India Tangkap Ratusan Aktivis dan Intelektual Kashmir
8 Agustus 2019
Media lokal di Kashmir melaporkan, lebih dari 500 orang ditahan aparat keamanan India untuk membungkam aksi protes. Pemerintah India beberapa hari lalu mencabut status otonomi kawasan Kashmir.
Iklan
Profesor, pengusaha, aktivis dan mahasiswa termasuk di antara 560 orang yang digiring ke pusat-pusat penahanan darurat di kota-kota Srinagar, Baramulla dan Gurez, kata media lokal Press Trust of India dan Indian Express hari Kamis (08/08).
Perdana Menteri India Narendra Modi hari ini berpidato memberikan penjelasan mengenai keputusan pemerintahannya mencabut status khusus Kashmir yang sudah berlaku selama tujuh dekade. Keputusan itu sempat menyulut aksi protes di berbagai tempat di Kashmir.
Parlemen India mengesahkan undang-undang yang membagi wilayah yang disengketakan menjadi dua wilayah yang akan diperintah langsung oleh New Delhi.
Puluhan ribu pasukan India dikerahkan ke wilayah Kashmir-India. Sebagian wilayah Kashmir dikuasai oleh Pakistan. Aparat keamanan memberlakukan jam malam yang ketat dan hanya mengizinkan gerakan terbatas di jalan-jalan yang biasanya ramai dengan turis.
Ketegangan India-Pakistan meruncing
Banyak kalangan memperingatkan bahwa langkah sepihak pemerintah India bisa memicu konflik terbuka dengan musuh bebuyutannya, Pakistan. India dan Pakistan kedua-duanya merupakan negara yang memiliki bom atom. Kedua negara sudah pernah terlibat perang beberapa kali karena memperebutkan kawasan Kashmir
Badan keamanan penerbangan India Rabu malam (07/08) memperingatkan agar bandara di seluruh negeri untuk meningkatkan keamanan karena "keamanan sipil telah menjadi sasaran empuk serangan teroris".
Pakistan mengatakan telah menurunkan hubungan diplomatik dengan India. Islamabad juga telah berjanji untuk membawa masalah ini ke Dewan Keamanan PBB. Pakistan juga memiliki klaim atas wilayah Kashmir. Sampai kini, wilayah itu terpecah dua antara wilayah di bawah administrasi India dan wilayah di bawah kekuasaan Pakistan.
India: Kashmir "masalah internal"
Pemeritah India di bawah Perdana Menteri Narendra Modi bersikeras menyatakan bahwa berakhirnya otonomi bagi kawasan Kashmir adalah "masalah internal" India.
"Perkembangan terakhir yang berkaitan dengan Pasal 370 sepenuhnya merupakan urusan internal India," kata Kementerian Luar Negeri di New Delhi dalam sebuah pernyataan.
"Berusaha untuk ikut campur dalam yurisdiksi itu..tidak akan pernah berhasil," demikian disebutkan.
India juga mendesak Pakistan untuk meninjau kembali keputusannya menurunkan hubungan diplomatik kedua negara, "agar jalur komunikasi diplomatik tetap terjaga".
hp/ts (rtr, afp, ap)
India-Pakistan: Dulu Saudara Kini Seteru
Pada tanggal 15 Agustus 1947, Kemaharajaan Britania India terbagi jadi dua negara - India yang mayoritas Hindu dan Pakistan yang mayoritas Muslim. Kedua negara ini terus bermusuhan.
Foto: AP
Kelahiran dua bangsa
1947, Kemaharajaan Britania India terbagi dua - India dan Pakistan. Pendiri Pakistan Mohammad Ali Jinnah dan partainya All-India Muslim League pada awalnya menuntut otonomi untuk wilayah mayoritas Muslim di India dan kemudian negara terpisah untuk Muslim. Jinnah percaya bahwa umat Hindu dan Muslim tidak dapat terus hidup bersama, karena mereka "bangsa-bangsa" yang berbeda.
Foto: picture alliance/dpa/United Archives/WHA
Garis darah
Setelah kelahiran India dan Pakistan, kerusuhan komunal dimulai di banyak daerah barat, kebanyakan di Punjab. Sejarawan mengatakan bahwa lebih dari satu juta orang tewas dalam bentrokan dan jutaan lainnya bermigrasi dari India ke Pakistan dan dari Pakistan ke India.
Foto: picture alliance/dpa/AP Images
Perang tahun 1948
Segera setelah kemerdekaan, India dan Pakistan bentrok di Kashmir. Wilayah Kashmir yang mayoritas Muslim diperintah pemimpin Hindu, namun Jinnah menginginkannya menjadi wilayah Pakistan. Pasukan India dan Pakistan bertempur di Kashmir tahun 1948, dengan India menguasai sebagian besar lembah, sementara Pakistan menduduki wilayah yang lebih kecil.
Foto: picture alliance/dpa/AP Photo/M. Desfor
Seperti AS dan Kanada?
Sejarawan liberal mengatakan bahwa Jinnah dan Mahatma Gandhi menginginkan hubungan baik antara negara-negara baru merdeka. Jinnah, misalnya, percaya bahwa hubungan antara India dan Pakistan harus serupa dengan yang terjadi antara AS dan Kanada. Tapi setelah kematiannya pada tahun 1948, penerusnya mengikuti jalur yang bersebrangan dengan New Delhi.
Foto: AP
Menggambarkan satu sama lain sebagai 'musuh'
Sementara India menekankan gerakan kebebasan Kongres Nasional India melawan penguasa Inggris - dengan Gandhi sebagai arsitek utamanya - buku teks Pakistan berfokus pada "perjuangan" melawan penindasan Inggris dan Hindu." Propaganda negara di kedua negara saling melukiskan pihak satu sama lain sebagai "musuh" yang tidak bisa dipercaya.
Foto: picture alliance/dpa/AP Photo/M. Desfor
Memburuknya ikatan
Hubungan diplomatik antara India dan Pakistan tetap sengit selama tujuh dekade terakhir. Isu terorisme Islam merusak hubungan dalam beberapa tahun terakhir, dengan New Delhi menuduh Islamabad mendukung jihadis berperang di Kashmir yang dikendalikan India. India juga menyalahkan kelompok-kelompok di Pakistan karena telah meluncurkan serangan teror ke India. Islamabad membantah klaim tersebut.
Foto: Picture alliance/AP Photo/D. Yasin
Harapan terciptanya perdamaian
Banyak pemuda di India dan Pakistan mendesak pemerintah untuk memperbaiki hubungan bilateral. Pembuat film dokumenter Islamabad Wajahat Malik berpendapat bahwa cara terbaik bagi India dan Pakistan untuk mengembangkan hubungan yang lebih dekat adalah melalui interaksi yang lebih banyak antara masyarakat mereka. (Ed: Shamil Shams/ap/hp)