1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cina dan AS Sepakat Kurangi Emisi CO2

12 November 2014

Sebuah "langkah historis" dibuat oleh Amerika Serikat dan Cina. Kedua negara sepakat mengurangi emisi gas rumah kaca. AS berambisi memangkas seperempat emisi hingga 2025, adapun Cina menetapkan batas hingga 2030.

Barack Obama und Xi Jinping in Peking 12.11.2014
Foto: Reuters/G. Baker

Ketika mata dunia tertuju pada perseteruan antara Vladimir Putin dan Barack Obama, atau Shinjo Abe dan Xi Jinping yang dipaksa berjumpa di forum APEC di Beijing, sebuah kesepakatan historis dibuat. Amerika Serikat dan Cina mengumumkan komitmen bersama untuk mengurangi kadar CO2.

"Ini adalah lompatan jauh dalam hubungan antara Amerika Serikat dan Cina," kata Presiden Barack Obama saat menggelar jumpa pers bersama di Beijing.

Beijing berkomitmen paling lambat 2030 membatasi emisi karbondioksida. Belum pernah sebelumnya negeri tirai bambu itu berniat membatasi pertumbuhan emisi CO2 miliknya.

Menambah Tekanan Politik buat Negara Lain

Betapapun juga, Cina akan tetap menggenjot produksi energi lewat penggunaan batu bara untuk memenuhi kebutuhan nasional yang melonjak. Tapi Beijing juga berkomitmen meningkatkan penggunaan energi terbarukan menjadi 20 persen. Saat ini energi ramah lingkungan mencakup sekitar 10 persen dari produksi energi nasional.

Dalam kesepakatan itu, Amerika Serikat berkomitmen hingga tahun 2025 mengurangi emisinya sebanyak 26 hingga 28 persen di bawah level emisi 2005. Menurut seorang pejabat di pemerintahan Obama, dengan kesepakatan ini kedua negara ingin mendorong negara lain menetapkan sasaran pengurangan emisi.

Pengamat meyakini, sikap AS dan Cina akan menciptakan dinamika baru pada Konfrensi Iklim di Paris tahun depan. "Sebagai kekuatan ekonomi dan penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar, kami memiliki tanggungjawab khusus dalam upaya global memerangi perubahan iklim, kata Obama.

Kabar Baik buat Konfrensi Iklim 2015

Presiden Cina XI Jinping mengklaim pihaknya bersedia menjalin kesepakatan dengan AS "untuk memastikan negosiasi Iklim di Paris 2015 membuahkan perjanjian dan kesepakatan untuk kerjasama praktis dalam energi terbarukan, perlindungan lingkungan dan bidang lainnya."

Ambisi Cina menggandakan produksi energi dari sumber terbarukan hingga 20% pada 2030 "menuntut pembangunan kapasitas sebanyak 800-1000 gigawatt dalam bentuk energi nuklir, angin, matahari dan sumber lainnya," tulis Gedung Putih dalam pernyataannya.

Jumlah tersebut, kata Gedung Putih, melebihi kapasitas semua pembangkit listrik bertenaga batu bara yang ada di Cina saat ini dan "hampir mencapai kapasitas produksi listrik di Amerika Serikat saat ini."



rzn/hp (dpa,ap,rtr)