1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Christopher Hill: Lanjut Lagi, Perundingan Nuklir Korut

Zaki Amrullah4 April 2008

Utusan pemerintah Amerika Serikat untuk nuklir Korea Utara, Christopher Hill, berada di Indonesia. Termasuk dalam agenda lawatannya kali ini adalah pembicaraan mengenai penyelesaian krisis nuklir di Semenanjung Korea.

Christopher Hill
Christopher HillFoto: AP

Utusan pemerintah Amerika Serikat untuk masalah Korea Utara, Christopher Hill, menegaskan akan terus melanjutkan negosiasi dengan Korea Utara, meski negara itu gagal memenuhi sejumlah persyaratan yang diminta enam negara perunding. Hingga tenggat waktu akhir tahun lalu, Pyongyang gagal memenuhi kedua syarat, yaitu penghentian operasi reaktor nuklir dan penyerahan daftar seluruh program nuklirnya.

Usai bertemu dengan Presiden Yudhoyono di Jakarta, kepala juru runding Amerika Serikat untuk nuklir Korut itu menyatakan perundingan akan dilanjutkan ke tahap berikutnya, mengingat telah tercapainya sejumlah kemajuan. Meski demikian, Hill mengakui, kebuntuan yang terjadi tiga bulan terakhir dan perkembangan terbaru di Korea Utara akan menyulitkan perundingan itu:

“Jelas ini adalah hal yang sulit, kini kami memasuki tahap yang disebut fase kedua, dimana soal pelucutan fasilitas reaktor nuklir sudah ada sejumlah kemajuan. Pemerintah Korut dan sejumlah teknisi asal Amerika Serikat yang bekerja atas nama enam negara bekerja sama untuk pelucutan seperti yang sudah terjadi di reactor Yongbion, ini akan sulit dioperasikan kembali. Ini pelucutan pertama yang sukses memang belum selesai tapi memang akan disempurnakan lagi.”

Sejumlah kalangan mengkhawatirkan kebuntuan dalam perundingan di semenanjung Korea itu akan berlangsung lama, setelah pekan lalu Pyongyang kembali melakukan uji coba rudalnya, menyusul pernyataan seorang pejabat militer Korea Selatan, yang oleh Pyongyang ditafsirkan sebagai serangan.

Banyak kalangan mengaitkan kunjungan Hill ke Indonesia, di tengah memanasnya situasi ini, untuk meminta Jakarta membantu memediasi krisis itu, dengan memanfaatkan hubungan baik Jakarta-Seoul. Tetapi Christopher Hill menolak anggapan itu.

“Kami tidak menawarkan peran mediator kepada Indonesia atau pihak lain dalam masalah Korut-Korsel di mana Korut telah membuat pernyataan keras terhadap Korsel. Karena kami percaya pernyataan yang keras tidak membantu proses perdamaian kedua negara. Kami percaya bahwa Korsel dan Korut dapat berhubungan sendiri tanpa mediator, karena Korsel punya hubungan yang baik dengan semua negara, termasuk dengan Indonesia.”

Dalam perjanjian denuklirisasi enam negara tahun 2007, yang melibatkan Amerika, Cina, Korea Selatan, serta Jepang dan Rusia, Korea Utara dijanjikan bantuan energi sebagai balasan pelucutan nuklirnya. Namun kesepakatan itu gagal dicapai menyusul kegagalan Pyongyang memenuhi syarat yang diminta. (ap)