Desakan pemerintah Cina untuk memperluas cakupan pendidikan kebangsaan hadir di tengah meningkatnya tantangan domestik dan internasional. Ini juga memperlihatkan kecemasan para pimpinan, kata para pengamat.
Iklan
Pemerintah Cina baru-baru ini telah mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pendidikan Kebangsaan baru kepada Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional, ungkap badan legislatif resmi negara.
Undang-undang ini bertujuan untuk menanamkan sikap patriotisme dan kesetiaan kepada Partai Komunis Cina di kalangan pemuda Tiongkok dalam segala aspek kehidupan. Pemerintah Cina ingin mulai menegakkan pendidikan patriotik di sekolah-sekolah, komunitas agama, bisnis, dan bahkan keluarga.
RUU yang baru ini akan memperjelas bahwa orang tua "harus memasukkan cinta tanah air dalam pendidikan di keluarga."
Rancangan tersebut juga mencantumkan hukuman pelanggaran seperti menghina bendera nasional hingga mempertanyakan kembali sejarah dan perjuangan pahlawan Partai Komunis Cina yang telah diakui, di antara kegiatan lainnya.
Pada bulan Juni lalu, RUU ini telah disidangkan untuk pertama kalinya.
Fenomena Hilangnya Orang Terkenal di Cina Selama Bertahun-tahun
Setelah membuat tuduhan penyerangan seksual terhadap mantan Wakil Perdana Menteri Zhang Gaoli, petenis Peng Shuai tidak terlihat selama dua minggu. Berikut beberapa tokoh Cina lainnya yang menghilang secara misterius.
Foto: Andy Brownbill/AP Photo/picture alliance
Peng Shuai
Pada 2 November 2021, Peng Shuai membagikan postingan di platform media sosial Weibo, menuduh mantan Wakil Perdana Menteri Zhang Gaoli, telah melakukan pelecehan seksual terhadapnya. Setelah mengunggah hal tersebut, dia tidak terlihat selama dua minggu. Shuai akhirnya muncul kembali di Beijing dan mengadakan panggilan video dengan Presiden IOC Thomas Bach.
Foto: Bai Xue/Xinhua/picture alliance
Ren Zhiqiang
Pada Februari 2020, Ren Zhiqiang, mantan taipan real estat dan pengkritik Presiden Xi Jinping, menulis esai yang mengkritik otoritas Cina atas kegagalan mereka menanggapi pandemi COVID-19 dan menyebut Xi sebagai "badut." Setelah postingan itu, ia menghilang dari pandangan publik dan pada akhir tahun 2020 dijatuhi hukuman 18 tahun penjara karena kasus korupsi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Color China Photo
Chen Qiushi
Pada awal tahun 2020, jurnalis Chen Qiushi pergi ke Wuhan, pusat pandemi COVID-19, dan membuat video tentang apa yang terjadi di kota tersebut. Pada Februari 2020, ia dibawa pergi oleh pihak berwenang dan muncul kembali 600 hari kemudian. "Selama satu tahun delapan bulan terakhir, saya telah mengalami banyak hal. Ada yang bisa dibicarakan, ada yang tidak," ujarnya.
Foto: Privat
Lu Guang
Pada akhir tahun 2018, Lu Guang, seorang fotografer yang berbasis di AS, dibawa pergi oleh pejabat keamanan negara saat bepergian di provinsi Xinjiang barat Cina, pusat tindakan keras Beijing terhadap Muslim Uighur. Penangkapan Lu menarik perhatian internasional dan kecaman luas. Pada September 2019, istri Lu mencuitkan bahwa suaminya telah dibebaskan beberapa bulan sebelumnya dan aman di rumah.
Foto: Xu Xiaoli
Meng Hongwei
Pada Oktober 2018, mantan Presiden Interpol Cina, Meng Hongwei, menghilang di tengah masa jabatan empat tahunnya saat dalam perjalanan ke Cina. Belakangan diketahui bahwa dia ditahan, dituduh melakukan suap, dan kejahatan lainnya. Interpol kemudian mengumumkan bahwa Meng telah mengundurkan diri dari jabatannya. Dia kemudian dijatuhi hukuman lebih dari 13 tahun penjara.
Foto: Getty Images/AFP/R. Rahman
Ai Weiwei
Ai Weiwei, seniman dan aktivis terkenal di Cina. Dia bahkan membantu merancang stadion Sarang Burung Olimpiade Beijing 2008 sebelum berselisih dengan pihak berwenang Cina. Pada tahun 2011, Ai ditangkap di bandara Beijing dan menghabiskan 81 hari dalam tahanan tanpa dakwaan. Setelah diizinkan meninggalkan Cina pada 2015, ia tinggal di Jerman dan Inggris. Namun, sejak 2021 dia menetap di Portugal.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Sommer
Jack Ma
Jack Ma, pendiri perusahaan Alibaba, sempat tidak diketahui keberadaannya setelah mengkritik regulator Cina dalam pidato pada Oktober 2020. Meskipun ada desas-desus bahwa Ma ditahan, teman-temannya mengatakan itu tidak benar. Dua bulan kemudian Ma muncul kembali dalam sebuah pesan video, tetapi tidak menyebutkan hilangnya dia dari sorotan publik.
Foto: Blondet Eliot/ABACA/picture alliance
Zhao Wei
Zhao Wei tidak terlihat di depan umum sejak Agustus 2021. Beijing telah memastikan bahwa dia "terhapus" dari sejarah, saat film dan acara TV-nya tak lagi muncul di platform streaming online tanpa penjelasan. Namanya juga telah dihapus dari kredit film dan program TV. Meskipun Wei dilaporkan terlihat di Cina timur pada September, keberadaan pastinya masih belum jelas. (rs/ha)
Foto: picture-alliance/dpa/C. Onorati
8 foto1 | 8
Langkah untuk mencuci otak anak muda Tiongkok?
Langkah pengajuan RUU baru ini menunjukkan bahwa para pemimpin Partai Komunis Cina memandang kaum muda Tiongkok sebagai ancaman terhadap kekuasaan dan legitimasi partai, kata para pengamat.
Iklan
Kaum muda Tiongkok telah mulai banyak menyuarakan perbedaan pendapat dan melakukan aksi protes, seperti aksi protes tahun lalu terhadap kebijakan pemerintah Beijing saat COVID-19 yang dinilai cukup ketat.
Para kritikus mengecamnya sebagai upaya untuk "mencuci otak generasi muda."
"Semakin banyak kelas patriotisme yang dimaksudkan untuk mencuci otak menjadi hal yang wajib" dalam beberapa tahun terakhir, ungkap William (nama disamarkan) kepada DW, seorang penentang Tiongkok yang berafiliasi dengan lembaga nonprofit Cina Deviants, yang berbasis di London.
Hung Chin-fu, seorang profesor di Universitas Nasional Cheng Kung, Taiwan, yang ahli dalam politik dan masyarakat Tiongkok, mengatakan bahwa tujuan legislasi tersebut adalah untuk membuat anak muda Tiongkok "mencintai [Presiden Cina] Xi Jinping atau mencintai ideologi Xi Jinping."
Hong Kong: 20 Tahun Setelah Dikembalikan ke Cina
Hong Kong dikembalikan ke bawah kekuasaan Cina 20 tahun lalu, setelah dikuasai Inggris selama 156 tahun. Sejarah kawasan itu selama ini sudah ditandai sejumlah aksi protes terhadap Cina.
Foto: Reuters/B. Yip
1997: Momentum Bersejarah
Penyerahan Hong Kong dari Inggris kepada Cina terjadi tanggal 1 Juli 1997. Wilayah Hong Kong menjadi koloni Inggris tahun 1842 dan dikuasai Jepang selama Perang Dunia II. Setelah Hong Kong kembali ke Cina, situasi politiknya disebut "satu negara, dua sistem."
