Industri makanan laut di negara bagian Kerala, India, sedang naik daun namun lingkungan turut menjadi korban. Peternak sebuah komunitas beralih ke praktek lama untuk menyelamatkan lahan.
Iklan
Pekerja konstruksi Indira Ramanan menunjuk ke arah gubuk yang tertutup lembaran plastik. Itu dulu rumahnya, namun keluarganya harus pindah karena dinding-dinding batanya mulai hancur dan langit-langitnya nyaris runtuh.
Banyak rumah lainnya bernasib sama. Tetangga Ramanan, Saboo, mengatakan bahwa cara terbaik untuk mengetahui masalahnya adalah dengan mengecap serpihan dinding yang berjatuhan. Dindingnya terasa asin.
Kiat Mengurangi Emisi Karbon Pertanian
Emisi karbon tahunan dari pertanian global dapat ditekan hingga sebanyak 90 persen pada tahun 2030, atau setara dengan menghilangkan seluruh kendaraan bermotor dari muka bumi. Berikut 10 strategi yang dianjurkan.
Foto: Fotolia/ArtHdesign
Mengubah Kebiasaan Makan
Laporan terbaru Climate Focus dan Asosiasi Lingkungan Kalifornia menyebut kiat terpenting dalam mitigasi produksi karbon pertanian adalah mengurangi konsumsi daging merah dan produk susu, karena pemamah biak mempunyai jejak karbon yang cukup tinggi. Laporan tersebut menganjurkan pengurangan konsumsi daging sebagai alternatif rendah karbon untuk semua negara.
Foto: Fotolia
Menggalakkan Arang Hayati
'Biochar' atau arang hayati kini tengah dijajaki sebagai perangkap karbon untuk mengurangi emisi karbondioksida. Arang hayati juga dapat ditanam untuk meningkatkan kesuburan dan produktivitas pertanian. Seperti arang biasa, biochar diciptakan dengan membakar biomassa tanpa oksigen. Apabila marak digunakan pada lahan pertanian, potensi pemerangkapan karbon oleh bumi dapat ditingkatkan.
Foto: picture-alliance/dpa
Menekan Metana Sapi
Gas metana yang dihasilkan sapi melalui proses fermentasi dalam pencernaan, mengakibatkan kerusakan pada atmosfer. Dengan memperbaiki kualitas pangan pada lahan penggembalaan, atau pakan ternak yang diproduksi pabrik, maka produksi daging dan produk susu akan memerlukan lebih sedikit hewan ternak, dan otomatis mengurangi emisi metana.
Foto: DW/C. Bleiker
Berhenti Menghamburkan Makanan
Pada sektor energi dan transportasi, banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi berbagai sistem. Namun sebaliknya, bisnis produksi makanan internasional justru sangat tidak efisien, menurut laporan. Di banyak negara, kehilangan pasca panen dan penghamburan makanan oleh konsumen sepanjang rantai suplai mencapai 30 persen lebih dari total produksi.
Foto: picture-alliance/dpa
Tingkatkan Pemerangkapan Karbon
Potensi penyimpanan karbon pada lahan penggembalaan adalah salah satu bidang yang belum banyak dijamah dalam mitigasi karbon pertanian, namun berpotensi besar, demikian menurut Organisasi Pangan dan Pertanian FAO. Pakar mengatakan bahwa dengan rehabilitasi lahan penggembalaan di Brasil, Cina dan Kenya, lahan yang selama ini salah penanganan dapat menyerap lebih banyak karbon dan mengurangi CO2.
Foto: DANIEL GARCIA/AFP/Getty Images
Efisiensi Pemupukan
Menurut laporan, Cina dan India adalah dua negara yang mengeksploitasi pemakaian pupuk sintetis. Amerika Serikat cukup efisien dalam hal input pupuk untuk setiap unit output, namun banyak lahan pertanian yang dapat diperbaiki terkait aplikasi gizi tanaman. Produksi pupuk sintetis secara berlebihan dari produk olahan industri minyak bumi menciptakan karbondioksida dalam jumlah besar.
Foto: CC/Rishwanth Jayaraj
Kurangi Emisi Kotoran Ternak
Produk akhir kotoran ternak yang membusuk adalah metana dan karbondioksida, keduanya merusak atmosfer. Laporan Climate Focus dan Asosiasi Lingkungan Kalifornia menemukan bahwa praktik mitigasi berbiaya rendah dalam mengelola kotoran ternak tersedia, namun alternatif terbaik sangat mahal dan tidak meningkatkan produktivitas peternakan. Uni Eropa, Amerika dan Cina adalah pengemisi terbesar.
