Cina sebenarnya tidak ingin menjadi pemimpin dunia. Namun, jika terpaksa dan bila pihak-pihak lian mundur dari posisi tersebut, Cina siap mengemban peran itu. Cina juga desak AS untuk hormati kebijakan ‘satu Cina’.
Iklan
Pernyataan itu disampaikan direktur ekonomi internasional kementerian luar negeri Cina, Zhang Jun, hari Senin (23/01), setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump berjanji untuk menempatkan posisi "Amerika akan menjadi yang pertama" dalam pidato pelantikannya.
Diplomat senior Cina itu mengatakan hal tersebut saat jumpa pers dengan wartawan asing untuk membahas kunjungan Presiden Cina, Xi Jinping ke Swiss pekan lalu. Dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Xi Jinping menggambarkan Cina sebagai pemimpin dunia global dimana hanya lewat kerjasama internasional saja masalah-masalah besar dapat terpecahkan.
Dari Obama ke Trump
Donald J. Trump adalah Presiden ke-45 Amerika Serikat. Berikut foto-foto saat peralihan kekuasaan dari Barack Obama kepada Donald Trump.
Foto: Reuters/C. Barria
Orang Nomor Satu di AS
Donald Trump, akhirnya resmi menjadi Presiden ke-45 Amerika Serikat menggantikan Barack Obama.
Foto: Reuters/B. Snyder
Obama Lengser
Barack Obama yang telah memimpin Amerika Serikat selama delapan tahun menyerahkan tampuk kepemimpinannya kepada Trump. Sebelum pelantikan, Obama dan istri, Michelle bertemu pasangan Trump dalam jamuan teh.
Foto: Getty Images/AFP/J. Watson
Pasangan Clinton Hadiri Pelantikan
Mantan pesaing Trump dalam pemilu, Hillary Clinton bersama suaminya, mantan Presiden Bill Clinton tiba di gedung Capitol untuk pelantikan Trump. Clinton disambut dengan sorak-sorai saat melewati tangga Capitol.
Foto: Getty Images/AFP/J. Angelillo
Warga Berhimpun di Washington
Di National Mall, Washington, masyarakat berhimpun mengamati jalannya pelantikan presiden ke-45 AS.
Foto: picture-alliance/abaca/D. Olivier
Sumpah Jabatan
Sementara aksi protes meletus di berbagai tempat, Donald Trump mengangkat tangan kanannya dan meletakkan tangan kirinya di atas Alkitab yang pernah digunakan oleh Abraham Lincoln dan mengulangi sumpah jabatan.
Foto: Getty Images/C. Somodevilla
Pidato Pertama Sebagai Presiden
Seusai pelantikan, Presiden Amerika Serikat ke-45, Donald Trump bersumpah untuk mengambil kekuasaan dari birokrat dan politisi di Washington untuk dikembalikan kepada rakyat AS.
Foto: Reuters/K. Lamarque
Unjuk Rasa Dimana-mana
Unjuk rasa bukan hanya terjadi di Washington. Di kota-kota lain di dunia, juga berlangsung aksi unjuk rasa berkenaan dengan pelantikan Trump. berbagai isu diusung, mulai dari hak perempuan, imigran hingga lingkungan.
Foto: Reuters/T. Melville
7 foto1 | 7
Sebelum Trump menjadi presiden, Xi juga mendesak negara-negara lain untuk melawan isolasionisme, menandakan keinginan Beijing untuk memainkan peran yang lebih besar di panggung global.
Mengelaborasi tema itu, Zhang mengatakan Cina tidak berniat menjadi pemimpin global. "Jika ada orang yang mengatakan Cina memainkan peran kepemimpinan dalam dunia, itu bukan artinya Cina bergegas maju ke depan, tapi pelari di depan telah melangkah mundur dan meninggalkan tempat untuk Cina," ujar Zhang. "Jika Cina diperlukan untuk memainkan peran kepemimpinan, Cina akan mulai memikul tanggung jawabnya," tambahnya lebih lanjut.
