Malaysia mengatakan jenazah Kim Jong Nam dibalsam untuk menegah pembusukan. Satu bulan setelah dibunuh, tidak ada pihak yang mengklaim jenazah kakak tiri pimpinan Korut itu.
Iklan
Wakil Wakil Perdana Menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi mengatakan hari Selasa (14/3), jenazah Kim Jong Nam terpaksa dibalsam untuk menghentikan proses pembusukan karena telah terbaring selama satu bulan di kamar mayat.
Dia juga mengumumkan bahwa 50 pekerja Korea Utara akan dideportasi karena ijin tinggal mereka sudah habis.
Malaysia dan Korea Utara terlibat perselisihan diplomatik setelah Kim Jong Nam 13 Februari lalu dibunuh di bandara internasional Malaysia dengan racun saraf VX, yang tidak bisa didapat di pasar gelap.
Penyelidikan polisi Malaysia mengarah pada keterlibatan pejabat-pejabat Korea Utara. Korea Selatan menuduh dinas rahasia Korea Utara berada dibalik pembunuhan itu, kemungkinan besar atas perintah pimpinannya, Kim Jong Un.
Korea Utara tidak pernah mengkonfirmasi identitas Kim Jong Nam, namun beberapa kali menuntut agar jenazahnya dikembalikan kepada Korea Utara. Kepolisian Malaysia menolak dengan alasan Korea Utara tidak menyerahkan sampel DNA dari pihak keluarga, yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi jenazah itu.
Beberapa hari lalu, Malaysia menyatakan telah melakukan identifikasi dan membenarkan, yang dibunuh adalah Kim Jong Nam. Namun tidak mengungkapkan bagaimana proses identifikasi dilakukan.
Jenazah Kim Jong Nam saat ini masih disimpan di kamar mayat di Kuala Lumpur dan telah dibalsam.
"Ini upaya untuk melestarikan jasadnya, karena jika disimpan di kamar mayat bisa membusuk," kata Aamad Zahid Hamidi kepada wartawan.
Seorang pejabat senior yang mengetahui seluk -beluk penyelidikan mengatakan kepada kantor berita AFP, jenazah Kim Jong Nam memang harus disimpan pada suhu rendah, tapi tidak bioleh sampai menjadi es.
"Jika kita menyimpan mayat di bawah 0 derajat Celcius, mayat itu akan menjadi es," kata pejabat yang tidak ingin disebut namanya.
"Di kamar mayat, mayat disimpan pada suhu 2 derajat sampai 8 derajat Celcius. Tapi setelah satu bulan, akan ada proses pembusukan yang lambat," tambahnya.
"Jika ingin menjaga mayat tahan lebih lama, kita harus melakukan pembalsaman," katanya.
Harian Singapura New Straits Times memberitakan, mayat Kim Jong Nam beberapa kali dicairkan untuk mengambil sampel, dan sudah mulai menunjukkan proses pembusukan.
Dua perempuan - Siti Aisyah (Indonesia) dan Doan Thi Huong (Vietnam) ditangkap dan didakwa melakukan pembunuhan terhadap Kim Jiong Nam dengan cara mencegat dan mengolesi wajahnya dengan racun saraf VX. Aksi keduanya terekam oleh CCTV bandara.
Tirai Tersibak: Keseharian di Korea Utara
Sekelompok wartawan menjelajah Korea Utara selama sepekan, sambil ditemani pejabat yang menyensor foto atau memastikan tidak ada wawancara. Hasil temuan mereka menampilkan gambaran unik negeri yang tertutup itu.
Wartawan dan kantor berita AP menjelajah sekitar 2.150 kilometer di negara yang cuma mempunyai 25.000 kilometer ruas jalan. Selama perjalanan itu mereka mendapati negeri yang selama ini terisolasi. Dalam gambar tampak seorang perempuan berjalan di sebuah ruas di luar kota Pyongyang.
Seorang pria Korea Utara memanggang kentang dan ayam di atas api unggun di tepi kota Samjiyon di provinsi Ryanggang. Dibandingkan wilayah lain di muka bumi, Korea Utara nyaris tak tersentuh. Sebab itu pula merupakan sebuah kejutan ketika pemerintah Pyongyang mengundang wartawan AS untuk menjelajahi negerinya.
