Cina Bidik Sekolah Hong Kong Propagandakan UU Antisubversi
15 April 2021
Cina merayakan Hari Pendidikan Keamanan Nasional pertama buat membetoni kedaulatannya di Hong Kong. Mulai tahun ini, murid sekolah akan menjalani indoktrinasi perihal tindakan subversi, separatisme dan terorisme.
Iklan
Hari Pendidikan Keamanan Nasional pertama pada Kamis (15/4) di Hong Kong dirayakan meriah. Di balai kota, Polisi memperkenalkan maskot boneka beruang berseragam tempur, yang dikerumuni khalayak berbaju kaos dengan tulisan "saya cinta polisi.”
Di luar kompleks konvensi, boneka beruang itu turut dijual seharga sekitar Rp 760 ribu, bersama dengan mainan plastik berbentuk polisi anti huru hara bersenjata shotgun dan gas air mata.
Namun, suasana ringan yang berusaha dihadirkan pemerintah Hong Kong pada hari bersejarah itu, gagal mengusir kecemasan dan suasana genting yang menghinggapi UU Keamanan Nasional. Di seluruh sekolah, murid diwajibkan mengibarkan bendera Cina, berterimakasih kepada aparat keamanan dan mendendangkan lagu-lagu patriotis sebagai tanda kesetiaan kepada Beijing.
Sekolah menjadi episentrum kekhawatiran pemerintah Cina, menyusul gelombang demonstrasi yang melanda Hong Kong selama hampir dua tahun. Antara 2019-2020, para murid dan mahasiswa menggalang salah satu aksi protes paling akbar dalam sejarah negeri yang mendorong Beijing mengesahkan UU antisubversi.
Mulai tahun ini, otoritas pendidikan Hong Kong memasukkan mata pelajaran keamanan nasional ke dalam kurikulum sekolah. Setiap murid akan mempelajari empat jenis kejahatan nasional, yakni subversi, separatisme, terorisme dan persekongkolan dengan kekuatan asing.
Kasih Sayang Tuhan di Tengah Demonstrasi Hong Kong
Pendeta Alan Keung terjun langsung ke dalam protes di wilayah administratif khusus Cina ini. Ia tawarkan segala bantuan yang dibutuhkan termasuk doa, ceramah, dan pembasuh mata akibat gas air mata.
Foto: Reuters/K. Kyung-Hoon
Dari mimbar turun ke jalan
Alan Keung adalah salah satu dari beberapa pendeta yang mencoba membantu para demonstran di Hong Kong. Sering kali ia melakukan ini di tengah suasana yang memanas. Dalam foto, terlihat ia menenangkan seorang pejalan kaki yang marah dan memaki pengunjuk rasa karena memblokade jalan. "Misi saya adalah membawa cinta kepada orang banyak," ujar Keung.
Foto: Reuters/K. Kyung-Hoon
Kenakan helm, rompi keselamatan, dan kerah pendeta
Agar mudah dikenali dan untuk perlindungannya, Keung menggambar tanda salib di helmnya. Dia juga mengenakan rompi berwarna kuning neon. Laki-laki berusia 28 tahun itu telah bergabung dengan tim penolong yang bekerja sukarela. Mereka utamanya membantu orang untuk mencuci mata mereka dari gas air mata. Jika ada yang butuh dukungan spiritual, Keung juga menyediakan waktu untuk berdoa singkat.
Foto: Reuters/K. Kyung-Hoon
Melawan rasa sakit
Bersama relawan lain, Keung membantu seorang pejalan kaki yang terkena gas air mata untuk mencuci matanya. Polisi Hong Kong menggunakan gas air mata, semprotan merica, dan meriam air untuk mengatasi kerusuhan. Sedangkan demonstran menyerang petugas keamanan dengan alat pembakar serta busur dan panah.
Foto: Reuters/K. Kyung-Hoon
Pertolongan untuk semua
Ketika sedang bertugas, Keung tidak berada di pihak mana pun. "Kadang-kadang kami membantu polisi yang terluka dan membutuhkan pertolongan." Pada bulan Juli, setelah terjadinya serangan di stasiun kereta, kelompok relawannya membantu pasukan keamanan dan melindungi mereka dari penumpang yang marah.
Foto: Reuters/K. Kyung-Hoon
Di antara dua kubu
Yang dikerjakan Keung bukannya tanpa bahaya. Dia sendiri sudah pernah merasakan pedihnya gas air mata. Baru-baru ini, kerusuhan pecah di Hong Kong, terutama di Universitas Politeknik. Polisi mengancam akan menggunakan peluru tajam. Sebelum pemilu, pemerintah mengawasi situasi dengan ketat untuk memastikan pemilihan lokal yang dijadwalkan pada akhir pekan (24/11) bisa berlangsung aman.
Foto: Reuters/K. Kyung-Hoon
"Bukan tipe orang yang tinggal diam di gereja"
Keung telah menjadi pendeta di sebuah komunitas yang terdiri dari sekitar 30 orang di wilayah timur laut Hong Kong selama tujuh tahun. "Saya bukan seseorang yang hanya diam di gereja dan berbicara tentang kemanusiaan, keadilan, dan moralitas tetapi mengabaikan apa yang terjadi di luar," katanya. "Saya ingin berada di tengah massa saat dibutuhkan."
Foto: Reuters/K. Kyung-Hoon
"Kalian masing-masing terlibat"
Pengalaman dan pelajaran yang didapat dalam protes itu, kadang juga terbawa di dalam khutbahnya. Di sini, ia bersama para siswa seusai waktu berdoa di atap gedung sebuah gereja, mengatakan: "Jangan kalian merasa kalian bukan bagian dari (protes) itu," katanya."Masing-masing dari kalian adalah masa depan Hong Kong dan dunia, kalian masing-masing terlibat." (ae/rap)
Foto: Reuters/K. Kyung-Hoon
7 foto1 | 7
Beijing bereaksi keras atas kecaman internasional
Pada hari yang sama Beijing memperingatkan dunia internasional agar tidak mencampuri urusan Hong Kong. Peringatan tersebut terutama diarahkan kepada Amerika Serikat, Inggris dan sejumlah negara sekutu yang giat mengecam Cina karena dianggap ingin memberangus demokrasi di Hong Kong.
"Jika waktunya sudah tiba, tindakan harus diambil untuk melawan kekuatan asing dan eksternal yang berpotensi mencampuri urusan Hong Kong atau berusaha menggunakan Hong Kong sebagai alat barter,” kata Luo Hioning, kepala biro perwakilan pemerintah pusat Beijing di Hong Kong.
"Kami akan memberikan perlawanan yang kuat dan memberi mereka pelajaran,” imbuhnya pada seremoni Hari Pendidikan Keamanan Nasional di balai kota.
Dalam kesempatan yang sama dia juga mewanti-wanti terhadap barisan prodemokrasi, "siapapun yang melanggar batas dasar keamanan nasional dan mengancam kehidupan warga, otoritas pusat tidak akan pernah membiarkan tindakan seperti itu terjadi.”
Iklan
Aksi protes disamakan dengan aktivitas teroris
Adapun Pemimpin Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, menggambarkan aksi protes para murid dan mahasiswa "hampir sama seperti aktivitas teroris,” ujarnya. "Jika ini tidak berhenti, maka kedaulatan, keamanan dan perkembangan nasional akan terdampak.”
"UU Keamanan Nasional berhasil memulihkan ketertiban,” pungkas Lam.
UU tersebut mengundang kritik tajam dari negara-negara barat. Langgam antidemokrasi pada legislasi itu diyakini bertujuan menggerus pondasi demokrasi di Hong Kong. Padahal Cina berjanji akan melindungi demokrasi di bekas wilayah jajahan Inggris itu ketika dikembalikan pada 1997 silam.
Sejak diberlakukan pada tahun lalu, AS, Inggris dan Uni Eropa bertukar sanksi dengan Cina, antara lain pembekuan aset atau larangan masuk bagi pejabat Hong Kong dan Cina yang terlibat dalam pemberlakuan UU Keamanan Nasional.
Awal pekan ini, sebuah surat yang ditandatangani oleh lebih dari 100 politisi Inggris mendesak Perdana Menteri Boris Johnson untuk memperluas daftar sanksi buat pejabat Cina yang dituduh melakukan "pelanggaran hak asasi manusia berat.”
rzn/as (rtr/afp)
Hari-hari Penuh Kekerasan di Hong Kong
Selama setengah tahun, para mahasiswa di Hong Kong berdemonstrasi menuntut kebebasan dan demokrasi. Protes pun semakin radikal. Terakhir, pecah bentrokan di Universitas Politeknik Hong Kong.
