Dua kapal Filipina yang membawa persediaan makanan untuk tentara di kawasan Second Thomas Shoal diduga diblokir oleh penjaga pantai Cina dengan tembakkan meriam air. Tidak ada korban luka dalam insiden tersebut.
Iklan
Filipina mengatakan kapal penjaga pantai Cina memblokir dua kapal mereka dan menembakkan meriam air di Laut Cina Selatan pada Kamis (18/11).
Kapal-kapal Filipina itu membawa persediaan makanan untuk tentara yang ditempatkan kawasan Second Thomas Shoal yang disengketakan, yang oleh Filipina disebut sebagai beting Ayungin. Tidak ada korban luka dalam insiden tersebut.
Menteri Luar Negeri Filipina Tedoro Locsin mengecam keras insiden di Laut Cina Selatan, seraya mengatakan tindakan itu "mengancam hubungan khusus antara Filipina dan Cina." Dia menambahkan, "Tindakan kapal penjaga pantai Cina adalah ilegal," di utas Twitter.
Sengketa di Laut Cina Selatan
Ayungin Shoal atau yang dikenal sebagai Second Thomas Shoal terletak 194 kilometer barat provinsi Palawan di Filipina dan berada dalam zona ekonomi eksklusif 200 mil laut negara itu.
Perjalanan untuk mengirim pasokan makanan ke pasukan atau merotasi personel yang bertugas adalah hal biasa dan tidak pernah ada hambatan apapun sebelumnya.
Jurus Cina Bungkam Brunei dalam Konflik Laut Cina Selatan
Brunei yang sedang mengalami resesi membutuhkan aliran dana investasi dan mendapati Cina sebagai juru selamat. Namun pertautan kedua negara bukan tak beriak. Beijing mengharapkan balasan yang setimpal.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Han Guan
Akhir Kejayaan Minyak
Selama berpuluh tahun warga Brunei menikmati kemakmuran tak berbatas berkat produksi minyak berlimpah. Namun kemakmuran tersebut tidak bertahan lama. Pasalnya cadangan minyak Brunei bakal pupus dalam dua dekade ke depan. Negeri kesultanan itu pun dilanda resesi sejak tiga tahun terakhir dan terpaksa memangkas berbagai subsidi.
Foto: picture-alliance/dpa
Resesi Tanpa Henti
Tidak heran jika laju pertumbuhan ekonomi Brunei merangkak di kisaran 0,6% pada 2016 silam dan bahkan anjlok menjadi minus 2,7% pada 2017. Pondasi ekonomi yang terlalu bergantung pada pemasukan dari sektor migas menjadi petaka ketika harga minyak dunia menukik tajam sejak beberapa tahun terakhir.
Foto: Getty Images/AFP/R. Rahman
Ekonomi Terpusat di Ujung Hayat
Menurut analis pasar tenaga kerja, warga Brunei cendrung menginginkan pekerjaan di pemerintahan, perusahaan pelat merah atau industri minyak. Tapi justru ketiganya sedang babak belur. Akibatnya angka pengangguran meroket tajam. Kondisi ini memaksa Sultan Hassanal Bolkiah mencari sumber duit baru.
Foto: picture alliance/landov/Z. Jie
Cina Menggeser Arab
Biasanya Brunei melirik negara-negara Arab untuk mencari investasi. Namun kali ini Sultan Hasanah Bolkiah melirik poros ekonomi baru dan mendapati Cina sebagai juru selamat. Sejak beberapa tahun terakhir Beijing aktif menyuntikkan dana untuk perekonomian Brunei yang tengah lesu.
Foto: Imago/Xinhua/J. Wong
Gerbang Investasi
Ketika Citibank hengkang setelah mengawal investasi asing untuk Brunei selama 41 tahun, Bank of China justru membuka cabang di Bandar Seri Begawan. Kehadiran bank pelat merah itu diharapkan menjadi pintu masuk aliran dana investasi langsung dari Tiongkok. Sejauh ini Cina telah menginevatasikan 4,1 miliar USD di Brunei.
Foto: Getty Images/AFP/M. Ralston
Berharap Pada Duit Tiongkok
Investasi Cina mencakup berbagai sektor, mulai dari industri pertanian dan makanan, energi dan perikanan. Menurut klaim pemerintah, aliran dana investasi dari Tiongkok akan menciptakan 1.600 lapangan kerja baru dan menopang sekitar 5.000 lapangan kerja di sektor pendukung seperti logistik dan perbankan.
Foto: Fotolia/philipus
Pertaruhan Bolkiah di Utara
Pertautan itu bukan tak beriak. Sultan Bolkiah banyak membisu ihwal konflik di Laut Cina Selatan. Sikap gamang Brunei dinilai merupakan hasil dari strategi Cina mendekati negara kecil di ASEAN terkait klaim teritorial Beijing. Padahal kawasan laut yang diperebutkan diyakini mengandung cadangan energi dalam jumlah besar, sesuatu yang dibutuhkan Brunei buat menjamin kemakmuran warganya di masa depan
Tajam Diplomasi Xi
Sejak Xi Jinping memegang jabatan Sekretaris Jendral PKC 2012 silam, Beijing aktif menggunakan 'diplomasi buku cek' terhadap negara-negara ASEAN untuk mengamankan klaimnya di Laut Cina Selatan. Selain Brunei, Cina juga aktif menanam investasi di Malaysia, Laos dan Kamboja. Harapannya dengan meningkatnya kebergantungan ekonomi, ASEAN akan sulit menyatukan suara dalam konflik Laut Cina Selatan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Han Guan
8 foto1 | 8
Penasihat Keamanan Nasional Hermogenes Esperon kepada wartawan di Manila mengeluarkan pernyataan sikap, jika pemerintahnya akan mengerahkan kapal penjaga pantai Filipina dan biro perikanan dan sumber daya perairan untuk mendukung pasukan Filipina dan menegakkan undang-undang penangkapan ikan Filipina di Ayungin Shoal.
Esperon juga menambahkan bahwa jumlah kapal pengintai Cina telah meningkat di wilayah tersebut. "Pasokan akan terus kami lakukan dan kami tidak perlu meminta kepada siapapun karena itu berada dalam wilayah kami,” katanya.
Tidak ada komentar langsung dari Beijing. Sengketa wilayah ini sering terjadi di Laut Cina Selatan di mana Cina, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan saling bertentangan.
Amerika Serikat sendiri yang tidak memiliki klaim di jalur air tersebut diketahui melakukan patroli di kawasan itu untuk mencari sekutu, termasuk Filipina.