1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

200109 China Obama

22 Januari 2009

Demam Obama juga tak bisa ditahan Cina. Kalangan pemimpin menanggapi tenang, karena toh hubungan dengan AS sangat baik di bawah Bush. Namun, nilai tukar mata uang bisa muncul sebagai persoalan.

Foto: AP

Pada 7 Januari lalu berlangsung pertandingan tenis meja yang patut dikenang, di ibukota Cina. Sebuah pertandingan bernilai politik tinggi. Bahkan Wakil Menlu AS John Negroponte ikut di dalamnya. Orang merayakan peringatan 30 tahun hubungan diplomatik antara Beijing dan Washington. Dengan pertandingan tenis meja, orang juga mengenang apa yang disebut diplomasi Ping-Pong tahun 1971. Yaitu memungkinkan pendekatan antara kedua negara dengan ideologi dasar yang saling berlawanan.

Pada perayaan 30 tahun hubungan diplomatik antara Washington dan Beijing, situasi hubungan pada saat ini mendapat pujian selangit. Cina paham, sebagian kesejahteraan yang mereka nikmati adalah berkat politik perdagangan bebas George Bush. Cina berterimakasih untuk kehadiran Bush pada upacara pembukaan Olimpiade di Beijing Agustus tahun lalu. Dan Cina berterimakasih atas usaha Bush menahan retorika kemerdekaan mantan Presiden Taiwan Chen Shui-Bian.

Kini muncul pemerintahan baru di Washington. Toh Cina menunjukkan sikap tenang. Saat Barack Obama terpilih awal November, komentar-komentar yang dikeluarkan Cina terdengar senada, bahwa tidak diharapkan perubahan besar dalam politik Cina yang dijalankan Amerika. Krisis global menyebabkan kedua negara bekerjasama erat.

Cina dan AS terkait erat secara ekonomi. Keduanya sama-sama merupakan mitra dagang terpenting bagi masing-masing pihak. Tambahan lagi, Cina adalah kreditor terbesar Amerika, dengan memegang surat berharga AS senilai hampir 600 miliar dolar .

Dalam kampanye pemilu Obama, Cina jarang muncul sebagai tema hingga pada satu titik ia berulang kali mengecam Beijing menggunakan nilai tukar rendah buatan untuk memaksa ekspor Cina ke AS dan menghindari ekspor Amerika ke Cina. Pakar ilmu politik Gu Xuewu dari kota Bochum, Jerman, memperkirakan terjadi pergesekan antara Beijing dan Washington.

Gu Xuewu mengatakan, "Dalam aspek ini saya berasumsi, Obama dan tim ekonominya akan memberi tekanan cukup besar beberapa pekan dan bulan ke depan, untuk memaksa pemerintah di Beijing memberlakukan nilai tukar fleksibel yang berorientasi pasar, bagi mata uang Cina."

Di pihak lain, Obama sangat populer di Cina. Buku karangan Obama "Audacity of Hope“, keberanian harapan, yang diterbitkan dalam bahasa Cina, masuk daftar best seller sejak berminggu-minggu. Menurut hasil jajak pendapat, 75% rakyat Cina memilih Obama. Sebaliknya, jajaran pemimpin politik lebih memilih Republik. Meski begitu Beijing punya harapan tinggi pada Obama.

Menurut Professor Gu alasannya adalah, "... bahwa Obama adalah orang yang dari sudut pandang Cina mungkin lebih mengerti dan lebih berpengalaman dengan kultur dan latar belakang non-Amerika. Maka terhubunglah harapan Cina pada presiden baru, agar ia menunjukkan pengertian lebih pada kepentingan dan permintaan spesifik Cina, yang tidak harus sesuai dengan tradisi Amerika.“

Satu hal yang juga membuat rakyat Cina tertarik adalah, saudara tiri Obama sudah enam tahun tinggal di Cina dan menikah dengan seorang perempuan Cina. Tambahan lagi, Menteri Urusan Energi AS yang baru ditunjuk Obama, Steven Chu adalah putra imigran Cina. (rp)