Foto: Reuters/T. Siu
Protes di Kampus Politeknik
Inilah kampus Universitas Politeknik. Para demonstran dipukul mundur di sini dan terlibat dalam bentrokan dengan polisi selama lebih dari 24 jam. Di kampus, ratusan orang berbekal senjata alat pembakar dan senjata rakitan sendiri. Untuk menangkal polisi, mereka menyalakan api besar-besar.
Foto: Getty Images/AFP/Ye Aung Thu
Diringkus dan ditangkap
Aktivis melaporkan bahwa polisi mencoba menyerbu gedung universitas. Karena gagal, aparat pun menciduk para demonstran di sekitaran universitas. Mahasiswa yang ingin meninggalkan kampus ditangkap. Polisi mengatakan mereka menembakkan amunisi di dekat universitas pada pagi hari, tetapi tidak ada yang tertembak.
Foto: Reuters/T. Siu
Gagal melarikan diri
Di luar kampus, polisi bersiaga dengan meriam air. Asosiasi mahasiswa melaporkan bahwa sekitar 100 mahasiswa mencoba meninggalkan gedung universitas. Namun mereka terpaksa kembali ke dalam gedung kampus ketika polisi menembakkan gas air mata ke arah mereka.
Foto: Reuters/T. Peter
Lokasi strategis penting
Universitas Politeknik menjadi penting dan strategis bagi para demonstran karena terletak di pintu masuk terowongan yang menghubungkan daerah itu dengan pulau Hong Kong. Dalam beberapa hari terakhir, pengunjuk rasa telah mendirikan barikade di luar terowongan untuk memblokir pasukan polisi. Ini adalah bagian dari taktik baru untuk melumpuhkan kota dan meningkatkan tekanan pada pemerintah.
Foto: Reuters/T. Peter
Apa tuntutannya?
Protes di Wilayah Administratif Khusus ini telah berlangsung selama lebih dari lima bulan. Tuntutan para demonstran antara lain yaitu pemilihan umum yang bebas dan penyelidikan kekerasan yang dilakukan oleh polisi. Perwakilan pemerintahan Beijing di Hong Kong belum menanggapi kedua tuntutan ini.
Foto: Reuters/T. Peter
Peningkatan kekerasan
Protes yang awalnya damai kini berubah menjadi penuh kekerasan. Polisi menindak tegas dan mengancam akan menggunakan amunisi tajam. Aktivis Hong Kong berbicara tentang adanya 4.000 penangkapan sejak protes dimulai. Para demonstran sendiri melawan dengan melempari batu, melemparkan bom Molotov dan menggunakan busur serta anak panah.
Foto: Reuters/T. Siu
Busur dan anak panah untuk melawan
Seorang polisi terluka pada hari Minggu (17/11) akibat tusukan anak panah di kakinya. Aktivis terkenal Hong Kong, Joshua Wong, membenarkan kekerasan yang dilakukan para demonstran. "Dengan protes yang damai, kami tidak akan mencapai tujuan kami. Dengan kekerasan saja juga tidak mungkin, kami membutuhkan keduanya," kata Wong kepada media Jerman, Süddeutsche Zeitung.
Foto: picture-alliance/dpa/Hong Kong Police Dept.
Sembunyikan identitas
Pemerintah Hong Kong telah melarang pemakaian topeng. Banyak demonstran memakai masker gas untuk perlindungan terhadap serangan gas air mata. Yang lain mengikat kain di depan wajah mereka untuk menyembunyikan identitas. Mereka takut penangkapan dan konsekuensinya jika mereka sampai dikenali.
Foto: Reuters/T. Siu
Khawatir militer turun tangan
Eskalasi kekerasan juga makin berlanjut. Kehadiran beberapa tentara Cina pada hari Sabtu (16/11) di Hong Kong menyebabkan kekhawatiran. Para tentara ini diturunkan untuk membantu membersihkan serakan batu. Di antara para demonstran, muncul kekhawatiran besar bahwa Cina bisa saja menggunakan militernya untuk mengakhiri protes di Hong Kong. (ae/pkp)