1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cina Akhiri Aplikasi Pelacakan Perjalanan COVID-19

13 Desember 2022

Langkah itu adalah bagian dari upaya Beijing melonggarkan strategi nol-COVID, yang telah menyebabkan ketidakpuasan publik dan memicu protes luas di kota-kota Cina.

Aplikasi pelacakan Covid-19 Cina selama ini diperlukan untuk hampir setiap kegiatan
Aplikasi pelacakan Covid-19 Cina selama ini diperlukan untuk hampir setiap kegiatanFoto: AP Photo/picture alliance

Cina hari Senin (12/12) mengumumkan bahwa aplikasi ponsel yang digunakan untuk melacak perjalanan ke daerah-daerah dengan infeksi COVID-19 akan berhenti berfungsi. Langkah tersebut berpotensi mengurangi kemungkinan orang dipaksa melakukan karantina karena mengunjungi tempat-tempat yang dianggap sebagai hotspot virus corona.

Ini adalah bagian dari upaya Beijing untuk menjauh dari strategi nol-COVID yang kontroversial. Strategi itu telah menyebabkan ketidakpuasan publik yang meluas dan bahkan memicu protes di beberapa kota, dengan beberapa demonstran bahkan menyerukan Presiden Xi Jinping untuk mundur.

Pekan lalu, otoritas Cina mengumumkan diakhirinya penguncian skala besar, dan melonggarkan persyaratan tes untuk mengakses ruang publik dan untuk perjalanan domestik.

Pemerintah juga mengakhiri karantina wajib di fasilitas pusat, memungkinkan mereka yang memiliki gejala ringan untuk memulihkan diri di rumah.

Unjuk rasa sempat meluas di Cina dengan simbol kertas kosong sebagai protes pemberangusan kebebasan berpendapatFoto: Thomas Peter/REUTERS

Diluncurkan pada tahun 2020

Aplikasi yang sekarang akan dihentikan hanyalah salah satu dari sejumlah aplikasi pelacakan yang mengatur kehidupan di Cina selama pandemi. Aplikasi ini pertama kali diluncurkan pada tahun 2020.

Aplikasi tersebut memiliki sistem empat tingkat yang menetapkan warna berbeda, tergantung pada tingkat paparan COVID yang diprediksi pengguna.

Meskipun pemerintah di Beijing menghentikan penggunaannya sekarang, sebagian besar orang di negara tersebut terus menggunakan aplikasi lokal serupa lainnya, yang dikelola oleh otoritas kota dan provinsi.

Presiden Xi Jinping dan para pemimpin Cina lainnya telah lama memuji strategi nol-COVID yang dianggap berhasil menjaga penyebaran infeksi dan kematian jauh lebih rendah daripada di negara-negara lain.

Angka infeksi naik, kapasitas rumah sakit kurang

Pergantian dari strategi ini sekarang terjadi di tengah lonjakan kasus di negara tersebut. Cina pada hari Senin (12/12) mengumumkan sekitar 8.500 kasus baru, menjadikan angka total infeksi COVID naik menjadi 365.312. Angka ini lebih dari dua kali lipat dibandingkan pada 1 Oktober 2022.

Beberapa ahli kesehatan memperingatkan bahwa ada risiko kesehatan yang cukup besar bagi Cina yang sepenuhnya terbuka, dengan kemanjuran vaksin Cina yang dipertanyakan, dan tingkat vaksinasi yang rendah di antara populasi lansia.

Tantangan lain adalah rumah sakit yang kekurangan dana dan tidak memiliki kapasitas untuk merawat pasien dalam jumlah besar.

Cina memiliki kurang dari satu tempat tidur unit perawatan intensif untuk setiap 10.000 orang, kata Jiao Yahui, Direktur Departemen Urusan Medis di Komisi Kesehatan Nasional minggu lalu. Sumber daya kesehatan juga tidak merata, dengan sebagian besar tempat tidur rumah sakit terkonsentrasi di Beijing, Shanghai, dan kota-kota lain di pesisir timur yang makmur.

Menghadapi lonjakan kasus COVID-19, Cina sudah menyiapkan lebih banyak fasilitas perawatan intensif dan berusaha memperkuat kemampuan rumah sakit untuk menangani kasus yang parah.

hp/pkp  (ap, afp)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait