Cina menegaskan akan menolak semua aturan panel arbitrasi PBB tentang klaimnya atas wilayah Laut Cina Selatan. Saat ini, negara itu terlibat sengketa perbatasan dengan sejumlah negara Asia.
Iklan
Perwira tinggi angkatan Laut Cina, Laksamana Sun Jianguo, meminta negara-negara lain yang tidak punya klaim di Laut Cina Selatan agar tidak mencampuri urusan itu. Hal itu disampaikannya hari Minggu (05/06) pada konferensi keamanan regional Shangrila di Singapura. Laksamana Sun secara tidak langsung menunjuk pada Amerika Serikat dan Australia-
"Kami tidak membuat masalah, tapi kami juga tidak takut," kata Sun, yang juga wakil kepala staf militer di Kementerian Pertahanan. "China tidak akan menerima putusan arbitrase, dan tidak akan membiarkan pelanggaran apapun pada kedaulatan dan keamanan kami, dan kami tidak akan tinggal diam," kata dia.
Panel arbitrase sengketa Laut Cina Selatan akan digelar beberapa minggu depan di Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda. Gugatannya diajukan oleh Filipina, yang mempertanyakan keabsahan politik perbatasan Cina berdasarkan Konvensi PBB tentang Hukum Laut.
Pada konferensi yang sama, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Ash Carter mengatakan, putusan panel arbitrase PBB akan menjadi "kesempatan baik bagi Cina dan seluruh kawasan untuk membentuk masa depan yang berprinsip pada diplomasi dan untuk menurunkan ketegangan.
Ketegangan di Laut China Selatan diduga akan memicu naiknya anggaran pertahanan di kawasan Asia-Pasifik sampai seperempatnya hingga akhir dekade ini, demikian laporan yang dirilis lembaga konsultasi pertahanan IHS Jane pekan lalu.
Anggaran pertahanan di kawaan Laut Cina Selatan diprediksikan akan naik dari US$ 435 miliar tahun lalu menjadi US$ 533 miliar pada tahun 2020. Belanja militer global juga akan bergeser dari Eropa Barat dan Amerika Utara ke arah pasar negara-negara berkembang, terutama di Asia, kata laporan itu.
"Sejumlah negara pantai di Laut Cina Selatan tampaknya menanggapi sikap Cina dengan lebih tegas, dan tidak ada tanda-tanda tren ini akan segera berakhir," kata Craig Caffrey dari IHS Jane.
Pangkalan Militer Cina di Laut Cina Selatan
Kendati luput dari perhatian, konflik Laut Cina Selatan terus memanas dalam diam. Cina membangun pulau buatan untuk dijadikan pangkalan militer. Salah satu landasan pacu bahkan mampu didarati pesawat pembom jarak jauh
Foto: CSIS, IHS Jane's
Pesawat Pembom di Spratly?
Sejak pertengahan 2014 militer Cina sibuk memperluas "Fiery Cross Reef" di tepi barat kepulauan Spratly. Pakar di "Centre for International and Strategic Studies" di Washington dan Asia Maritime Transparency Initiative meyakini, negeri tirai bambu itu tengah membangun pangkalan udara sepanjang tiga kilometer. Landasan sepanjang itu mampu menampung pesawat pembom jarak jauh tipe H-6 milik Cina
Foto: CSIS, IHS Jane's
Wilayah Abu-abu
Gaven-Riff yang terletak di utara kepulauan Spratly diperluas sebanyak 115.000 meter persegi sejak Maret 2014. Pakar hukum internasional menilai, Cina sedang berupaya membetoni klaimnya atas kepulauan tersebut.
Foto: CSIS, IHS Jane's
Cepat Bertindak
Citra satelit yang dibuat 2014 silam menampilkan betapa militer Cina menggenjot kegiatan konstruksi di Gaven-Riff. Antara bulan Maret (kiri) dan Agustus (kanan) terbentuk sebuah pulau baru.
Cina juga membangun landasan pacu militer di Johnson South Reef. Landasan ini sendiri diyakini terlampau pendek untuk tujuan strategis. Namun pulau ini menegaskan klaim Cina terhadap kepulauan Spratly.
Foto: CSIS
Sistematis
Kegiatan konstruksi yang digalang Cina di Hughes-Riff serupa dengan di Gaven-Riff. Negeri tirai bambu itu diyakini telah mengembangkan metode baku tentang cara pembuatan pulau.
Foto: AMTI
Protes Filipina
Februari 2015 silam pemerintah Filipina kembali melayangkan nota diplomatik yang memrotes Cina. Penyebabnya adalah langkah Beijing membangun pangkalan di Mischief-Riff yang cuma terpaut jarak 135 kilometer dari pulau Palawan milik Filipina. Foto terbaru dari 19 Januari membuktikan kegiatan konstruksi di pulau tersebut.
Foto: CSIS
Perlawanan Seadanya
Tahun 1999 militer Filipina menenggelamkan kapal "Sierra Mader" di Ayungin Atoll. Sejak saat itu serdadu Filipina berjaga-jaga di sekitar kapal. Langkah tersebut adalah upaya Filipina menjauhkan Cina dari pulau yang diklaim Manila.
Foto: Reuters
Konflik Teritorial
Aksi Cina membangun pulau baru di kepulauan Spratly menambah ketegangan di wilayah. Saat ini Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei ikut menancapkan klaimnya di kepulauan tersebut. Sementara Indonesia bertindak sebagai mediator.
Foto: DW
8 foto1 | 8
Anggaran pertahanan Cina tahun lalu mencapai US$ 146 miliar. Pertumbuhan ekonomi memang melambat, tapi anggaran pertahanan diperkirakan akan terus naik mencapai sekitarUS $ 233 miliar pada tahun 2020.