Foto: Reuters/D. Martinez
1999: Tidak Ada Reuni Keluarga
Keluarga-keluarga yang terpisah akibat perbatasan Hong Kong berharap akan bisa bersatu lagi, saat Hong Kong kembali ke Cina. Tetapi karena adanya kuota, hanya 150 orang Cina boleh tinggal di Hong Kong, banyak yang kecewa. Foto: Aksi protes warga Cina (1999) setelah permintaan izin tinggal ditolak oleh Hong Kong.
Foto: Reuters/B. Yip
2002: Harapan Yang Kandas
Masalah izin tinggal muncul lagi April 2002 ketika Hong Kong mulai mendeportasi sekitar 4.000 warga Cina yang "kalah perang" untuk dapat izin tinggal di daerah itu. Keluarga-keluarga yang melancarkan aksi protes di lapangan utama digiring secara paksa.
Foto: Reuters/K. Cheung
2003: Pandemi SARS
2003, virus SARS yang sangat mudah menular mencengkeram Hong Kong. Maret tahun itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan adanya pandemi di kawasan itu. Pria ini (foto) hadir dalam upacara penguburan Dokter Tse Yuen-man bulan Mei. Dr. Tse secara sukarela menangani pasien SARS dan tertular virus itu. Hong Kong dinyatakan bebas SARS Juni 2003. Hampir 300 orang tewas akibat penyakit ini.
Foto: Reuters/B. Yip
2004: Demonstrasi bagi Demokrasi
Politik Cina "satu negara, dua sistem" kerap sebabkan ketegangan. 2004, dalam peringatan ke tujuh penyerahan kembali Hong Kong, ratusan ribu orang memprotes, dan menuntut reformasi politik. Mereka menyerukan demokrasi dan pemilihan pemimpin Hong Kong berikutnya.
Foto: Reuters/B. Yip
2008: Tidak Ada Tempat Tinggal
Harga properti yang sangat tinggi sebabkan biaya sewa yang juga tinggi. 2008 rasanya tak aneh jika melihat orang seperti Kong Siu-kau tinggal di apa yang disebut "rumah kandang." Besarnya 1,4 m persegi, dikelilingi kawat besi, dan dalam satu ruang biasanya ada delapan. Sekarang sekitar 200.000 orang menyebut sebuah "kandang" atau satu tempat tidur di apartemen yang disewa bersama, sebagai rumah.
Foto: Reuters/V. Fraile
2009: Mengingat Lapangan Tiananmen
Saat peringatan 20 tahun pembantaian brutal pemerintah Cina di Lapangan Tiananmen (4 Juni 1989), penduduk Hong Kong berkumpul dan menyalakan lilin di Victoria Park. Ini menunjukkan perbedaan besar antara Hong Kong dan Cina. Di Cina pembantaian atas orang-orang dan mahasiswa yang prodemokrasi hanya disebut Insiden Empat Juni.
Foto: Reuters/A. Tam
2014: Aksi Occupy Central
Sejak September 2014, protes skala besar yang menuntut lebih luasnya otonomi mencengkeram Hong Kong selama lebih dari dua bulan. Ketika itu Beijing mengumumkan Cina akan memutuskan calon pemimpin eksekutif Hong Kong dalam pemilihan 2017. Aksi protes disebut Revolusi Payung, karena demonstran menggunakan payung untuk melindungi diri dari semprotan merica dan gas air mata.
Foto: Reuters/T. Siu
2015: Olah Raga Yang Penuh Politik
Kurang dari setahun setelah Occupy Central berakhir, Cina bertanding lawan Hong Kong dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia sepak bola, 17 November 2015. Para pendukung Cina tidak disambut di Hong Kong. Para fans Hong Kong mengejek dan berteriak-teriak ketika lagu kebangsaan Cina dimainkan, dan mengangkat poster bertuliskan "Hong Kong bukan Cina." Pertandingan berakhir 0-0.
Foto: Reuters/B. Yip
2016: Kekerasan Baru
February 2016 tindakan brutal polisi Hong Kong kembali jadi kepala berita. Pihak berwenang berusaha singkirkan pedagang ilegal di jalanan dari kawasan pemukiman kaum buruh di Hong Kong. Mereka mengirim polisi anti huru-hara, yang menggunakan pentungan dan semprotan merica. Bentrokan ini yang terbesar setelah Revolusi Payung 2014. Penulis: Carla Bleiker (ml/hp)
Foto: Reuters/B. Yip
10 foto1 | 10
Tantangan domestik dan internasional
Usulan tersebut muncul di saat Cina tengah menghadapi tantangan domestik serta internasional. Negara ini tengah berjuang melawan perlambatan ekonomi, dengan pasar properti yang bermasalah, permintaan domestik yang melemah dan angka pengangguran kaum muda yang meningkat.
Masalah-masalah itu yang memicu kekhawatiran pada periode pertumbuhan yang lebih rendah dan berkepanjangan, untuk negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut. Sementara itu, persaingan strategis dan ketidakpercayaan antara Cina dan negara Barat juga semakin meningkat.
Kathy Huang, seorang pakar Cina di Dewan Hubungan Luar Negeri, mengatakan kepada DW bahwa usulan legalisasi sikap patriotisme itu "merupakan sebuah fokus yang disengaja dan tepat waktu, mengingat situasi lingkungan domestik Tiongkok saat ini."
"Upaya-upaya ini mengungkapkan kegelisahan Xi tentang pertumbuhan Cina dan kecemasannya atas masa depan popularitas partainya," tambah Huang.
Hung juga menggemakan pandangan yang serupa. Hung mengungkapkan bahwa, "dalam menghadapi tantangan situasi domestik dan internasional ini, kami melihat Xi Jinping mengambil langkah-langkah yang lebih besar untuk menjaga stabilitasnya." Hal itu juga termasuk pada langkah lainnya yang diambil baru-baru ini, seperti pengesahan undang-undang hubungan luar negeri dan kontra spionase.
Undang-undang hubungan luar negeri mengancam tindakan balasan terhadap pihak-pihak yang dianggap merugikan kepentingan Tiongkok, sementara undang-undang kontra spionase telah memicu kekhawatiran di kalangan komunitas para pebisnis asing.
5 Hal Yang Jarang Diketahui Tentang Presiden Cina Xi Jinping
Presiden Cina Xi Jinping diyakini akan terpilih lagi untuk masa jabatan kedua sampai 2022. Apa yang saja yang belum banyak diketahui publik tentang orang nomor satu Cina ini?
Foto: Reuters/J. Lee
Anak kalangan elit
Xi Jinping dilahirkan 15 Juni 1953. Ia berasal dari keluarga kalangan elit politik. Ayahnya Xi Zhongxun pernah menjadi wakil Mao Zedong. Antara 1999 sampai 2002 dia menjabat sebagai Gubernur di daerah Fujian.
Foto: picture-alliance/CPA
Karir cemerlang
Foto di atas berasal dari tahun 1983 dan menunjukkan Xi Jinping di kantornya. Tahun 2007, Xi Jinping pernah memimpin Partai Komunis cabang Shanghai. Pada tahun yang sama, dia dipromosikan sebagai anggota tetap Politbiro.
Foto: picture-alliance/CPA
Insinyur Teknik
Xi Jinping belajar teknik kimia di Universitas Tsinghua, Beijing dan juga menyandang gelar doktor di bidang hukum.
Foto: Reuters/J. Chin
Ibu negara mantan penyanyi
Ibu Negara Peng Liyuan adalah penyanyi lagu-lagu rakyat yang terkenal di Cina.
Foto: Reuters/B. Yip
Menjadi presiden
Xi Jinping ditetapkan sebagai Presiden Cina 14 maret 2013 dengan masa jabatan 5 tahun. Para analis sepakat, dia akan mencalonkan diri lagi sebagai presiden dan berpeluang besar melanjutkan kepresidenan untuk masa jabatan kedua sampai 2022.