Sebongkah batu berdiri di tepi jalur menuju puncak gunung Paektu dí provinsi Ryanggang. Gunung ini diagungkan oleh penduduk setempat bukan cuma karena keindahan alamnya, melainkan lantaran dianggap sebagai tempat lahirnya revolusi merah di Korea Utara. Gunung Paektu juga sering disebut dalam cerita rakyat sebagai asal muasal nenek moyang penduduk Korea.
Petani berjalan di tengah guyuran hujan di dekat kota Hyesan, di provinsi Ryanggang. Korea Utara bertekad menghidupkan kembali sektor pariwisata yang lama terabaikan. Sebab itu Pyongyang mengundang wartawan asing. "Kami tidak boleh memotret razia jalan raya, instansi militer atau penjara," kata seorang wartawan yang diundang.
Para bocah di Korea Utara terkadang harus ikut membantu pembangunan jalan seperti yang tampak di provinsi Hamgyong ini. Jalan terbaik di Korea Utara adalah ruas sepanjang 200 kilometer yang menghubungkan ibukota Pyongyang dengan kota pelabuhan di timur, Wonsan.
Penduduk lokal berjalan di sepanjang sungai di kota Kimchaek, provinsi Hamgyong. Kota yang dulunya menjadi pusat pertambangan bijih besi itu kini membisu. Nama Kimchaek diambil dari seorang pahlawan perang Korea Utara yang tewas pada perang saudara.
Sisa-sisa makan siang di sebuah restoran di Wonsan. Santapan siang sebagian besar penduduk Korea Utara diyakini lebih sedikit ketimbang yang disajikan buat pelancong asing. Menurut WHO, ratusan ribu penduduk Korut menderita kelaparan. "Di antara ribuan manusia yang kami temui selama perjalanan, cuma dua yang badannya gempal," kata wartawan yang diundang.
Para wartawan dipaksa mengikuti aturan yang antara lain melarang wawancara dengan penduduk lokal. "Mungkin sebagian besar tidak pernah melihat orang asing," kata wartawan AP, Eric Talmadge. "Kehadiran kami diabaikan. Kami tidak bertukar pandang, apalagi bertukar kata." Tampak dua bocah bermain bola sembari menikmati guyuran hujan di kota Hyesan, provinsi Ryanggang.
Pria Korut menyantap makanan piknik dengan ditemani bir Taedonggang buatan lokal di sebuah kota di provinsi Hwanghae. Tahun ini PBB memperkirakan, Korut akan mampu memproduksi makanan yang cukup untuk penduduknya. Namun kelaparan tetap menjadi masalah besar. Sepertiga bocah Korea Utara mengalami pertumbuhan lambat lantaran kekurangan nutrisi.
Seorang petani memanen kol di pinggiran kota Pyongyang. Masalah terbesar Korea Utara di sektor pertanian adalah sebagian lahan negara yang tidak layak untuk berocok tanam. Kendati produksi pangan jauh meningkat dibandingkan awal 1990-an, ancaman bencana kelaparan mengintai setiap kali panen mengalami kegagalan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Wong Maye-E
Sepi Kendaraan Bermotor
Seorang pria sedang menginspeksi mesin mobilnya di tepi danau Wonsan. Cuma segelintir penduduk yang mampu membeli kendaraan bermotor. Dari sekitar 25.000 km ruas jalan, cuma 750 kilometer yang beraspal.
Sekelompok remaja Korea Utara menikmati santapan piknik di tepi danau Wonsan. "Bahkan di tengah jalan yang paling sepi sekalipun, kami didatangi oleh perwira yang bertugas mengawasi gerak-gerik kami," kata wartawan yang datang meliput.
Penduduk setempat menunggu kereta di samping rel yang melewati sebuah kota kecil di provinsi Hamgyong. Adapun sebagian lain yang tidak mampu membeli tiket kereta, harus rela berjalan kaki ke kota terdekat buat membeli kebutuhan hidup.