Hong Kong Pulihkan Stabilitas Politik Tanpa Oposisi
25 November 2020
Pemimpin Hong Kong Carrie Lam memuji UU Keamanan Nasional karena “efektif” mengakhiri krisis politik. Pidato tahunannya kali ini berlangsung lancar, tanpa interupsi fraksi pro-demokrasi yang telah membubarkan diri
Iklan
Meski mengundang kecaman karena membungkam kebebasan berkespresi, UU Keamanan Nasional dipuji “efektif dalam memulihkan stabilitas,” kata pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, dalam pidato tahunannya, Rabu (25/11).
Lam mengatakan UU tersebut mencegah krisis politik berkepanjangan. Dan mengembalikan normalitas kepada penyelenggaraan negara merupakan prioritas utama, kata dia.
UU Keamanan Nasional di Hong Kong digodok oleh pemerintah Cina untuk mengakhiri gelombang protes sejak lebih dari setahun silam. Demonstrasi antara lain dipicu oleh RUU Ekstradisi yang memungkinkan warga Hong Kong diadili di Cina.
Namun geliat perlawanan perlahan padam, menyusul penangkapan terhadap tokoh pro-demokrasi. Beberapa simpatisan oposisi juga dikabarkan sudah meninggalkan Hong Kong dan melanjutkan perlawanan dari luar negeri, antara lain Taiwan.
“Advokasi kemerdekaan Hong Kong dan kolusi dengan kekuatan eksternal semakin berkurang, sejumlah tokoh utama kini memilih diam dan organisasi-organisasi radikal sudah berhenti beroperasi atau bubar,” imbuh Lam dalam pidatonya.
“Setelah kerusuhan sosial selama setahun yang dibarengi rasa takut atas keselamatan pribadi, warga Hong Kong kini bisa kembali menikmati hak dasar dan kebebasannya, sesuai Undang-undang.”
Ketertiban politik tanpa oposisi
Lam mengritik pemerintahan negara asing untuk apa yang disebutnya sebagai campurtangan terhadap urusan dalam negeri Hong Kong. Hal ini, menurutnya, membuka celah yang mengancam keamanan nasional Cina.
Iklan
UU Keamanan Nasional mengharamkan kampanye kemerdekaan atau kritik terbuka terhadap Cina. Ia juga menitikberatkan “pendidikan patriotik” di sekolah dan mencabut buku-buku politik yang ditengarai subversif.
Sebab itu UU tersebut dikecam lantaran dianggap melanggar perjanjian penyerahan kembali Hong Kong kepada Cina dari Inggris pada 1997 lalu. Di dalamnya Beijing berjanji menghormati doktrin “satu negara, dua sistem,” di mana Hong Kong berhak menjalankan demokrasi selama 50 tahun.
“Dalam beberapa tahun terakhir, Hong Kong mengalami perubahan politik paling dramatis sejak kembali ke tanah air,” kata Lam. “Salah satu prioritas utama kami adalah memulihkan ketertiban hukum.”
Lam dianggap sebagai pemimpin Hong Kong paling tidak populer sejak penyatuan kembali dengan Cina. Tahun lalu pidatonya di parlemen terhenti akibat sorak sorai fraksi pro-demokrasi. Kali ini, meski semua anggota oposisi sudah mengundurkan diri, Lam tetap memilih berpidato melalui video.
Kosongnya kursi fraksi pro-demokrasi di parlemen Hong Kong diakibatkan pengunduran diri 15 anggota legislatif. Langkah itu diambil sebagai solidaritas atas keputusan pemerintah mendiskualifikasi empat anggota lain tanpa melalui pengadilan.
Sejak pekan ini, salah seorang tokoh kunci oposisi, Joshua Wong, juga menjalani proses hukum atas dakwaan demonstrasi ilegal. Wong mengaku bersalah dan terancam dibui hingga lima tahun.
rzn/vlz (ap, rtr)
Hari-hari Penuh Kekerasan di Hong Kong
Selama setengah tahun, para mahasiswa di Hong Kong berdemonstrasi menuntut kebebasan dan demokrasi. Protes pun semakin radikal. Terakhir, pecah bentrokan di Universitas Politeknik Hong Kong.