Foto: Getty Images/W.Zhao
5 foto1 | 5
Menargetkan mereka yang berada di luar daratan
Namun, ini bukan pertama kalinya Tiongkok melakukan kampanye ini. Setelah insiden pembantaian di Lapangan Tiananmen pada tahun 1989, Beijing juga telah meluncurkan program indoktrinasi ideologi besar-besaran pada tahun 1990-an, dengan tujuan untuk mendidik kembali para pemuda yang memimpin protes antipemerintah.
Pendidikan kebangsaan sejak saat itu telah menjadi hal umum dan masuk dalam sistematis masyarakat Tiongkok. Namun, undang-undang baru ini tidak hanya berlaku untuk masyarakat di daratan Tiongkok, tetapi juga penduduk Hong Kong, Makau, hingga Taiwan.
Undang-undang ini nantinya akan memperluas cakupannya hingga warga Cina perantauan untuk membantu mereka "meningkatkan rasa nasionalisme mereka."
Hal ini juga menekankan pada dunia maya, dengan penyedia layanan internet diharuskan untuk mempromosikan konten patriotik. Mereka juga akan diminta untuk mengembangkan teknologi dan produk baru untuk "melakukan kegiatan patriotik."
Para pengamat mengatakan bahwa perluasan cakupan undang-undang ini, agar warga Cina di luar negeri dapat meningkatkan jumlah "little pinks", istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan anak muda Cina yang menunjukkan sikap patriotisme di luar negeri.
Pekerja Seni Hong Kong dan Cina yang Dipersekusi Beijing
Seniman Hong Kong yang mengekspresikan sikap pro-demokrasi, kreativitasnya dibungkam, sama seperti para musisi di Cina. Berikut daftar seniman yang jadi target persekusi Beijing.
Foto: Richard Shotwell/Invision/AP/picture alliance
Menamakan diri ‘pemadam kebakaran budaya’
Kacey Wong baru saja hengkang dari Hong Kong ke Taiwan, dengan alasan kurangnya ruang untuk ekspresi artistik. Terkenal dengan seni pertunjukan satire politiknya, musisi lulusan Cornell ini memilih isu seperti Pembantaian Tiananmen atau sensor di Cina. Dalam konser “The Patriot” tahun 2018, ia menyanyikan lagu kebangsaan Cina di dalam jeruji besi berwarna merah.
Foto: ANTHONY WALLACE/AFP
Lagu tentang pilihan
Pendukung gerakan pro-demokrasi Hong Kong, Anthony Wong (kiri) menyanyikan lagu “A Forbidden fruit per day” pada saat pemilu 2018. “Lagu ini menceritakan pilihan, entah masyarakat punya pilihan atau tidak,” ucapnya. Ia ditangkap aparat belum lama ini dan pejabat Komisi independen anti Korupsi Hong Kong mendakwanya karena “perilaku korup.” Wong terancam hukuman penjara cukup lama.
Foto: Alvin Chan/SOPA/Zuma/picture alliance
Tirani tidak bisa mengalahkan kreativitas
Penyanyi Kanton Pop, aktris, dan aktivis pro-demokrasi Denise Ho masuk daftar hitam karena bergabung dengan Gerakan Payung Hong Kong 2014. Saat TEDTalk tahun 2019 dia mengatakan, tirani tidak akan bisa mengalahkan kreativitas. “Apakah itu protes turun ke jalan yang menciptakan gejolak baru atau saat warga menemukan kembali jati dirinya, sistem butuh waktu untuk melawannya dengan mencari solusi.”
Foto: Asanka Ratnayake/Getty Images
Dianugerahi Nobel Perdamaian saat di penjara
Mendiang Liu Xiaobo dianugerahi Nobel Perdamaian tahun 2010 atas “perjuangan panjang dan tanpa kekerasan demi hak asasi manusia di Cina” saat ia menjalani masa tahanan keempatnya. Dia adalah penulis, kritikus sastra, aktivis hak asasi manusia, dan filsuf yang ditangkap berkali-kali, dicap sebagai pembangkang Cina, dan dikenal sebagai tahanan politik.