Mempersoalkan perang dagang
Cina adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia. Negara-negara lain juga mengandalkan untuk pertumbuhan ekonomi mereka, kata Zhang. "Kami masih berharap bahwa Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya dapat terus memberikan kontribusi yang lebih besar untuk pemulihan ekonomi dunia. Kami telah mendengar Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan mencapai pertumbuhan empat persen dan kami sangat senang akan hal itu," tambahnya.
8 Alutsista Cina yang Ditakuti Amerika Serikat
Bukan mustahil dua kekuatan adidaya dunia, AS dan Cina, suatu saat akan terlibat dalam perang terbuka. Kendati masih di atas angin, inilah delapan alasan kenapa Washington harus waspada terhadap kekuatan militer Cina
Foto: picture-alliance/AP Photo
Pesawat Tempur Chengdu J-20
Chengdu J-20 adalah rival terbesar F-22 Raptor milik AS. Kedua pesawat sama-sama memiliki daya jelajah tinggi dan memiliki kemampuan terbang siluman alias tidak terdeteksi radar. Kendati baru tahap pengembangan, J-20 diyakini akan memberikan keunggulan udara buat militer Cina di Laut Cina Selatan.
Foto: AP
Dong-Feng 26
Berapapun banyaknya kapal induk yang dimiliki Amerika Serikat, tidak satupun berguna jika menghadapi peluru kendali yang satu ini. Dong-Feng 26 dikembangkan sebagai rudal antar benua yang melesat dengan kecepatan Mach 10. Varian sebelumnya, DF-21, bahkan oleh militer AS dijuluki sebagai "pembunuh kapal induk." Berdaya jelajah 4000 km, DF-26 diyakini mampu menyerang pangkalan militer AS di Guam.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Wong
Roket Hipersonik WU-14
Sejak beberapa tahun Cina serius mengembangkan senjata hypersonic layaknya X-51A (gambar) yang dimiliki militer AS. Puncaknya adalah empat ujicoba yang dilakukan militer Cina antara 2014-2015, tiga diantaranya berlangsung sukses. Tidak banyak yang diketahui tentang WU-14 atau Dong-Feng DZ, kecuali bahwa pesawat berkecepatan 12.000km/jam itu mampu membawa hulu ledak nuklir.
Foto: Reuters/US Air Force
Kapal Induk Liaoning
Awalnya Liaoning adalah kapal induk Uni Sovyet kelas Admiral Kuznetsov yang dibeli dengan dalih akan dijadikan tempat perjudian oleh seorang pengusaha Macau. Ukraina saat itu melarang kapalnya digunakan untuk keperluan militer. Tapi alih-alih hotel judi, kapal bernama awal Warjag itu malah menjadi kapal induk pertama Cina. Berbekal pengalaman dengan Liaoning, Cina kini mengincar kapal induk kedua.
Foto: Getty Images/AFP
Tank Tempur Utama T99A2
Memasuki generasi ketiga, tank tempur T99 teranyar milik Cina dilengkapi dengan berbagai persenjataan dan teknologi modern seperti peluru kendali anti tank yang dipandu laser. Dikembangkan sejak 2007, T99A2 mulai diproduksi secara massal tahun 2009. Analis militer menilai T99A2 banyak meniru desain tank Perancis, Leclerc, atau M1 Abrams milik militer Amerika Serikat.
Foto: picture-alliance/dpa/F.Maohua
Kapal Angkut Amfibi Tipe 071
Melindungi wilayah perairan seperti Laut Cina Selatan akan mustahil tanpa keberadaan kapal angkut amfibi. Saat ini Cina memiliki tiga jenis kapal amfibi tipe 071. Ketiganya mampu mengangkut satu batalyon pasukan infanteri, 18 kendaraan lapis baja dan dilengkapi dengan ajungan pendaratan untuk helikopter atau juga hoovercraft.
