Cek Fakta: Pemerintah Punya Situs Game Judi Online Resmi?
18 September 2025
Sebuah video viral di platfrom Meta, yang telah ditonton lebih dari 4,7 juta kali mengklaim bahwa pemerintah Indonesia akan mengembalikan hasil sitaan senilai Rp530 miliar dari kasus judi online kepada masyarakat. Klaim ini diperkuat dengan potongan video dari akun TikTok Liputan6 SCTV dan sebuah video dari akun TikTok Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Potongan berita dari Liputan6 diberi narasi palsu bahwa pemerintah resmi meluncurkan situs game judi online resmi milik negara untuk menyalurkan pengembalian dana sitaan. Sementara video Dedi Mulyadi diduga telah dimodifikasi dengan teknologi AI agar terlihat seperti membenarkan klaim tersebut sekaligus mempromosikan sebuah situs game judi online.
Cek fakta DW meneliti klaim dan kebenaran dari pernyataan yang ada di video viral tersebut.
Klaim: "Bergepok-gepok uang tunai senilai 530 miliar rupiah hasil sitaan dari bisnis judi online ilegal diturunkan dari dalam truk. Pemerintah memutuskan seluruh hasil sitaan akan dikembalikan kepada rakyat melalui sebuah situs yang merupakan situs game online resmi milik negara.”
Dugaan pernyataan Dedi Mulyadi di video viral:
"Tadi sudah jelas ya videonya, pemerintah akan mengembalikan dana hasil sitaan dari situs judi online bodong kepada rakyat melalui situs game online resmi milik negara. Saya pribadi turut menegaskan kepada masyarakat untuk hanya bermain di situs ini karena satu-satunya situs game online yang resmi milik negara, yang pastinya sudah aman dan setiap kemenangan pasti dibayar tuntas.”
Cek fakta DW: Palsu dan hasil manipulasi AI
Hingga artikel ini dibuat, tim cek fakta DW tidak menemukan adanya informasi mengenai situs game online resmi milik negara. Pada tahun 2023, pernah muncul klaim serupa yang menyatakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melegalkan dan menjamin sebuah situs game judi online, tapi klaim tersebut dibantah langsung oleh OJK melalui sebuah siaran pers.
Kepolisian Republik Indonesia melalui salah satu situs beritanyasecara spesifik telah menepis informasi mengenai pemerintah yang akan mengembalikan dana sitaan dari kasus judi online senilai 530 miliar rupiah kepada warga, dan menyatakan informasi tersebut adalah hoaks.
Begitu juga Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Komdigi), yang telah menegaskan bahwa tidak ada situs judi online resmi pemerintah. Narasi yang menyebutkan bahwa hasil sitaan kasus judi online akan dibagikan ke masyarakat melalui game online adalah hoaks dan sebuah berita bohong.
Komdigi RI melalui wesibte resminyajuga telah beberapa kali memberikan klarifikasi atas pola serupa, di mana video berita atau pernyataan tokoh publik dipotong, dijahit, dan dimanipulasi untuk kepentingan promosi judi online. Modus ini memanfaatkan kredibilitas media arus utama atau tokoh publik agar seolah-olah memberikan legitimasi.
Narasi dan konteks berbeda dari video asli
Untuk menelusuri kebenaran konten viral tersebut, tim cek fakta DW menggunakan Google Image Reverse dan menemukan bahwa video yang digunakan berasal dari dua sumber berbeda. Kedua video dari sumber asli yang kami temukan, memiliki narasi dan konteks yang jauh berbeda.
Video pertama adalah konten berita dari akun TikTok Liputan 6 SCTV, menampilkan polisi memindahkan uang tunai 530 miliar rupiah hasil tindak pidana pencucian uang judi online. Narasi aslinya menyebut uang itu adalah hasil sitaan dari kasus judi online dan akan dijadikan barang bukti, bukan untuk dikembalikan kepada masyarakat.
Video kedua berasal dari akun TikTok pribadi Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang sebenarnya berisi ucapan belasungkawa atas meninggalnya seorang pekerja migran di Malaysia. Dengan demikian, tidak ada informasi valid mengenai pemerintah akan mengembalikan uang sitaan atau membuka situs game online resmi seperti klaim dalam video viral di Meta tersebut.
Manipulasi AI
Selain itu, menggunakan platform pemeriksa konten manipulasi AI, Deepfake Total, tim cek fakta DW menemukan bahwa konten viral di Meta tersebut dinyatakan 99,9% merupakan hasil manipulasi AI.
Jika diperhatikan dengan saksama, suara dalam konten yang diambil dari video SCTV memiliki intonasi yang cenderung datar dan berbeda dari video aslinya. Sementara dalam video yang diambil dari akun pribadi Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, selain intonasi datar serupa, dapat dilihat juga gerakan bibir Dedi Mulyadi yang tampak kaku, tidak konsisten, dan memiliki jenis suara berbeda dengan di video asli meskipun ada sedikit kemiripan.
Maraknya video deepfake dan godaan cepat kaya
Video deepfake berbasis AI kini marak dipakai untuk promosi judi online di Indonesia. Modus ini jauh lebih murah dibanding menggunakan artis atau influencer sehingga pelaku bisa memproduksi banyak video palsu untuk menjaring pemain.
Menurut analis keamanan siber Lab45, Christian Guntur Lebang, sasaran utamanya adalah masyarakat dengan literasi digital rendah, yang mudah tergoda janji cepat kaya.
"Pemain judi online umumnya punya literasi digital rendah sehingga mudah sekali tertipu video deepfake seperti ini,” kata Christian.
Setelah jalur promosi lewat artis menuai kritik dan diperiksa aparat, para pelaku beralih ke teknologi AI untuk mengganti suara maupun visual tokoh publik.
"Biasanya cyberkriminal itu mereka memiliki modus operandi bukan yang terlalu canggih, (yang penting) bisa menyebar ke banyak pengguna. Dapat satu atau dua (orang) saja yang tertipu, sudah untung buat mereka,” lanjut Christian.
Christian juga mengingatkan publik agar tidak mudah percaya dengan tawaran instan dan selalu memverifikasi informasi lewat kanal resmi pemerintah.
"Kalau ada iming-iming uang instan atau mengatasnamakan pemerintah, selalu periksa ke kanal resmi supaya tidak terjebak hoaks,” tambahnya.
Sebagai pengguna internet, masyarakat diimbau untuk selalu kritis dalam mencerna informasi, terutama jika informasi tersebut berasal dari situs atau akun yang diragukan kredibilitasnya. Mari selalu kritis dalam mencerna informasi di media sosial!
Editor: Hani Anggraini