan India-Pakistan
6 Januari 2004Iklan
Tinjauan Pers Indonesia menyoroti Daftar Calon Legislatif Pemilu 2004, dan Pendekatan Baru India-Pakistan. Partai politik peserta pemilu sudah menyerahkan daftar calon anggota legislatif kepada Komisi Pemilihan Umum. Daftar ini sekarang jadi bahan pembicaraan masyarakat dan sorotan media massa. Ada yang menyoroti masuknya tokoh politik lama dan pensiunan militer, ada yang meng-ekspos para selebriti yang berhasil dijaring parpol. Kecenderungan lain adalah masuknya nama-nama yang dulu dikenal sebagai aktivis, baik aktivis mahasiswa maupun kalangan LSM. Harian Pikiran Rakyat yang terbit di Bandung menulis:
Nama mereka bukan saja masuk lewat parpol baru, yang ingin terkesan reformis, tapi juga melalui parpol lama, termasuk parpol yang pernah mereka gugat. Kenyataan ini membuat sebagian publik merasa heran. Masuk akal, kalau kemudian muncul tudingan, para aktivis tidak konsisten. Apalagi jika nama-nama itu bernaung di bawah panji parpol, yang enam tahun lalu pernah mereka robek dan bakar dengan amarah yang tinggi. Tidak akan mudah bagi publik untuk merevisi anggapan, bahwa para aktivis itu memanfaatkan politik sebagai batu loncatan semata. Proses ke arah Pemilu 2004 menunjukkan betapa kocar-kacirnya elemen pro reformasi. Pada akhirnya, terbukti mereka tidak mampu tetap memilih garis politik yang memihak kepentingan rakyat.
Beberapa waktu lalu, kalangan LSM menggelar aksi yang disebutnya Gerakan Antipolitikus Busuk. Ternyata, aksi tersebut mendapat respon cukup luas. Hari Senin, delapan organisasi kemahasiswaan juga memulai kampanye antipolitikus bermasalah. Harian Media Indonesia berkomentar:
Mahasiswa menunjuk dua nama politikus bermasalah yang tidak pantas dipilih, baik untuk kursi legislatif maupun presiden. Apa pun bentuk perlawanan terhadap politikus busuk, esensinya sama. Yaitu, khalayak merindukan panggung politik yang bersih. Gerakan antipolitikus busuk yang dikumandangkan oleh LSM dan mahasiswa mengandung dua arti penting. Pertama, mereka melihat dengan kasatmata bagaimana para politikus busuk mendominasi panggung politik. Kedua, mereka tidak sabar lagi menyaksikan perlawanan oleh lembaga-lembaga negara yang berjalan sangat lamban, bahkan berhenti di tempat. Gerakan itu mencerminkan runtuhnya kepercayaan publik terhadap lembaga formal dalam memerangi politikus busuk, memerangi korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Sorotan berikutnya: pendekatan baru India-Pakistan. Selama ini, kerjsama regional di kawasan Asia Selatan sulit diwujudkan, karena ketegangan antara India dan Pakistan. Penyelesaian sengketa itu jadi lebih sulit, karena keduanya menolak campur tangan asing. Itu sebabnya, pendekatan baru yang terjadi di sela-sela konferensi tingkat tinggi SAARC disambut secara luas. Harian Kompas menilai:
Suasana ketegangan memang terasa surut. Komitmen Vajpayee bagi perdamaian kembali diungkapkan dalam KTT SAARC. Tidak kalah mengesankan tanggapan positif Presiden Musharraf untuk bekerja keras bagi pelaksanaan perdamaian. Keinginan damai kedua pihak memberikan pengaruh positif terhadap penyelenggaraan KTT SAARC. Para pemimpin tujuh negara SAARC dengan mudah mencapai kata sepakat, untuk membentuk kawasan perdagangan bebas, yang akan mulai dilaksanakan tahun 2006. Tujuannya mendorong kerja sama ekonomi dan perdagangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan itu.
Nama mereka bukan saja masuk lewat parpol baru, yang ingin terkesan reformis, tapi juga melalui parpol lama, termasuk parpol yang pernah mereka gugat. Kenyataan ini membuat sebagian publik merasa heran. Masuk akal, kalau kemudian muncul tudingan, para aktivis tidak konsisten. Apalagi jika nama-nama itu bernaung di bawah panji parpol, yang enam tahun lalu pernah mereka robek dan bakar dengan amarah yang tinggi. Tidak akan mudah bagi publik untuk merevisi anggapan, bahwa para aktivis itu memanfaatkan politik sebagai batu loncatan semata. Proses ke arah Pemilu 2004 menunjukkan betapa kocar-kacirnya elemen pro reformasi. Pada akhirnya, terbukti mereka tidak mampu tetap memilih garis politik yang memihak kepentingan rakyat.
Beberapa waktu lalu, kalangan LSM menggelar aksi yang disebutnya Gerakan Antipolitikus Busuk. Ternyata, aksi tersebut mendapat respon cukup luas. Hari Senin, delapan organisasi kemahasiswaan juga memulai kampanye antipolitikus bermasalah. Harian Media Indonesia berkomentar:
Mahasiswa menunjuk dua nama politikus bermasalah yang tidak pantas dipilih, baik untuk kursi legislatif maupun presiden. Apa pun bentuk perlawanan terhadap politikus busuk, esensinya sama. Yaitu, khalayak merindukan panggung politik yang bersih. Gerakan antipolitikus busuk yang dikumandangkan oleh LSM dan mahasiswa mengandung dua arti penting. Pertama, mereka melihat dengan kasatmata bagaimana para politikus busuk mendominasi panggung politik. Kedua, mereka tidak sabar lagi menyaksikan perlawanan oleh lembaga-lembaga negara yang berjalan sangat lamban, bahkan berhenti di tempat. Gerakan itu mencerminkan runtuhnya kepercayaan publik terhadap lembaga formal dalam memerangi politikus busuk, memerangi korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Sorotan berikutnya: pendekatan baru India-Pakistan. Selama ini, kerjsama regional di kawasan Asia Selatan sulit diwujudkan, karena ketegangan antara India dan Pakistan. Penyelesaian sengketa itu jadi lebih sulit, karena keduanya menolak campur tangan asing. Itu sebabnya, pendekatan baru yang terjadi di sela-sela konferensi tingkat tinggi SAARC disambut secara luas. Harian Kompas menilai:
Suasana ketegangan memang terasa surut. Komitmen Vajpayee bagi perdamaian kembali diungkapkan dalam KTT SAARC. Tidak kalah mengesankan tanggapan positif Presiden Musharraf untuk bekerja keras bagi pelaksanaan perdamaian. Keinginan damai kedua pihak memberikan pengaruh positif terhadap penyelenggaraan KTT SAARC. Para pemimpin tujuh negara SAARC dengan mudah mencapai kata sepakat, untuk membentuk kawasan perdagangan bebas, yang akan mulai dilaksanakan tahun 2006. Tujuannya mendorong kerja sama ekonomi dan perdagangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan itu.
Iklan