Foto: imago/ITAR-TASS/Y. Smityuk
Rudal Anti Satelit
Januari silam Kongres AS mewanti-wanti pemerintah ihwal kemampuan Cina menghancurkan satelit militer. Sejak beberapa tahun terakhir Beijing memang diyakini sedang sibuk memodifikasi sistem peluru kendalinya seperti Dong-Neng 2 atau Dong-Feng 21 untuk membidik satelit. AS khwatir Cina akan mampu menghancurkan sistem satelit navigasi miliknya yang penting untuk mengumpulkan data intelijen.
Foto: picture alliance/AP
PLA Unit 61398
Bermarkas di Pudong, unit militer yang satu ini menjadi sumber serangan cyber terhadap aset ekonomi dan militer AS dalam beberapa tahun terakhir. Cina meyakini kedigdayaan di dunia maya akan menentukan perang masa depan. Serangan cyber terhadap aset sipil seperti pembangkit listrik misalnya akan berakibat fatal. Unit 61398 ditengarai cuma satu dari 20 unit militer cyber yang dimiliki Cina saat ini
Foto: picture-alliance/dpa
8 foto1 | 8
Sementara Trump mengatakan para pekerja Amerika telah hancur oleh outsourcing pekerja luar negeri, dia tidak menyebutkan nama Cina dalam pidato sambutan pelantikannya. Namun, ia telah mengancam untuk mengenakan tarif impor yang tinggi atas barang-barang Cina. Zhang mengatakan, dia pikir Trump tidak akan mampu mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi jika ia melakukan perang dagang. "Sebuah perang dagang atau perang nilai tukar tidak akan menguntungkan negara manapun," tambah Zhang.
Secara terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying mengatakan Xi Jinping telah mengirim pesan ucapan selamat kepada Trump atas jabatannya.
Kekuatan Ekonomi Global Masa Depan
Cina diprediksi akan merajai perekonomian dunia tahun 2050 menurut Economist Intelligence Unit. Tapi kiprah negeri tirai bambu itu bukan temuan yang paling mengejutkan, melainkan posisi Indonesia.
Foto: Fotolia
1. Cina
Negeri tirai bambu ini berada di peringkat kedua daftar negara sesuai besaran Produk Domestik Brutto-nya (PDB). Cina tahun 2014 berada di posisi kedua, di bawah AS dengan 11,212 Triliun Dollar AS. Tapi pada tahun 2050, Economist Intelligence Unit memprediksi Cina akan mampu melipatgandakan PDB-nya menjadi 105,916 Triliun Dollar AS.
Foto: imago/CTK Photo
2. Amerika Serikat
Saat ini AS masih mendominasi perekonomian global. Dengan nilai nominal PDB yang berada di kisaran 17,419 Triliun Dollar AS per tahun, tidak ada negara lain yang mampu menyaingi negeri paman sam itu. Tapi untuk 2050 ceritanya berbeda. AS akan turun ke peringkat dua dengan nilai PDB 70,913 Triliun Dollar AS.
Foto: picture-alliance/dpa/J. F. Martin
3. India
Tahun 2050 India akan menikmati pertumbuhan konstan di kisaran 5%, menurut studi EIU. Saat ini raksasa Asia Selatan ini bertengger di posisi sembilan daftar raksasa ekonomi terbesar dunia dengan nilai PDB 2 Triliun Dollar AS. Tapi 35 tahun kemudian India akan merangsek ke posisi ketiga di bawah AS dengan pendapatan nasional sebesar 63 triliun Dollar AS.
Foto: Reuters/N. Chitrakar
4. Indonesia
Perekonomian Indonesia membaik setekah tiga kali bangkrut menyusul krisis moneter berkepanjangan. Saat ini Indonesia mencatat nilai nominal PDB sebesar 895 Miliar Dollar AS dan berada di peringkat 16 dalam daftar kekuatan ekonomi global. Tahun 2050, Econimist Intelligence Unit memproyeksikan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi terbesar keempat dengan PDB sebesar 15,4 Triliun Dollar AS.
Foto: picture-alliance/dpa
5. Jepang
Serupa AS, Jepang terpaksa turun peringkat di tahun 2050. Saat ini negeri sakura itu masih bertengger di posisi ketiga kekuatan ekonomi terbesar sejagad, dengan perolehan PDB sebesar 4,6 Triliun Dollar AS. 35 tahun kemudian, Jepang digeser oleh Indonesia dan terpaksa melorot ke peringkat lima dengan 11,7 Triliun Dollar AS.
Foto: AP
6. Jerman
Perekonomian Jerman banyak ditopang oleh sektor riil yang didominasi oleh industri padat karya. Tapi menurut EIU, justru sektor inilah yang akan banyak menyusut di masa depan. Jerman diyakini bakal kehilangan seperlima tenaga kerjanya pada 2050. Hasilnya, Jerman yang saat ini di posisi keempat dengan PDB sebesar 3,8 Triliun, akan merosot ke posisi enam dengan perolehan 11,3 Triliun Dollar AS.
Foto: imago/Caro
7. Brasil
Dari semua negara di posisi sepuluh besar, cuma Brasil yang tidak berubah. Saat ini raksasa Amerika Selatan itu berada di posisi tujuh dengan nominal PDB sebesar 2,3 Triliun Dollar AS. Di posisi yang sama Brasil bakal mencatat perolehan sebesar 10,3 Triliun Dollar AS tahun 2050.
Foto: picture-alliance/dpa/W. Rudhart
7 foto1 | 7
Kebijakan ‘satu Cina'
Pemerintahan AS yang baru harus sepenuhnya memahami pentingnya kebijakan "satu Cina" dan menghargai bahwa isu Taiwan sangat sensitif bagi pemerintahan di Beijing.
Menurut Beijing satu prinsip Cina, Taiwan dan Cina daratan merupakan bagian tak terpisahkan dari kebijakan "satu Cina". "Kami mendesak pemerintahan AS yang baru untuk memahami tingginya sensitivitas isu Taiwan dan untuk tetap berpegang pada kebijakan satu Cina," kata juru bicara kementerian luar negeri Cina, Hua Chunying. Hua menyebut kebijakan itu sebagai "dasar politik" masa depan hubungan antara Amerika Serikat dan Cina.
Presiden AS Donald Trump, yang dilantik pada hari Jumat (20/01) mengatakan pada bulan Desember, Amerika Serikat tidak perlu harus berpegang pada posisi lamanya bahwa Taiwan adalah bagian dari "satu Cina". Trump juga menerima telepon langsung dari presiden Taiwan, Tsai Ing-wen. Hal itu dianggap menyimpang dari kebijakan luar negeri AS sejak tahun 1979 ketika hubungan formal antara dua negara diputus. Hal tersebut menyulut kegeraman Cina.
Hua juga menegaskan posisi Cina di Laut Cina Selatan, dengan mengatakan Amerika Serikat seharusnya tidak ikut campur dalam masalah wilayah kedaulatan Cina.
ap/vlz (ap/afp/dpa/rtr)
Dilema Cina di Selat Malaka
Cina mati-matian mempertahankan klaimnya di Laut Cina Selatan. Padahal pasang surut perekonomian negeri tirai bambu itu bergantung pada Selat Malaka. Kelemahan tersebut coba dimanfaatkan AS dan India
Foto: picture-alliance/ChinaFotoPress/Maxppp
Surutkan Pengaruh
Dengan segala cara pemerintah Cina berupaya mencaplok Laut Cina Selatan (LCS). Faktor ekonomi dan militer adalah motivasi terbesar di balik langkah sarat konflik itu. Ironisnya bukan pada Laut Cina Selatan perekonomian Cina bergantung, melainkan pada Selat Malaka. Manuver Beijing dalam konflik LCS justru melenyapkan sisa pengaruh Cina di jalur laut antara Indonesia dan Malaysia itu
Foto: Getty Images/AFP/R. Rahman
Blokade Laut
Sebanyak 80% impor energi Cina diangkut dengan kapal melewati selat Malaka. Tanpanya mesin ekonomi negeri tirai bambu itu akan cepat meredup. Serupa dengan strategi Iran di Selat Hormuz, berbagai negara besar yang berkonflik dengan Beijing telah mengadopsi blokade laut ke dalam strategi militernya untuk menundukkan Cina.
Foto: AP
Neraka Logistik
Blokade laut masuki masa kejayaan pada era Perang Dunia II dilanjutkan pada Perang Dingin dan Perang Irak 1991. Cara ini terbukti efektif memutus suplai logistik sebuah negara yang terlibat dalam perang. Saking efektifnya, diktatur NAZI Jerman Adolf Hitler perintahkan armada kapal selamnya buat menyerang semua kapal dagang yang berlayar dari AS ke Inggris.
Foto: Getty Images/AFP/K. Kasahara
India di Gerbang Selat Malaka
Sebab itu AS telah meracik strategi buat memblokir pasokan energi Cina di Selat Malaka. Baru-baru ini India bahkan menempatkan pesawat pengintai dan sejumlah kapal perang di Kepulauan Andaman dan Nicobar di gerbang utama Selat Malaka di Teluk Bengal. Jarak antara pulau Great Nicobar yang dijadikan pangkalan militer India dengan Selat Malaka cuma berkisar 650 kilometer
Foto: Getty Images
Jalur Kuno di Era Modern
Tidak heran jika Beijing sejak lama berupaya mencari jalan lain untuk mengimpor energi tanpa harus melewati selat Malaka. Untuk itu Cina berpaling dari laut dan fokus menggarap proyek infrastruktur di daratan. Rencana tersebut bukan hal baru. Beijing berniat menghidupkan kembali jalan sutera yang dulu aktif digunakan sebagai jalur dagang hingga abad ke-13.
Berpaling ke Myanmar
Salah satu wujudnya adalah proyek pembangunan pipa minyak seharga 2,5 milyar Dollar AS yang menghubungkan pelabuhan Kyaukphyu di Myanmar dengan Kunming di provinsi Yunan. Pipa sepanjang 2800 kilometer itu mampu mengalirkan 12 milyar ton minyak mentah per tahun. Proyek ini dituntaskan 2014 silam.
Pipa ke Teluk Persia
Proyek lain adalah menghubungkan pelabuhan Gwadar di Pakistan dengan provinsi Xinjiang. Koridor ekonomi itu buka akses Cina langsung ke negara produsen minyak di Teluk Persia. Tapi opsi ini tidak murah. Lantaran kondisi geografis yang didominasi pegunungan, biaya pembangunan pipa antara kedua wilayah bakal menambah ongkos 10 Dollar AS untuk setiap barrel minyak mentah.
Foto: picture-alliance/dpa
Gas dari Utara
Beijing juga berharap pada Rusia. Tahun 2014 silam kedua negara menyepakati pembangunan pipa minyak dan gas sepanjang 4800 km dari Angarsk menuju Daqing. Proyek seharga 400 milyar Dollar AS itu direncanakan bakal mampu mengangkut 1,6 juta barrel minyak per hari. Tapi Rusia menangguhkan pembangunan menyusul anjloknya harga minyak.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Fulai
Membelah Thailand
Cina bahkan mengusulkan pembangunan kanal laut di Thailand dengan mencontoh Terusan Panama. Proyek seharga 25 milyar US Dollar itu bakal menghubungkan Samudera Hindia dengan Teluk Thailand. Namun rencana ini ditolak oleh pemerintah di Bangkok lantaran masalah keamanan.
Opsi Terbatas
Analis berpendapat, rencana Cina membangun koridor darat untuk mengamankan pasokan energi justru menegaskan peran tak tergantikan Selat Malaka. Upaya Beijing diyakini cuma akan menambah keragaman jalur pasokan energi, tapi tidak akan mengurangi ketergangtungan Cina terhadap Selat Malaka.