1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cina dan Australia: "Sahabat" di Meja, Rival di Laut

27 Oktober 2025

Cina dan Australia berusaha menjaga hubungan tetap stabil meskipun ada ketegangan terkait insiden militer di Laut Cina Selatan dan rivalitas di kawasan Asia-Pasifik.

Malaysia Kuala Lumpur 2025
Perdana Menteri Cina, Li Qiang siap bermitra dengan AustraliaFoto: Vincent Thian/POOL/AFP/Getty Images

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese pada hari Senin (27/10) menggambarkan hubungan kedua negara - Cina dan Australia- sebagai hubungan antara "sahabat”.

Perdana Menteri Cina Li Qiang mengatakan bahwa Beijing siap membangun kemitraan yang lebih stabil dan strategis dengan Australia. Pernyataan itu disampaikan kepada Albanese di sela-sela pertemuan puncak  para pemimpin Asia Tenggara di Malaysia, sebagaimana dilaporkan kantor berita resmi Cina, Xinhua.

Albanese sendiri telah mengunjungi Cina pada Juli lalu untuk memperbaiki hubungan yang sebelumnya hampir putus di bawah pemerintahan Australia terdahulu. Ia berjanji untuk menjaga jalur komunikasi tetap terbuka dan mencari bidang-bidang kerja sama, sembari menghindari potensi "kesalahpahaman”.

Menurut laporan Xinhua, Li mengatakan bahwa hubungan Cina–Australia saat ini menunjukkan tren positif dalam pertemuan mereka di Kuala Lumpur.

Sempat saling sindir

Pekan lalu, kedua negara sempat saling sindir terkait insiden antara militer mereka di Laut Cina Selatan — wilayah yang sebagian besar diklaim oleh Beijing sebagai bagian dari teritorialnya.

Australia menuduh jet tempur Cina menjatuhkan suar (flare) di dekat salah satu pesawat patroli Australia, sementara Beijing menuduh Canberra mencoba menutupi "pelanggaran” ke wilayah udara Cina."Saya sudah menyampaikan secara langsung bahwa insiden ini menjadi perhatian serius bagi Australia,” kata Albanese kepada wartawan setelah pertemuannya dengan Li.

Pada Februari lalu, Australia juga mengecam tindakan pilot jet tempur Cina bertindak "tidak aman dan tidak profesional” karena menjatuhkan suar dalam jarak sekitar 30 meter dari pesawat patroli maritim Australia, juga diLaut Cina Selatan.

Menjadi ‘sahabat'

Di kawasan Asia-Pasifik, Cina terus memperluas pengaruhnya terhadap negara-negara Kepulauan Pasifik melalui perdagangan dan diplomasi.

Pada tahun 2022, Beijing menandatangani perjanjian keamanan dengan Kepulauan Solomon, dan setahun kemudian menandatangani kesepakatan kerja sama kepolisian.

Bulan ini, Australia menandatangani perjanjian kerja sama pertahanan dengan Papua Nugini — langkah yang menurut para pengamat bertujuan untuk menyeimbangkan meningkatnya kehadiran keamanan Cina di kawasan tersebut.

Meskipun ada rivalitas dan insiden militer, hubungan ekonomi kedua negara tetap stabil. Keduanya secara konsisten menyerukan perdagangan bebas dan dialog yang lebih mendalam.

Menurut laporan Xinhua, Li mengatakan bahwa Cina bersedia bekerja sama dengan Australia dalam bidang ekonomi hijau, industri berteknologi tinggi, dan sektor digital.

Albanese menambahkan bahwa pertemuannya yang ketujuh dengan Li menunjukkan bahwa Australia dan Cina — mitra dagang terbesar bagi Australia —mampu mengelola perbedaan melalui dialog. "Kami memang memiliki perbedaan, dan sebagai sahabat bisa membahas isu-isu itu secara terbuka — itulah yang saya lakukan,” ujarnya.

Editor: Yuniman Farid

Latgab Militer ASEAN Pertama

01:00

This browser does not support the video element.

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya