Pemimpin Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, mengaku tak ambil pusing dengan sanksi yang dijatuhkan AS terhadap dirinya. Namun, Lam akan mengadukan betetapan baru AS atas produk-produk Hong Kong.
Iklan
Selasa (18/08), pemimpin eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengaku tidak terlalu merisaukan sanksi yang dijatuhkan AS kepada dirinya. Namun, Lam mengatakan kawasan otonomi Cina ini akan melapor ke Badan Perdagangan Dunia WTO tentang ketetapan baru AS atas produk-produk buatan Hong Kong.
Awal bulan ini, AS menjatuhkan sanksi terhadap Lam dan 10 pejabat tinggi Hong Kong dan Cina daratan. Mereka tidak dibolehkanmemiliki akses ke bisnis, asset, maupun properti di AS. Perusahaan AS juga dilarang berbisnis dengan mereka.
Sanksi ini dijatuhkan karena Carrie Lam turut mengesahkan dan mengimplementasikan UU Keamanan Nasional baru yang kontroversial. Undang-undang ini membidik tindak subversi, dan menempatkannya serupa tindak terorisme dan pengkhianatan terhadap negara yang bertujuan untuk menekan pandangan politik yang kritis di Hong Kong.
Banyak negara kemudian mengecam penerapan UU itu oleh pemerintah di Beijing. Bahkan negara-negara seperti AS, Kanada, Australi, dan Inggris telah menangguhkan perjanjian ekstradisi ke Hong Kong sebagai respon terhadap undang-undang ini.
“Terlepas dari adanya ketidaknyamanan terkait urusan pribadi saya, itu bukanlah sesuatu yang merisaukan saya,“ ujar Lam dalam konferensi pers mingguan.
“Kami akan melanjutkan apa yang benar untuk negara dan untuk Hong Kong.“
Lebih lanjut, Lam menyampaikan bahwa ia sementara waktu tidak bisa melakukan perjalanan ke AS. Namun, ia menegaskan pihaknya akan terus mempromosikan Hong Kong ke kalangan bisnis AS.
Pemerintah AS sendiri telah membuat persyaratan bahwa arang-barang produksi negara bekas jajahan Inggris ini harus dilabeli sebagai produk buatan Cina, bukan buatan Hong Kong.
Lam menjelaskan bahwa Cina dan Hong Kong adalah anggota WTO yang berbeda, dan akan mengajukan laporan atas persyaratan AS ini kepada WTO atas nama Hong Kong.
Sebelumnya, Lam juga telah mengembalikan beasiswa kehormatan yang diterimanya kepada Perguruan Tinggi Wolfson, di bawah naungan Universitas Cambridge, Inggris, sebagai protes terhadap negara-negara barat karena mengecam UU Kemanan Nasional yang baru.
Hubungan AS dan Cina belakangan memang semakin memburuk . Pemerintah AS kerap menjatuhkan sanksi terhadap Cina maupun Hong Kong, yang balik mengecam AS yang "terang-terangan mencampuri urusan internal” Cina.
Carrie Lam yang berusia 63 tahun kerap menyatakan bahwa UU Keamanan Nasional tidak akan membatasi kebebasan, tetapi akan menargetkan sekelompok kecil "pembuat onar" dan membantu membawa stabilitas setelah setahun gelombang protes anti-pemerintah di Hong Kong.
Saat ditanya perihal penangkapan taipan media pro-demokrasi, Jimmy Lai dan pengerebekan yang dilakukan 200 petugas kepolisian ke kantor harian Apple Daily milik Lai, Carrie Lam enggan berkomentar. Tetapi ia memperingatkan “standar ganda” yang diperlihatkan negara-negara lain.
Lam juga mengatakan bahwa keputusan pemerintahnya untuk menunda pemilu legislatif Hong Kong selama satu tahun menuai lebih banyak kritik, dibandingkan dengan negara-negara lain yang juga menunda pemilunya.
Hari-hari Penuh Kekerasan di Hong Kong
Selama setengah tahun, para mahasiswa di Hong Kong berdemonstrasi menuntut kebebasan dan demokrasi. Protes pun semakin radikal. Terakhir, pecah bentrokan di Universitas Politeknik Hong Kong.
Foto: Reuters/T. Siu
Protes di Kampus Politeknik
Inilah kampus Universitas Politeknik. Para demonstran dipukul mundur di sini dan terlibat dalam bentrokan dengan polisi selama lebih dari 24 jam. Di kampus, ratusan orang berbekal senjata alat pembakar dan senjata rakitan sendiri. Untuk menangkal polisi, mereka menyalakan api besar-besar.
Foto: Getty Images/AFP/Ye Aung Thu
Diringkus dan ditangkap
Aktivis melaporkan bahwa polisi mencoba menyerbu gedung universitas. Karena gagal, aparat pun menciduk para demonstran di sekitaran universitas. Mahasiswa yang ingin meninggalkan kampus ditangkap. Polisi mengatakan mereka menembakkan amunisi di dekat universitas pada pagi hari, tetapi tidak ada yang tertembak.
Foto: Reuters/T. Siu
Gagal melarikan diri
Di luar kampus, polisi bersiaga dengan meriam air. Asosiasi mahasiswa melaporkan bahwa sekitar 100 mahasiswa mencoba meninggalkan gedung universitas. Namun mereka terpaksa kembali ke dalam gedung kampus ketika polisi menembakkan gas air mata ke arah mereka.
Foto: Reuters/T. Peter
Lokasi strategis penting
Universitas Politeknik menjadi penting dan strategis bagi para demonstran karena terletak di pintu masuk terowongan yang menghubungkan daerah itu dengan pulau Hong Kong. Dalam beberapa hari terakhir, pengunjuk rasa telah mendirikan barikade di luar terowongan untuk memblokir pasukan polisi. Ini adalah bagian dari taktik baru untuk melumpuhkan kota dan meningkatkan tekanan pada pemerintah.
Foto: Reuters/T. Peter
Apa tuntutannya?
Protes di Wilayah Administratif Khusus ini telah berlangsung selama lebih dari lima bulan. Tuntutan para demonstran antara lain yaitu pemilihan umum yang bebas dan penyelidikan kekerasan yang dilakukan oleh polisi. Perwakilan pemerintahan Beijing di Hong Kong belum menanggapi kedua tuntutan ini.
Foto: Reuters/T. Peter
Peningkatan kekerasan
Protes yang awalnya damai kini berubah menjadi penuh kekerasan. Polisi menindak tegas dan mengancam akan menggunakan amunisi tajam. Aktivis Hong Kong berbicara tentang adanya 4.000 penangkapan sejak protes dimulai. Para demonstran sendiri melawan dengan melempari batu, melemparkan bom Molotov dan menggunakan busur serta anak panah.
Foto: Reuters/T. Siu
Busur dan anak panah untuk melawan
Seorang polisi terluka pada hari Minggu (17/11) akibat tusukan anak panah di kakinya. Aktivis terkenal Hong Kong, Joshua Wong, membenarkan kekerasan yang dilakukan para demonstran. "Dengan protes yang damai, kami tidak akan mencapai tujuan kami. Dengan kekerasan saja juga tidak mungkin, kami membutuhkan keduanya," kata Wong kepada media Jerman, Süddeutsche Zeitung.
Foto: picture-alliance/dpa/Hong Kong Police Dept.
Sembunyikan identitas
Pemerintah Hong Kong telah melarang pemakaian topeng. Banyak demonstran memakai masker gas untuk perlindungan terhadap serangan gas air mata. Yang lain mengikat kain di depan wajah mereka untuk menyembunyikan identitas. Mereka takut penangkapan dan konsekuensinya jika mereka sampai dikenali.
Foto: Reuters/T. Siu
Khawatir militer turun tangan
Eskalasi kekerasan juga makin berlanjut. Kehadiran beberapa tentara Cina pada hari Sabtu (16/11) di Hong Kong menyebabkan kekhawatiran. Para tentara ini diturunkan untuk membantu membersihkan serakan batu. Di antara para demonstran, muncul kekhawatiran besar bahwa Cina bisa saja menggunakan militernya untuk mengakhiri protes di Hong Kong. (ae/pkp)