Cina dan AS - Fase Kedua Uji Klinis Vaksin Corona
16 April 2020Perusahaan farmasi asal Cina, CanSino Biologics melaporkan telah memulai fase kedua uji klinis terhadap salah satu vaksin COVID-19, demikian klaim Kementerian Riset dan Teknologi di Beijing.
Adapun di Amerika Serikat, pengembangan vaksin yang dilakukan National Institutes of Health and Moderna Inc. (NIH) tidak jauh tertinggal. Relawan yang mengikuti fase pertama uji klinis pada bulan lalu, kini bersiap mendapat dosis kedua vaksin eksperimental tersebut.
Kepala Bagian Penyakit Menular di NIH, Dr. Anthony Fauci mengakui, sejauh ini pihaknya belum mendapat "bendera merah” dalam uji klinis fase pertama dan berharap akan bisa menggelar uji klinis yang lebih besar pada Juni mendatang.
Sementara kandidat vaksin ketiga yang dikembangkan Inovio Pharmaceuticals sudah mulai menjalani fase pertama uji klinis pada pekan lalu di Amerika Serikat dan kelak di Cina.
Fase ujicoba efektivitas vaksin
Jika fase pertama pengembangan lebih berfokus pada keamanan, tahap kedua dijalankan buat mengumpulkan data klinis dari sebanyak mungkin relawan, untuk mengetahui efektivitas vaksin melumpuhkan virus di dalam trubuh.
Pekan lalu CanSino mengklaim pihaknya telah mengumpulkan 500 relawan untuk menjalani fase kedua uji klinis. Dalam proses itu ilmuwan akan mengujicoba dua dosis vaksin dengan suntikan
Pada Senin (13/4) CanSino melaporkan sebanyak 273 relawan sudah mendapat suntikan vaksin.
Sementara itu Dr. Fauci memprediksi jika wabah corona terus berkecamuk hingga musim gugur di penghujung tahun, proses pengembangan vaksin bisa dipercepat ketimbang 12 hingga 18 bulan seperti yang diprediksi di awal.
Menurutnya dalam kasus tersebut, vaksin COVID-19 sudah bisa tersedia pada "pertengahan atau akhir musim dingin,” yang berkisar antara Desember hingga Maret 2021
"Mohon diingat, semua itu berdasarkan asumsi bahwa vaksinnya berfungsi efektif. Dan ini adalah tanda tanya besar,” kata dia. "Vaksinnya harus efektif dan aman untuk digunakan.”
Cina tetap jaga mutu
Pemerintah Cina juga melayangkan peringatan serupa. "Meski kita berada di tengah situasi darurat, standar keamanan dan keampuhan vaksin tidak bisa diturunkan," kata Wang Junzhi, pakar kesehatan di Cina.
"Masyarakat mengawasi ketat proses pengembangan vaksin ini," imbuhnya.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat puluhan kandidat vaksin COVID-19 yang sedang menjalani fase awal pengembangan di seluruh dunia. Harapannya jika salah satu kandidat terbukti gagal, kandidat lain bisa menyusul ikut dikembangkan.
Vaksin yang dikembangkan CanSino dikabarkan berbasis pada salah satu vaksin Ebola yang dimanipulasi untuk meredam virus corona. Sementara vaksin yang dikembangkan di Amerika Serikat mengandalkan hasil pengurutan DNA virus corona yang dipublikasikan ilmuwan Cina pada Januari silam.
rzn/as (rtr,ap)