Dua raksasa Asia bersaing untuk mendapatkan dukungan dari negara kepulauan di Samudra Hindia, di mana partai pro-Beijing baru saja menang telak dalam pemilihan parlemen.
Iklan
Kemenangan besar Kongres Nasional Rakyat PNC dari presiden Mohamed Muizzu dalam pemilihan parlemen di Maladewa pada akhir pekan, dapat menandai perubahan penting menuju kebijakan luar negeri yang lebih pro-Beijing. PNC berhasil merebut 70 dari 93 kursi.
Partai Demokrat Maladewa MDP, yang dipimpin oleh mantan Presiden Ibrahim Mohamed Solih, yang dianggap sebagai pemimpin pro-India, hanya memenangkan 15 kursi, dibanding dulunya 65 kursi.
Presiden Mohammed Muizzu memang menjalankan kampanye "India Out" dan tidak pernah merahasiakan sikap anti-India dan pro-Cina sejak ia menjabat pada November tahun lalu.
Pengurangan personel militer India
Dalam beberapa jam setelah menjabat, Mohammed Muizzu menuntut pemulangan personel militer India yang mengoperasikan tiga platform penerbangan di Maladewa pada bulan Mei.
Kedua negara telah sepakat untuk menyelesaikan penarikan 89 tentara India dan staf pendukung mereka dari Maladewa pada tanggal 10 Mei. Pada bulan Maret, 25 tentara India yang dikerahkan di atol paling selatan Addu meninggalkan kepulauan tersebut sebagai bagian dari kesepakatan penarikan itu. Maladewa juga memutuskan untuk tidak memperbarui perjanjian tahun 2019 dengan India mengenai survei hidrografi perairan negara kepulauan itu.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Menyusul kemenangan PNC, Cina menyatakan kesediaannya untuk memperdalam kemitraan antara kedua negara. Beijing sudah terlibat dalam beberapa proyek infrastruktur dan investasi ekonomi di Maladewa sebagai bagian dari proyek global Belt and Road Initiative (BRI).
"Cina ingin bekerja sama dengan Maladewa dan meneruskan persahabatan dan kerja sama tradisional di segala bidang, memperdalam kemitraan kerja sama komprehensif kami, dan membangun komunitas masa depan strategis bersama antara kedua negara yang menguntungkan kedua bangsa," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin pada konferensi pers di Beijing hari Senin (23/4),
Iklan
Menjaga persahabatan dengan India, atau lebih banyak bantuan dari Cina?
Gulbin Sultana, peneliti di Institut Studi dan Analisis Pertahanan Manohar Parrikar di India, mengatakan kehadiran Cina akan meningkat dalam jangka pendek, terutama setelah kunjungan Muizzu ke Cina bulan Januari lalu, di mana kedua belah pihak menandatangani perjanjian di beberapa bidang. kerja sama. "Bahkan jika PNC dan Presiden Muizzu ingin mengurangi ketergantungan Maladewa pada impor dari India, hal ini harus dilakukan dengan mengingat beban utang negara dan situasi ekonomi serta situasi geopolitik global,” kata Sultana kepada DW.
Maladewa saat ini menghadapi masalah peningkatan utang, rendahnya pendapatan, dan menipisnya cadangan devisa. Negara ini mengalami defisit anggaran dan memerlukan bantuan serta hibah. "Dalam hal pendapatan pariwisata dan masalah ekonomi lainnya, Muizzu tidak bisa mengabaikan India terlalu lama,” kata Srikanth Kondapalli, pakar Cina di Sekolah Studi Internasional Universitas Jawaharlal Nehru, kepada DW.
Anil Wadhwa, seorang diplomat veteran India, yakin kemenangan politik terbaru presiden Maladewa hanya akan memberinya keberanian untuk melakukan kolaborasi dengan Cina, yang dapat merugikan keamanan India dalam jangka panjang. "Cina juga akan berusaha melakukan konsolidasi lebih lanjut di Maladewa. Pilihan India akan semakin terbatas dan akan sulit untuk menjaga pengaruh Cina agar tidak semakin besar,” katanya kepada DW.
(hp/as)
Negara Terbaik Buat Berwisata Tanpa Visa
Tidak perlu memegang paspor negara maju buat berkelana ke luar negeri tanpa visa. Buat warga negara Indonesia, negara-negara di luar ASEAN ini bisa disambangi tanpa perlu meminta izin masuk di kedutaan terlebih dahulu.
Foto: picture-alliance/dpa/EPA
Turki
Sebenarnya berpelesir ke Turki buat WNI tidak bebas sepenuhnya. Pelancong masih membutuhkan visa. Tapi berbeda dengan visa pada umumnya, Turki menawarkan pembuatan visa elektronik yang bisa dibayar langsung tanpa perlu mengantri terlebih dahulu. Kedutaan menganjurkan pengajuan visa selambatnya 48 jam sebelum tanggal keberangkatan. Tapi jika pun mendesak, WNI bisa meminta visa on arrival di Turki
Foto: picture-alliance/Marius Becker
Hong Kong
Warga negara Indonesia bisa masuk dan menetap selama 30 hari di Hong Kong tanpa memerlukan visa. Perjalanan udara ke wilayah otonom Cina ini tergolong murah. Sebuah maskapai penerbangan Indonesia misalnya menawarkan tiket sekali jalan mulai satu juta Rupiah. Tapi siapkan kocek yang tebal, karena hal yang paling umum dilakukan pelancong asing di Hong Kong adalah berbelanja.
Foto: Getty Images/AFP/P. Lopez
Maroko
Warga negara Indonesia yang ingin mengunjungi Maroko tidak memerlukan visa dan bisa menetap selama 90 hari. Negeri di Afrika Utara ini menyimpan ragam tujuan wisata yang menarik, mulai dari Mesjid Kutubiyya atau pasar malam yang terkenal di Marrakesh.
Foto: picture-alliance/dpa
Maladewa
Pemerintah Maladewa yang bergantung dari pariwisata membebaskan visa masuk buat semua warga negara, termasuk dari Indonesia. Negeri kepulauan di jantung Samudera Hindia ini cuma punya satu corak wisata, yakni pantai dan laut. Namun begitu keindahan laut Maladewa sering dikatakan sebagai yang terbaik di dunia.
Foto: Hamid Delavari
Jepang
Pemberlakuan bebas visa buat WNI yang ingin berpergian ke Jepang sejauh ini baru berlaku buat pemegang paspor elektronik. Cuma jangan khawatir karena membuat e-paspor ternyata sama mudahnya seperti membuat paspor biasa. Hanya saja harganya sedikit lebih mahal, dan cuma bisa dibuat di kantor imigrasi kelas I di Jakarta, Surabaya, dan Batam.
Foto: K.Nogi/AFP/Getty Images
Chile
Pemerintah Chile membebaskan visa kunjungan buat warga negara Indonesia selama 90 hari. Terutama buat pelancong yang gemar bertualang di alam bebas, negara di Amerika Selatan ini menawarkan beragam tujuan yang unik dan menantang. Gurun Atacama atau taman nasional Torres del Paine adalah salah satu tujuan wisata kegemaran pelancong asing.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Ruiz
Kenya
Serupa seperti Turki, pemerintah Kenya menyediakan fasilitas visa elektronik buat warga negara Indonesia. Pelancong dari tanah air selain itu juga bisa mengajukan permohonan visa di bandar udara alias on arrival. Namun begitu wisata di Kenya masih tergolong mahal, bahkan buat warga Eropa sekalipun. Kenya dikenal dengan wisata safari seperti di taman nasional Masai Mara dan Nairobi National Park.
Foto: alphaspirit / Fotolia
India
Jika anda ingin menyambangi monumen bersejarah Taj Mahal atau kuil emas di Amritsar, pemerintah India menyediakan fasilitas visa elektronik buat warga negara Indonesia. Setiap pemohon diwajibkan membayar 48 US Dollar untuk setiap visa elektronik. Selain itu penggunaan e visa juga dibatasi pada dua kali kunjungan dalam setahun.
Foto: picture-alliance/David Ebener
Peru
Setiap warga negara Indonesia diperbolehkan menetap selama 183 hari di Peru tanpa perlu meminta visa atau setidaknya dengan visa on arrival. Kendati ongkos penerbangannya tergolong mahal, Peru termasuk segelintir negara yang patut disambangi. Antara lain karena peninggalan kota suku Inca, Machu Picchu yang termasuk keajaiban dunia.