1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cara Sudahi Perang? Gaddafi Harus Hengkang

14 April 2011

Saat ini tampaknya tidak ada pihak manapun yang mampu meraih kemenangan di Libya. Apa langkah selanjutnya yang harus diambil pasukan koalisi internasional? Tuntutan utama dari Doha: Gaddafi harus mengundurkan diri.

Der Außenminister von Katar, Scheich Hamad bin Jassim bin Jabor Al Thani (l-r), Bundesaußenminister Guido Westerwelle und UN-Generalsekretär Ban Ki-Moon stehen am Donnerstag (13.04.2011) in Doha/Katar vor Beginn der Sitzung der Libyen-Kontaktgruppe zum Familienbild nebeneinander. Die Politiker wollen bei ihrem Treffen über das weitere Vorgehen in Libyen beraten. (im Hintergrund eine unidentifizierte Person) Foto: Peer Grimm dpa +++(c) dpa - Bildfunk+++
Pangeran Qatar, Al Thani (kiri) Menlu Jerman Guido Westerwelle (tengah) dan Sekjen PBB Ban Ki MoonFoto: picture alliance / dpa

Pasukan koalisi internasional dengan mandat PBB bertugas melindungi rakyat sipil lewat serangan udara, tetapi tidak berwenang menggulingkan Muammar Gaddafi. Bagaimana cara mencegah perang yang berkelanjutan, yang akan menyebabkan semakin banyak korban tewas? Pertanyaan itu didiskusikan sejumlah negara, PBB dan Liga Arab di ibukota Qatar, Doha, Rabu (13/04). Wakil pemberontak Libya juga hadir.

Pada awal konferensi, tuan rumah, Pangeran Qatar Sheik Tamim bin Hamad al Thani memberikan pernyataan jelas. "Waktunya sudah tiba, di mana rakyat Libya dapat mempertahankan diri sendiri." Dengan kata lain, waktu pemasokan senjata kepada para penentang Gaddafi sudah tiba. Tuntutan itu sejauh ini belum didukung semua pihak yang terkait. Itu adalah konflik mendasar di dalam pasukan koalisi, yang melaksanakan serangan udara dengan mandat PBB.

Seruan untuk Bersatu

Perundingan yang berlangsung di DohaFoto: picture alliance / dpa

Sekjen PBB Ban Ki Moon mengatakan, "Sangat penting, bahwa masyarakat internasional bertindak kompak dan berbicara dengan satu suara, dan kita berusaha mencapai tujuan sama, atas nama rakyat Libya." Seruan untuk bersatu tidak dapat menutupi keretakan dalam koalisi beberapa negara itu. Bersama Perancis, Inggris kembali mendesak peran militer yang lebih besar lagi terhadap Gaddafi.

Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague mengatakan, "Jika Gaddafi tidak dihentikan, masyarakat internasional akan dikecam karena tidak berhasil melindungi orang-orang yang tidak bersalah. Rakyat kita akan bertanya, mengapa pemerintah mereka tidak melakukan apa pun, ketika negara yang menyimpang dari hukum internasional terbentuk di dekat garis batas selatan Eropa. Jadi kita sekarang harus diperkuat dengan keyakinan, bahwa tindakan kita perlu, legal dan benar."

Pendapat Berbeda-Beda

Sekjen PBB Ban Ki Moon (kanan) dan Menlu Inggris, William Hague (13/04)Foto: AP

Tidak ada yang menentang, semua ingin menolong rakyat Libya melawan Gaddafi. Tetapi bagaimana? Pendapat yang hadir berbeda-beda. Pemberontak Libya yang datang ke pertemuan menuntut lebih banyaknya serangan udara. Sementara Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle lebih setuju memberikan bantuan politis dan kemanusiaan, dan menolak jalan keluar militer.

Dalam hal ini, Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Anders Fogh Rasmussen sependapat, dan menentang perluasan serangan terhadap Gaddafi. Sepertiga aparat militer Gaddafi sudah dihancurkan. Rasmussen juga menekankan, koalisi internasional harus mencegah sebaik mungkin jatuhnya korban sipil.

Gaddafi Harus Hengkang

Penguasa Libya, Muammar GaddafiFoto: dapd

Meteri Luar Negeri Jerman, Westerwelle menyatakan dengan tegas di Qatar, kekayaan Libya di luar negeri yang telah dibekukan harus mendatangkan keuntungan bagi rakyat, misalnya 6,5 juta Euro yang terdapat di Jerman. Tetapi bagaimana cara membaginya secara merata?

Westerwelle mengatakan lebih lanjut, "Kami tidak ingin Libya terpecah-belah. Kami ingin perang segera berakhir. Untuk itu gencatan senjata harus segera dilaksanakan. Dan itu hanya mungkin, jika Gaddafi meletakkan kekuasaan. Itulah pesan paling jelas konferensi ini." Dan tuntutan itu disetujui pihak-pihak lain yang hadir.

Ulrich Leidholdt / Marjory Linardy

Editor: Christa Saloh

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait