1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cek Fakta: Seberapa Buruk Konsumsi Daging bagi Iklim?

Wulf Wilde
3 November 2022

Semakin banyak orang menjadi vegetarian atau vegan dalam upaya membantu memerangi perubahan iklim. Namun, apakah menghindari konsumsi daging benar-benar lebih baik untuk iklim Bumi?

Foto ilustrasi konsumsi daging
Foto ilustrasi konsumsi dagingFoto: Simon Belcher/imageBROKER/picture alliance

Konsumsi daging global telah meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir, dengan konsumsi per kapita naik hampir dua kali lipat sejak awal 1960-an, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa, FAO.

Sementara setiap orang rata-rata mengonsumsi 23,1 kilogram daging setiap tahun pada tahun 1960-an, angka itu menjadi 43,2 kilogram pada 2019. Studi menunjukkan bahwa negara-negara kaya cenderung mengonsumsi lebih banyak daging. Proyeksi menunjukkan bahwa konsumsi daging per kapita global akan naik menjadi 69,5 kilogram pada 2022 — tetapi di negara berkembang hanya 27,6 kilogram.

Menurut data FAO, 14,5% dari semua emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia disebabkan oleh peternakan. Industri ini tidak hanya mengeluarkan karbon dioksida (CO2), tetapi juga gas metana (CH4) dan dinitrogen oksida (N2O) — dua gas yang dianggap memainkan peran yang mirip dengan CO2 dalam mendorong pemanasan global. Meskipun metana dan dinitrogen oksida tidak tinggal di atmosfer selama CO2, potensi pemanasan iklim masing-masingnya sekitar 25 kali dan 300 kali lebih tinggi daripada karbon dioksida. Untuk membandingkan dampak dari berbagai gas rumah kaca, biasanya dihitung ekuivalen karbon dioksida (CO2eq).

Sebagian besar emisi dalam peternakan dihasilkan dari produksi pakan ternak (58%) dan dilepaskan selama proses pencernaan hewan (31%); sapi, domba, dan kambing menghasilkan metana dalam jumlah besar. Pemrosesan dan transportasi sektor peternakan menyumbang bagian yang cukup besar dari emisi gas rumah kaca (7%), serta penyimpanan pupuk kandang (4%). Sekitar 87% emisi metana dan nitrogen oksida dalam peternakan disebabkan oleh peternakan sapi karena jumlah hewan yang sangat banyak.

Angka-angka ini berkaitan dengan peternakan secara keseluruhan, yang berarti bahwa angka-angka ini juga mencakup bidang-bidang seperti peternakan sapi perah, produksi keju, gelatin, dan produksi wol. Sebagian besar emisi metana, misalnya, terkait dengan sapi perah.

Dapat disimpulkan bahwa sekitar 15% emisi rumah kaca global dihasilkan dari peternakan — hampir setara dengan yang dihasilkan oleh sektor transportasi.

Grafik konsumsi daging global kg/orang dalam setahun (2021)

Apakah menghindari daging memperlambat pemanasan global?

Meneliti emisi gas rumah kaca yang terkait dengan peternakan tidak memberi tahu kita segalanya tentang dampak konsumsi daging terhadap iklim. Dengan demikian, perlu membandingkan emisi gas rumah kaca dari makanan nabati dan hewani lebih mendalam. Sebuah studi tahun 2021 yang diterbitkan di Nature Food melakukan hal ini.

Ditemukan bahwa makanan nabati menyumbang hanya 29% dari gas rumah kaca yang dipancarkan oleh industri makanan global. Sebaliknya, 57% emisi gas rumah kaca di industri terkait dengan pembiakan dan pemeliharaan sapi dan ternak lainnya, serta produksi pakan. Seperempat emisi gas rumah kaca global dalam industri makanan disebut berasal dari produksi daging sapi saja, diikuti oleh penanaman padi, yang menghasilkan lebih banyak gas rumah kaca daripada produksi daging babi, unggas, domba, kambing, dan produksi susu.

Studi ini menganalisis total emisi gas rumah kaca global untuk setiap produk makanan. Gambaran yang lebih bernuansa muncul ketika seseorang mempelajari dampak lingkungan dalam memproduksi hanya 1 kilogram makanan yang berbeda. Saat ini, rata-rata 9 kilogram daging sapi dikonsumsi setiap hari, menghasilkan 0,8 ton setara karbon dioksida. Jika orang Eropa dan Amerika Utara tidak makan daging sapi, mereka masing-masing akan mereduksi 1,2 ton dan 3,3 ton setara karbon dioksida.

Komposisi penggunaan hasil pertanian global (2021)

Emisi CO2 sektor transportasi jauh lebih besar lagi

Memilih untuk tidak mengonsumsi daging bisa memiliki manfaat tambahan. Industri-industri ini, bagaimanapun, membutuhkan 116 kali lipat lahan yang dibutuhkan untuk menanam padi.

Menurut studi Program Lingkungan PBB (UNEP) baru-baru ini, peternakan hewan menyumbang 78% dari lahan pertanian di seluruh dunia. Namun, memperluas pertanian dan padang rumput juga mengarah pada perusakan habitat. Penggunaan pestisida pun semakin memperburuk hilangnya keanekaragaman hayati.

Industri daging bertanggung jawab atas sebagian besar emisi gas rumah kaca global. Ini berkontribusi tidak hanya pada pemanasan global, melainkan juga menyebabkan pencemaran lingkungan secara langsung. Orang yang makan banyak daging dapat membantu memerangi krisis iklim dengan mengurangi atau menghentikan konsumsi daging sama sekali. Bahkan mengganti daging sapi dengan daging lain bisa sangat mengurangi emisi gas rumah kaca.

Eropa dan Amerika Utara dapat mengurangi seperempat dari rata-rata emisi gas rumah kaca tahunan mereka, jika mereka beralih ke makanan nabati. Namun, bidang kehidupan lain merupakan sumber gas rumah kaca yang lebih besar —misalnya sektor transportasi dan penerbangan. Mengemudi 10.000 kilometer per tahun menyebabkan lebih dari 2 ton setara CO2, seperti halnya penerbangan pulang-pergi dari Eropa ke New York. Angka itu berlipat ganda, ketika Anda terbang dari Eropa ke Asia atau Amerika Selatan.

(hp/ha)