Foto: Reuters/T. Siu
Protes di Kampus Politeknik
Inilah kampus Universitas Politeknik. Para demonstran dipukul mundur di sini dan terlibat dalam bentrokan dengan polisi selama lebih dari 24 jam. Di kampus, ratusan orang berbekal senjata alat pembakar dan senjata rakitan sendiri. Untuk menangkal polisi, mereka menyalakan api besar-besar.
Foto: Getty Images/AFP/Ye Aung Thu
Diringkus dan ditangkap
Aktivis melaporkan bahwa polisi mencoba menyerbu gedung universitas. Karena gagal, aparat pun menciduk para demonstran di sekitaran universitas. Mahasiswa yang ingin meninggalkan kampus ditangkap. Polisi mengatakan mereka menembakkan amunisi di dekat universitas pada pagi hari, tetapi tidak ada yang tertembak.
Foto: Reuters/T. Siu
Gagal melarikan diri
Di luar kampus, polisi bersiaga dengan meriam air. Asosiasi mahasiswa melaporkan bahwa sekitar 100 mahasiswa mencoba meninggalkan gedung universitas. Namun mereka terpaksa kembali ke dalam gedung kampus ketika polisi menembakkan gas air mata ke arah mereka.
Foto: Reuters/T. Peter
Lokasi strategis penting
Universitas Politeknik menjadi penting dan strategis bagi para demonstran karena terletak di pintu masuk terowongan yang menghubungkan daerah itu dengan pulau Hong Kong. Dalam beberapa hari terakhir, pengunjuk rasa telah mendirikan barikade di luar terowongan untuk memblokir pasukan polisi. Ini adalah bagian dari taktik baru untuk melumpuhkan kota dan meningkatkan tekanan pada pemerintah.
Foto: Reuters/T. Peter
Apa tuntutannya?
Protes di Wilayah Administratif Khusus ini telah berlangsung selama lebih dari lima bulan. Tuntutan para demonstran antara lain yaitu pemilihan umum yang bebas dan penyelidikan kekerasan yang dilakukan oleh polisi. Perwakilan pemerintahan Beijing di Hong Kong belum menanggapi kedua tuntutan ini.
Foto: Reuters/T. Peter
Peningkatan kekerasan
Protes yang awalnya damai kini berubah menjadi penuh kekerasan. Polisi menindak tegas dan mengancam akan menggunakan amunisi tajam. Aktivis Hong Kong berbicara tentang adanya 4.000 penangkapan sejak protes dimulai. Para demonstran sendiri melawan dengan melempari batu, melemparkan bom Molotov dan menggunakan busur serta anak panah.
Foto: Reuters/T. Siu
Busur dan anak panah untuk melawan
Seorang polisi terluka pada hari Minggu (17/11) akibat tusukan anak panah di kakinya. Aktivis terkenal Hong Kong, Joshua Wong, membenarkan kekerasan yang dilakukan para demonstran. "Dengan protes yang damai, kami tidak akan mencapai tujuan kami. Dengan kekerasan saja juga tidak mungkin, kami membutuhkan keduanya," kata Wong kepada media Jerman, Süddeutsche Zeitung.
Foto: picture-alliance/dpa/Hong Kong Police Dept.
Sembunyikan identitas
Pemerintah Hong Kong telah melarang pemakaian topeng. Banyak demonstran memakai masker gas untuk perlindungan terhadap serangan gas air mata. Yang lain mengikat kain di depan wajah mereka untuk menyembunyikan identitas. Mereka takut penangkapan dan konsekuensinya jika mereka sampai dikenali.
Foto: Reuters/T. Siu
Khawatir militer turun tangan
Eskalasi kekerasan juga makin berlanjut. Kehadiran beberapa tentara Cina pada hari Sabtu (16/11) di Hong Kong menyebabkan kekhawatiran. Para tentara ini diturunkan untuk membantu membersihkan serakan batu. Di antara para demonstran, muncul kekhawatiran besar bahwa Cina bisa saja menggunakan militernya untuk mengakhiri protes di Hong Kong. (ae/pkp)