Foto: DW/M. Scaturro
Perbaiki Industri Produksi Pupuk
Di Cina, emisi industri produksi pupuk tergolong tinggi karena batubara dipakai sebagai bahan baku dan pabrik yang memproduksi sudah sangat tua dan tidak efisien. Laporan ini merekomendasikan pengurangan besar-besaran jejak karbon dapat tercapai dalam jangka panjang dengan investasi peralatan baru dan konsolidasi industri.
Foto: GOU YIGE/AFP/Getty Images
Berhenti Makan Nasi?
Beras mempunyai salah satu jejak karbon tertinggi di antara tanaman pangan lainnya karena metana yang dihasilkan dari budidaya dalam sistem basah. Memperbaiki manajemen batang padi dan mengeringkan sawah secara reguler dapat mengurangi emisi secara signifikan.
Foto: Getty Images
Pemerangkapan Karbon dengan Wanatani
Metode lain pemerangkapan karbon adalah agroforestry atau wanatani, yakni kombinasi pohon dan semak dengan tanaman pangan. Sistem ini terutama menguntungkan bagi wilayah lembab atau dataran tinggi tropis karena pohon memberi keteduhan dan sejumlah keuntungan lain. Namun data potensi pemerangkapan karbon dengan wanatani masih terbatas, menurut laporan.
Foto: Fotolia/ArtHdesign
10 foto1 | 10
Sumbernya terletak di lahan sebelah. Kolam-kolam asin berbentuk segi empat terbentang sejauh mata memandang, setiap kolam berkedalaman setengah meter dan penuh dengan larva udang kecil.
Kolam-kolam ini turut menyumbang ledakan produksi udang di Kerala dalam sedekade terakhir. India mengekspor udang senilai 3 miliar Dolar tahun 2013. Booming makanan laut menciptakan jutaan pekerjaan dan memperkaya pebisnis. Namun kerusakan lingkungan turut meluas - mengubah tanah menjadi terlalu asin untuk digarap petani dan mengkontaminasi air tanah. Air dari kolam udang merembes ke dalam tanah, dan warga setempat mengatakan air ini mulai meresap ke dalam bangunan, menghancurkan tembok dan merusak rumah.
Udang dan padi berdampingan
Warga lokal berpikir mereka mempunyai sebuah solusi: menghidupkan kembali praktek pertanian lama yang dipakai lebih dari 50 tahun lalu. Dulu petani membudidayakan udang dan menanam padi pada lahan yang sama - menumbuhkan padi ketika musim hujan, dan mengubah lahan menjadi kolam ikan.
"Ini model sistem pertanian terintegrasi yang bagus, yang terbukti cocok di sini," ujar V. Sreekumaran, direktur Stasiun Riset Padi Vytilla milik pemerintah. Praktek ini disebut pokkali, mengacu pada varian padi tertentu yang tahan garam.
Untuk mengolah beras, padi harus terendam dalam air tawar selama dua hingga tiga bulan sebelum musim tanam. Porsi air hujan menapis ke dalam tanah, mengeluarkan sebagian garam dan memperbaiki tabel air.
Ada juga keuntungan lain menanam padi, timpal Sreekumaran. "Ini menampung air yang baik untuk membarui sumber air minum bagi seluruh wilayah."
Solusi padi?
Namun sudah jarang yang menanam padi di Kerala karena untungnya tidak sebanyak beternak udang. Hingga tahun 60-an, masih ada 16.000 hektar lahan kombinasi padi dan udang. Kini hanya tinggal sepersepuluhnya, menurut Sreekumaran.
Dengan naiknya tingkat permukaan laut, intrusi air asin diprediksi meningkat di dataran rendah wilayah pesisir. Petani harus mengadopsi praktek yang mampu mengimbangi salinitas, imbau aktivitis Francis Kalathunkal, yang telah lama melobi pemerintah untuk membantu membangkitkan kembali sawah padi.
'Tanah mulai pulih'
Indira Ramanan dari desa Neendakara mengatakan dirinya sudah melihat sejumlah keuntungan dari padi yang ditanam di lahan sebelah rumahnya. Tanah yang tadinya terlalu asin perlahan pulih, katanya.
"Biasanya tak ada yang bisa tumbuh di sini dalam 25 tahun terakhir, tapi hanya dengan setahun menumbuhkan pokkali, tomat dan bunga mulai mengakar," ungkap Ramanan sembari menunjuk ke arah tanaman kecil dengan bunga berwarna putih dan kuning di halaman belakang rumahnya.
"Kami tak akan mau hanya beternak udang saja - harus gabungan padi dan udang."