Foto: picture-alliance/dpa/L. Xia
Seni sebagai alat bantu untuk kebebasan
Seniman kontemporer dan pembangkang politik Ai Weiwei dipenjara tahun 2011 karena dituduh mengemplang pajak. Dibebaskan setelah 81 hari, dan diorama ini menggambarkan kisah menyedihkan dari penahanannya. Ai menjelaskan makna karyanya: “Jika karya saya bermakna, itu adalah alat kebebasan. Jika saya melihat korban otoritarianisme, saya adalah tentara pembela kebebasan mereka.”
Foto: Federico Gambarini/dpa/picture alliance
Saat kebenaran jadi tabu
Pembuat film dan penulis Zhou Qing harus membayar mahal karena menulis hal tabu. Saat wawancara 2011 lalu, dia mengatakan “di Cina mengungkap kebenaran membuat orang menderita selamanya. Warga biasa yang tahu dan menyebarkannya akan kehilangan keluarga atau pekerjaan. Penulis yang mengungkap kebenaran diadili dengan ancaman penjara. Pejabat yang memilih kebenaran, kemungkinan kehilangan nyawanya.”
Foto: Ai Weiwei/Zhou Qing
Gunakan budaya pop lawan propaganda
Lahir dan besar di Shanghai, Badiucao beken sebagai kartunis politik, seniman, dan aktivis yang "pergi belajar" ke Australia tahun 2009 dan menetap di sana. Dia menggunakan nama penanya untuk melindungi identitasnya. Ia melontarkan pernyataan politiknya berupa penggabungan lelucon politik, satir, dan budaya pop dengan gambar khas propaganda partai komunis. Presiden Xi Jinping sering jadi objeknya.
Foto: Libor Sojka/Ctk/dpa/picture alliance
Dari pahlawan jadi musuh negara
Mulanya Chloe Zhao dielu-elukan media resmi Cina sebagai “kebanggan Cina” setelah menyabet predikat Sutradara Terbaik versi Golden Globe 2021. Namun, kemenangan Oscar ini tidak lagi dianggap, dan pujian di media sosial juga dihapus. Spekulasinya, saat wawancara dengan majalah Filmmaker tahun 2013, dia menghina Cina dengan mendeskrpsikan Cina sebagai “negara dengan kebohongan di mana-mana.” (mh/as)
Foto: Richard Shotwell/Invision/AP/picture alliance
8 foto1 | 8
'Teladan patriotisme'
Bulan ini, para pendukung pemerintah Cina menggambar grafiti yang menyuarakan propaganda Beijing di tembok Brick Lane yang terkenal di London. Tindakan ini menuai kecaman luas di platform media sosial, dan dengan cepat ditutupi dengan slogan-slogan yang memusuhi pemerintah Tiongkok dan Xi Jinping.
Terkadang, insiden semacam itu bisa berubah menjadi aksi kekerasan. Ada beberapa kasus dalam beberapa tahun terakhir di mana kaum nasionalis Cina dituduh mengganggu protes demokrasi pro-Hong Kong atau secara fisik menyerang para pengunjuk rasa di negara-negara seperti Inggris dan Australia.
Profesor Hung berpendapat bahwa kaum nasionalis radikal Tiongkok dipandang oleh Partai Komunis Cina sebagai "teladan patriotisme," sementara suara-suara rasional yang menyerukan perubahan positif terus dibungkam. Dan legalisasi pendidikan kebangsaan terbaru kemungkinan akan semakin memperkuat kelompok itu, katanya.
William juga memiliki pandangan yang sama dan mengatakan bahwa, "individu yang dicuci otaknya oleh pendidikan [kebangsaan Cina] secara natural akan memiliki sikap permusuhan yang kuat terhadap para aktivis demokrasi di luar negeri." (kp/hp)