Cerita Orang Jerman Pertama Kali Ikut Berpuasa di Indonesia
Sarina Tausend
1 Mei 2021
Saya juga ikut berpuasa dengan keluarga angkat saya. Awalnya saya sendiri kurang percaya kuat atau tidak, tapi dari hari pertama sampai beberapa hari ternyata saya kuat-kuat saja. Oleh Sarina Tausend.
Iklan
Maafkan saya kalau bahasa indonesia saya kurang formal atau salah-salah. Saya sebenarnya hanya bisa bahasa Indonesia sehari-hari.
Perkenalkan diri dulu ya. Nama saya Sarina, umur saya 24 tahun dan saya orang Jerman. Tahun 2013 sampai 2014 saya ikut program pertukaran pelajar dengan organisasi AFS, nama Indonesianya adalah Bina Antarbudaya.
Ini ceritanya, pertama kali saya berpuasa di Indonesia sebagai orang Jerman.
Saya tinggal di Medan dengan keluarga angkat yang beragama muslim. Saya tiba di Medan waktu itu bulan Augustus, puasa dan Idul Fitri sudah lewat. Tapi saya dapat kesempatan untuk menjalani puasa selama beberapa hari di Medan pada tahun berikutnya, bulan Juli 2014.
Dan suasanya unbelievable beautiful! Di jalan besar dekat Masjid Raya Medan dibikin RamadanFair, di mana ada orang yang jual makanan, minuman, kue, es dan gorengan. Ada juga yang jualan perhiasan lebaran atau alat sholat. Dibangun juga panggung di mana setiap malam ada musik live.
Saya juga ikut puasa dengan keluarga angkat saya. Dan walaupun awal-awalnya saya sendiri kurang percaya saya kuat atau tidak, dari hari pertama sampai beberapa hari saya ternyata kuat-kuat saja. Itu karena suasananya.
Hampir semua orang ikut berpuasa. Kita siap-siap untuk buka bareng, saya masak dengan Mami Medan, juga ngabuburit bersama dia dan kakak angkat. Jadi rasanya so special.
Nuansa Berbuka Puasa di Berlin
Jauh dari tanah air tak menyurutkan semangat warga muslim Indonesia di Jerman menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Mari menelusuri hangatnya suasana buka puasa bersama di kota Berlin.
Foto: DW/Sorta Caroline
Ramai mengunjungi Lehrter Strasse nomor 17
Acara buka bersama dilakukan setiap hari Jumat selama bulan Ramadan, pukul 20.00, bertempat di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Berlin. Acara ini terbuka untuk publik. Pengunjungnya pun beragam dari mahasiswa, pekerja hingga keluarga. Pengunjung berkisar antara 170 orang. Pukul 21.06 ruangan kian padat menanti adzan Maghrib dikumandangkan.
Foto: DW/Sorta Caroline
Penganan khas nusantara
Pertama, takjil berupa es buah diedarkan, tahu goreng pun tak lupa disajikan. Setelah salat Maghrib, makanan utama dihidangkan. Soto ayam lengkap dengan tempe, nasi, kerupuk, tak lupa sambal pedas menjadi menu utama. Para muda-mudi sigap datang jauh lebih awal untuk menyiapkan tempat hingga makanan.
Foto: DW/Sorta Caroline
Pesan menjaga kebhinekaan
Ustad Zaenal Muttaqin, LC didatangkan dari Indonesia membawa pesan-pesan penyegar jiwa bagi kaum muslim di Berlin. Ustad Zaenal berpesan,”bersemangatlah menjaga persatuan dan kebinekaan NKRI, saling mengokohkan persaudaraan dan saling memberilah satu sama lain. Lewat pemberian terbaik, Indonesia pun menjadi negara yang baik, warga pun bahagia.”
Foto: DW/Sorta Caroline
Ajang silaturahmi
Duta Besar Indonesia untuk Jerman, Havas Oegroseno turut serta dalam acara tersebut. “Buka puasa bersama tujuannya untuk silahturahmi antar masyarakat Indonesia, kita kan jauh dari tanah air, yang hilang itu suasana Ramadan. Tidak ada disini, sedangkan di Indonesia terasa sekali. Ini kita coba kompensasi dengan kumpul kemudian beribadah bersama dan buka puasa bersama," kata Havas.
Foto: DW/Sorta Caroline
Baru dan lama
Buka bersama menjadi ajang pertemuan. Dimana banyak juga mahasiswa yang telah menyelesaikan studi bertemu dengan ‘pendatang baru’ yang segera memulai studinya di Jerman. Disini mereka bisa bertukar info, baik pengalaman di Jerman maupun pengalaman terkini dari Indonesia. Hal ini dapat membuka wawasan dan mempererat persaudaraan di antara para pelajar.
Foto: DW/Sorta Caroline
Pertama kali berpuasa di Jerman
Nala Izati (tengah), pemudi 27 tahun asal Pekalongan, menjalani program FSJ (Freiwilliges Soziales Jahr) dari Pemerintah Federal Jerman. Ia bekerja sosial sebagai asisten guru taman kanak-kanak. Enam bulan sudah ia tinggal di Jerman. “Mengatur waktu yang sedikit sulit, karena waktu malam (gelap) yang lebih sebentar dan aku harus bekerja pagi dan jarak menuju tempat kerja cukup jauh,” ujar Nala.
Foto: DW/Sorta Caroline
Datang ‘bertamu’ dari Thailand
Habeebie Kareeouma (23) asal kota Yala, sedang Pawita Yasanop (20) asal kota Nakhonsitammarat. Mereka bekerja sosial menjadi guru TK di Berlin. Keduanya setia datang ke acara tersebut. “Rasanya seperti rumah, teringat kampung halaman yang begitu erat dan akrab, kerinduan pun terobati,” ujar Habeebie. “Ada juga Makanan enak khas Indonesia,”tambah Pawita. (ed: yp)
Foto: DW/Sorta Caroline
7 foto1 | 7
Sayangnya, saya harus pulang ke Jerman karena program pertukaran sudah selesai ditengah bulan puasa, dan saya tidak bisa menikmati suasananya sampai Idul Fitri. Dan suasana itu hilang pas sudah sampai Jerman lagi. Tidak ada dekorasinya, tidak ada pasar, dan orang-orang yang memberi semangat untuk ikut puasa.
Tapi karena suami saya adalah orang Indonesia (waktu itu masih pacar saya) kita berdua langsung pulang ke Indonesia lagi tahun berikutnya untuk merayakan Idul Fitri di Indonesia.
Itulah pengalaman pertama saya dengan bulan Ramadan di Indonesia.
Salam dari Saarbrücken, Jerman!
Bagaimana Dunia Merayakan Ramadan di Tengah Pandemi Corona
Umat Islam di dunia menjalankan ibadah Ramadan di tengah pandemi virus corona dan penerapan lockdown yang mewajibkan mereka tetap berada di rumah atau menjaga jarak aman di luar rumah.
Foto: Reuters/A. Uyanik
Indonesia: Menjangkau Jamaah Lewat Streaming
Imam Bambang Suprianto dari Jakarta mengandalkan telepon seluler dan infrastruktur internet untuk menjangkau jamaah. Di masjid Sunda Kelapa, Suprianto menyiarkan langsung pembacaan Al-Quran melalui platform media sosial. Dia juga memberikan contoh yang baik dengan mengenakan masker menutupi mulut dan hidungnya.
Foto: Reuters/W. Kurniawan
Jerman: Pembacaan Al-Quran Lewat Telepon
Imam Benjamin Idriz melafalkan Al-Quran melalui smartphone yang akan diunggah ke internet. Foto menunjukkan dia sebuah masjid di Forum Islam Penzberg, Bayern selatan. Masjid ini diresmikan tahun 2005 dan ketika itu memenangkan penghargaan arsitektur.
Foto: Reuters/A. Uyanik
Singapura: Shalat Ramadan di bangsal corona
Pusat konvensi di Singapura ini biasanya digunakan untuk pameran dagang. Tetapi karena kehidupan ekonomi dunia hampir berhenti di tengah-tengah lockdown, ruang ini sekarang diubah menjadi bangsal corona, lengkap dengan ruang khusus bagi umat Islam untuk shalat.
Foto: Reuters/M. Nasiruddin
Sri Lanka: Tetap Berbuka Puasa dengan Keluarga
Keluarga Sri Lanka di Malwana ini sedang berbuka puasa. Duduk berdekatan di sekitar berbagai hidangan, mereka berdoa sebelum menikmati makanan mereka. Dalam standar Eropa, pertemuan ini tidak sesuai aturan social distancing.
Foto: Getty Images/I. S. Kodikara
Israel: Shalat Pada Jarak yang Aman
Dilaporkan bahwa penduduk di Israel sangat memperhatikan social distancing. Pria-pria muslim ini misalnya berkumpul di tempat parkir dekat pantai Jaffa untuk melakukan shalat - tanda-tanda di lapangan parkir membantu mereka untuk menjaga jarak aman.
Foto: Getty Images/A. Gharabli
AS: Mengingatkan Ramadan dengan tulisan di luar masjid
Papan tanda di luar Masjid Al-Salaam di Dearborn Community Center, Michigan, berbunyi: "Ramadhan Kareem," yang dapat diartikan "semoga Ramadan berbaik hati padamu." Huruf-huruf tersebut ditempatkan oleh staf di depan masjid untuk mengumumkan awal bulan suci umat Islam.
Foto: Getty Images/E. Cromie
Nepal: Panggilan untuk Shalat
Muazin di ibu kota Nepal, Kathmandu, melafalkan azan, atau panggilan umat Islam untuk melakukan ibadah shalat. Sepanjang bulan Ramadan, panggilan akan terdengar beberapa kali sehari seperti yang biasa dilakukan.
Foto: Getty Images/P. Mathema
Turki: Pusat Kota yang Sepi
Ini adalah Menara Galata Istanbul di kawasan pusat kota Beyoglu. Biasanya daerah ini dipenuhi orang, namun saat ini Turki sedang menerapkan pembatasan untuk meredam pandemi corona. Kebanyakan warga menghindari tempat-tempat yang ramai. Masjid-masjid di seluruh negeri telah diperintahkan untuk tetap ditutup, juga di bulan suci Ramadan. (fs/hp)
Foto: Getty Images/B. Kara
8 foto1 | 8
**DWNesiaBlog menerima kiriman blog tentang pengalaman unik Anda ketika berada di Jerman atau Eropa. Atau untuk orang Jerman, pengalaman unik di Indonesia. Kirimkan tulisan Anda lewat mail ke: dwnesiablog@dw.com. Sertakan 1 foto profil dan dua atau lebih foto untuk ilustrasi. Foto-foto yang dikirim adalah foto buatan sendiri. (hp)