Cina dan AS Saling Menyalahkan dalam Sidang Umum PBB
25 September 2020
Cina dan Amerika Serikat saling serang dalam sidang umum virtual PBB, karena tuduhan salah menangani pandemi COVID-19. "Anda telah menciptakan cukup banyak masalah bagi dunia," kata Duta Besar Cina untuk PBB.
Pernyataan dari kedua belah pihak tersebut terjadi tepat setelah Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berbicara tentang minimnya kerja sama internasional untuk membendung ancaman COVID-19.
Dua hari sebelumnya, Presiden AS Donald Trump dalam pidatonya menuntut Cina bertanggung jawab karena telah menyebarkan "wabah" ke seluruh dunia.
Kesenjangan semakin dalam
Pada akhir pertemuan virtual dengan anggota Dewan Keamanan PBB yang membahas Tata Kelola Global Pasca COVID-19, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi menyinggung negara-negara, termasuk AS, yang memilih untuk tidak memproduksi vaksin menjadi kebutuhan publik global.
Utusan tertinggi Cina itu juga menekankan pentingnya kerja sama pembuatan vaksin dan kepentingan untuk mengutamakan "masa depan umat manusia".
Berlomba Mencari Vaksin Corona
Pandemi Covid-19 menerjang cepat dan sudah tewaskan 450.000 jiwa kurang dari enam bulan. Hal ini pun picu lomba pembuatan vaksin yang efektif dan aman. Dari 100 potensi vaksin, inilah yang sudah uji klinis pada manusia.
Foto: picture-alliance/dpa/J.-P. Strobel
BioNTech dari Jerman dan Pfizer dari AS
Perusahaan bioteknologi Jerman BioNTech menjadi yang pertama mendapat rekomendasi dari Paul Ehrlich Institut untuk uji klinis pada manusia. Fase pertama dilakukan tes pada manusia dengan 12 relawan pada bulan April lalu. Bersama perusahaan farmasi AS Pfizer akan di lakukan uji klinis berikutnya untuk calon vaksin BNT162 dengan 360 relawan di AS.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Albrecht
CureVac dari Jerman
Perusahaan Jerman CureVac juga telah mendapat izin dari otoritas Jerman, dan siap melakukan uji klinis vaksin virus corona. Bulan Juni ini perusahaan dari kota Tübingen itu akan menguji calon vaksinnya pada 168 relawan. Pemerintah Jerman juga menanam investasi senilai 300 juta Euro di perusahaan bioteknologi ini.
Foto: picture-alliance/Geisler-Fotopress/S. Kanz
Moderna dari AS
Perusahaan bioteknologi AS, Moderna Inc adalah yang pertama di dunia yang mengumumkan uji klinis calon vaksin mRna-1273 pada manusia. CEO Moderna bertemu Presiden Trump Maret lalu untuk melaporkan perkembangan positif. Pemerintah AS mendukung dengan dana 483 juta US Dolar. Akhir Mei, fase kedua uji klinis dimulai dengan 600 relawan. Moderna bisa produksi hingga 500 juta dosis vaksin per tahun.
Foto: picture-alliance/CNP/AdMedia/K. Dietsch
AstraZeneca Swedia/Inggris dan Oxford Inggris
Perusahaan farmasi Swedia/Inggris AstraZeneca bersama Oxford University lakukan uji klinis vaksin eksperimental pada manusia di Inggris dan Brasil. Calon vaksin berasal dari virus adeno simpanse ChAdOx1. Bulan Mei dilakukan uji fase dua dengan 10.000 relawan. Produksi vaksin diharap bisa dimulai akhir tahun 2020, dengan kapasitas hingga dua miliar dosis. Uni Eropa sudah memesan 400 juta dosis.
Foto: picture-alliance/AP Photo/University of Oxford
Kaiser Permanente AS
Kaiser Permanente Washington Health Research Institute (KPWHRI) sudah melakukan uji klinis vaksin corona pada manusia dengan sampel kecil Maret lalu. Uji coba juga dilakukan pada manula. Riset dibiayai oleh jawatan kesehatan federal AS dengan vaksin yang dikembangkan moderna. (as/gtp)
Foto: picture-alliance/AP/T. Warren
5 foto1 | 5
Duta Besar AS untuk PBB Kelly Craft membalas, dengan mengatakan: "saya sebenarnya sangat malu dengan Dewan ini, anggota Dewan yang mengambil kesempatan ini untuk fokus pada dendam politik daripada masalah kritis yang ada. Ya ampun."
Craft menambahkan bahwa anggota dewan perlu "bekerja sama dalam transparansi dan beritikad baik.''
"Saya harus mengatakan, cukup sudah cukup. Anda telah menciptakan cukup banyak masalah bagi dunia," kata Duta Besar Cina untuk PBB Zhang Jun, meskipun utusan AS telah pergi pada saat ia berbicara.
"Dengan teknologi dan sistem medis paling canggih di dunia, mengapa AS memiliki kasus infeksi dan kematian akibat COVID-19 paling banyak?" Zhang bertanya dalam konferensi video yang dihadiri oleh beberapa pemimpin dunia.
Zhang mendesak AS untuk berperilaku seperti negara dengan kekuatan besar, dan menambahkan bahwa AS "benar-benar terisolasi".
Percakapan tajam tersebut mencerminkan perpecahan yang dalam, antara dua negara paling berpengaruh ketika dunia terus bergulat dengan wabah virus corona yang berasal dari Wuhan, Cina pada akhir tahun 2019.